22. Trip(s)

2.2K 322 84
                                    

G R I S E L D A

Aku mengusir Nina keluar (dengan cara yang halus) dengan susah payah. Dia bertindak seolah aku adalah kekasihnya; menarikku dan memohon agar aku ikut dengannya mencari 'real estate agent' ini. Tentu—ya, aku penasaran. Apa aku ingin mencarinya? Tidak. Apa aku ingin bertemu Courtney Fox? Ya. Apa aku tahu apa yang harus kukatakan? Tidak.

"Gris, bagaimana jika ini benar Courtney Fox yang kita cari selama ini?" Nina memohon sebelum aku mendorongnya dari lantai rumah Harry.

"Selamat, pencarianmu berhasil!" Seruku sarkastis.

"Kau ingin aku menemuinya sendiri?" Tanyanya, suaranya mencicit seperti burung terjepit.

"Aku tidak tahu Nina. Aku—aku tidak tahu. Sungguh," aku menghela napas.

"Kita akan menghadapi siapapun orang ini bersama. Jika kau kehabisan kata-kata, aku akan menutupimu. We'll make a great team. Trust me," dia mengambil tanganku dan menariknya bagaikan seorang anak lima tahun memohon gulali pada ibunya.

Pada satu detik aku percaya padanya. Tapi bagaimana jika kami hanya menemukan seorang bapak-bapak berkepala botak penjual apartemen di pinggiran kota? God, semua drama ini akan sia-sia, huh?

"Aku percaya padamu Nina. Tapi tidak dengan real estate agent ini."

"Kenapa?" Nina hampir teriak. "Dia agen Gris, bukan permapok!"

"Aku tahu, tapi—"

"Gris?"

"What?" Jawabku dalam kepasrahan. Bisakah kami melupakan semua ini begitu saja.

"Kau takut dengan hubungan real estate agent ini dengan Harry," Nina bertanya, tapi itu kedengaran seperti pernyataan bagiku.

"No," aku menghela napas.

"Dia di masa lalu Harry, Gris."

Oh, Nina. Bayi itu hidup dan kalimatku dalam present tense.

"Nina, please leave. Harry dapat pulang kapan saja."

Untuk kelegaanku, Nina menyerah, "tolong kabari aku. Atau—"

"Jangan ancam aku," potongku walau aku tahu dia hanya main-main. Kan?

"So come with me! Atau aku akan kesana sendiri," akhirnya Nina tetap menyelesaikan ancamannya.

***

Setelah Luke menjemput Nina—bagus Nin, sekarang ada dua orang yang tahu lokasi ini!—dengan Van milik band-nya, aku menggelengkan kepalaku dan membuang semua pikiran negatif di dalamnya. Tapi tidak bisa dipungkiri, masuk ke kamarku sekarang terasa jauh lebih menyeramkan.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota. Well, sebenarnya tujuan utamaku pergi kesana adalah untuk memesan tiket pulang-pergi LA, California ke Philadelphia, Pennsylvania.

Aku sampai dengan taxi, lega saat aku lihat perpustakaan itu cukup ramai tapi tetap ada satu komputer yang sedang tidak dipakai. Setelah mencari, wajahku mendekat ke layar dan mataku membesar. Sejak kapan tiket pesawat menjadi mahal? Aku memutar mata dan terus mencari, tapi di setiap situs harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda.

But Ezzie, this is for you, kataku dalam hati.

American Airlines, tidak. United Airlines, tidak. Aku menarik napas lega saat melihat Delta Airlines menawarkan harga yang tidak begitu mahal. Maskapainya memang tidak terlalu bagus, tapi itu tiket yang paling murah. Yang penting aku bisa sampai di Penn dengan selamat, kan?

Escort [Harry Styles]Where stories live. Discover now