Chapter 1

496 36 2
                                    

Notes : ini sekuel dari Wish for 7 Years.

Chapter 1 Lost Memory

Tujuh tahun telah terlewati.

Kini umurku 24 tahun. Aku telah lulus kuliah dan kini sudah menempati sebuah perusahaan yang cukup ternama di kota Tokyo. Hari itu, aku mampir seperti biasa ke rumah Nijimura-kun hanya untuk menjenguk Akashi-kun. ya, itu adalah kegiatan rutin ku setiap minggu. Saat itu bulan april dan cuaca cukup cerah. Sakura sedang bermekaran. Aku sudah tak bersama Tetsuna lagi kini. Mereka sedang berbahagia pergi berlibur ke luar kota.

Sangat mencengangkan ketika tiba-tiba Akashi terbangun setelah sekian lama. Ini adalah sebuah keajaiban. Ia bangun disaat perjanjian telah terlewati. Aku sungguh merasa bersyukur, ingin menangis bahkan memeluknya dan berkata aku sangat bersyukur kau ada disini lagi.

Selama tujuh tahun terakhir aku mengalami rasa bersalah yang luar biasa karena permintaan ku yang sangat egois. Aku lega. Bahagia, karena ia telah sadar. Tapi aku sangat kaget ketika ia melupakanku dan tak mengenali siapa diriku yang sebanarnya. Mungkin ini hukuman bagiku. Aku tak masalah selama ia sadar kembali.

"Jadi bagaimana keadaan Tetsuna kini?" ucapnya pada Nijimura. Aku memang agak kesal. Kami kembar tapi kenapa hanya Tetsuna yang dia ingat. "Ah Tetsuna baik-baik saja, kini ia telah menikah dan sedang mengandung." Ucapku cepat. Ia terlihat agak bingung dengan jawabanku. Padahal aku bertanya-tanya dengan wajahnya itu, apa yang salah dari perkataan ku. "Kenapa kau bisa tau Kuroko-kun?" oh tidak, ada apa dengan nada bicaranya dan panggilannya itu. Itu sedikit membuatku jengkel. "Ah itu karena aku saudara kembarnya. Aku pasti mengetahui keadaan Tetsuna." Dia ber oh ria dan aku mencoba mengabaikan ekspresi bingungnya. Kulihat ia berbisik pada Nijimura. Tapi aku mengabaikannya. Dan berinisiatif untuk pamit.

"Baiklah, lebih baik aku pamit Nijimura-kun. Akashi-kun sudah baik-baik saja." Aku berbalik kea rah pintu. "Tunggu, Kuroko-kun." aku berbalik lagi saat Akashi-kun memanggil dengan sebutan anehnya itu. "Ada apa?"

"Terimakasih telah menjenguk ku setiap hari. Kau pasti sangat lelah." Dan ia pun tersenyum. Ini agak menyeramkan menurutku ketika perubahan Akashi-kun begitu drastis. Pasti ada yang salah dengan kepribadiannya.

-0-

Sesampainya di apartemen, aku melepas penat dengan meminum sebuah minuman kaleng rasa strawberry. Untuk umurku yang sekarang sangat jarang aku meminum vanilla milkshake atau bahkan alkohol. Pernah sekali aku meminum alcohol dan kau tau apa yang terjadi? aku berakhir di rumah sakit karena mencoba lompat dari lantai dua. Sejak saat itu, aku tak ingin minum sesuatu seperti alcohol. Aku berinisiatif untuk menelpon Kise-kun. ini benar-benar berita besar bukan. Aku akan memberitau Tetsuna saat ia sudah pulang dari Hokkaido.

Terdengar bunyi tut... tut... yang cukup lama. Setelah bunyi kelima terdengar Kise-kun mengangkat telponnya.

"Ah ada apa Tetsuyacchi sangat jarang kau menelponku. Pasti kau sangat merindukanku."

Aku mulai jengkel mendengar kata-kata kise yang seperti ini.

"Maaf sekali Tetsuyacchi tapi aku benar-benar sibuk saat ini dan tak bisa mendengarkanmu." Terdengar memang nama Kise dipanggil untuk mengambil scene selanjutnya.

"Baiklah aku hanya ingin bilang bahwa Akashi-kun sudah sadar. Kalau begitu aku tutup telponnya." Ucapku. Tapi tiba-tiba Kise berteriak dan bilang tunggu dulu. Cukup lama aku menunggu.

"Aku telah memohon sutradara untuk menunda scene ku yang selanjutnya. Bisa kau ulangi apa yang kau katakan tadi."

"Akashi-kun sudah sadar."

Last Hope [Book 2]Where stories live. Discover now