25. SMS misterius

Mulai dari awal
                                    

"Iya. Iya. Maaf. Spontan."

"Emangnya justru kenapa? Ndak mudeng aku." Tiwuk memajukan posisi punggung, bicara setengah berbisik.

"Kamu itu ngaku perempuan, tapi nggak paham sama perasaannya."

"Maksudmu?"

"Kamu pikir, kenapa Nara malah lari? Padahal, kalo dia mau, waktu ketemu kemaren, langsung minta talak tiga, beres. Ini malah kabur lagi."

"Ya karena saking bencinya dia, sama lelaki itu."

"Salah!" Putus Andri tegas, dengan menunjuk batang hidung Tiwuk.

"Salah kenapa?"

"Justru karena masih cinta!"

"Hah? Kok bisa?" Tiwuk melongo. Mulutnya mangap.

"Perempuan yang maunya dikejar terus, artinya masih ada perasaan cinta."

"Ngawur! Kalo masih cinta, tinggal minta rujuk. Tapi buktinya Nara ndak mau."

"Ego! Gengsi! Jual mahal dan masih sakit hati. Semua perasaan itu campur aduk, dalam hati Nara."

"Mosok sih? Sok tau, ah."

"Ya sudah, kalo nggak percaya."

Tiwuk tidak sepaham dengan aliran pemikiran Andri, yang mirip kumparan benang kusut. Terlalu njelimet baginya.

Dia ingin kembali membantah dan menyanggah rumus perasaan perempuan--ciptaan Andri, namun Nayla keburu datang dengan basah kuyup sekujur badan. Rambutnya meneteskan bulir-bulir air yang deras. Bibirnya pucat dan sedikit bergetar.

"Sudah renangnya, sayang?" Andri segera membalut tubuh Nayla dengan handuk ukuran jumbo, berwarna merah muda--warna kesukaannya.

"Sudah, Pa. Dingin."

"Cepetan ganti baju, jangan lupa oles minyak kayu putih, perut sama punggung, biar hangat." Andri menyodorkan tas ransel Nayla yang berisi baju ganti, minyak kayu putih, hand body dan bedak bayi. "Baru renang dua jam, udah belang, kamu sayang. Lain kali pake sun block dulu, baru nyemplung." Andri memutar-mutar badan Nayla, yang kulitnya nampak lebih gelap di beberapa bagian.

"Sun block itu apa?"

"Cream. Kayak hand body."

"Beli dimana?"

"Banyak, di toko-toko. Nanti kita beli, sebelum pulang."

"Tapi beli gudeg dulu ya, Pa."

"Boleh. Mau beli dimana?"

"Gudeg mbarek utara UGM itu, enak loh Ndri." Usul Tiwuk.

"Iya Pa, yang disitu enak. Nay suka kreceknya."

"Ya sudah. Kita kesana."

"Yeay..." Nayla jingkrak-jingkrak kegirangan. "Mama bungkusin juga, ya?"

"Pasti. Kalo perlu beli tiga bungkus buat mama, biar puas."

"Pret." Cibir Tiwuk samar-samar. Tapi Andri rupanya mendengar, dia melototi Tiwuk.

Tiwuk tersenyum. Melihat keakraban dua makhluk di hadapannya, yang sudah seperti ayah dan anak kandung, dia turut bahagia. Tapi jika logika Andri tentang perasaan Nara tadi adalah benar, disitu dia merasa SEDIH.

***

"Titip jagain, kalo-kalo dia mau lompat. Gue masuk bentar, nyembunyiin pisau sama obat nyamuk semprot." Pram mendekatkan mulut di telinga Anton. Dia bicara sepelan mungkin, agar Lanang tak mendengar.

Biduk TerbelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang