25. SMS misterius

6.1K 567 86
                                    

Lagi baek, lagi rajin, apdetnya lumayan cepet nih.

Eh, tapi dijamin jarang-jarang rajin kayak gini sih, hahaha...

Enjoy aja yess. Apdet cepet ya SYUKUR, apdet lelet ya SYUKURIN!!!😂😂😂

Met baca.

"Kamu ngapa tho? Raine kok buthek gitu."

Andri tidak lantas menjawab pertanyaan Tiwuk. Dia menggosok-gosok muka dengan kedua telapak tangan. Memejamkan mata, menarik nafas panjang penuh hikmat, lalu menghembus keras. Gaya khas orang frustasi.

"Ku pikir, hati Nara sudah ku pegang, walau secuil. Ternyata cuma kegeeran." Andri meringis, mencemooh diri sendiri.

"Kamu itu lho, ngelantur opo? Dia mau-maunya diajak ke Jogja, kalo bukan demi kamu, terus buat sopo? Wewe gombel?" Tiwuk menangkap aura keputusasaan, yang tebal menyelimuti Andri. Dia berusaha membangun lelucon untuk menghibur, namun ternyata tidak mendapat respon. Benar-benar segaring keripik singkong.

"Awalnya ku pikir juga gitu, Wuk. Setidaknya dia sudah mau ku ajak pindah kesini. Artinya dia juga berat, kalo kita jauhan. Tapi kemaren, dia malah bilang makasih."

"Buat opo?"

"Katanya makasih, sudah ngasih kerjaan disini. Jadi dia kalo pulang ke Mbligo, lebih deket daripada dari Malang. Dia bisa sering-sering nyekar ke makam ibu, ketemu sama kakak adeknya."

"Terus?"

"Ya artinya, dia pindah kesini bukan semata-mata demi aku. Tapi karena seneng, bisa sering-sering pulang."

Entah kenapa, walau ekspresi kesedihan begitu jelas tergurat di wajah Andri, Tiwuk malah menggigit bibir bawah--menahan tawa. Tapi dia tidak sampai hati melepas gelak tawa itu, di depan orang depresi.

"Owalah...nasibmu ngenes bener, Ndri. Sabar yo." Tiwuk menepuk-nepuk tangan Andri, yang duduk berseberangan diatas kursi bercat putih, tepi kolam renang. Kursi-kursi itu bertandem, terpisah oleh satu meja kayu bentuk lingkaran, lengkap dengan payung lebar yang menancap di tengah.

Tiap Sabtu Andri libur. Ia selalu meluangkan waktu untuk menjemput Nayla pulang sekolah, lalu mengajak jalan-jalan, seperti hari ini. Sesuai permintaan tuan putri kecil, mereka pergi ke water boom kota. Kolam renang luas dengan fasilitas lengkap. Suasana alam asri dan teduh, kamar mandi bersih, foodcourt, toko aksesoris, taman bunga, parkiran luas, outbond dan banyak wahana seru di kolam.

Begitu sampai tadi, Nayla langsung berlari ke ruang ganti putri. Tak butuh waktu lama, dia keluar dengan baju renang yang dibelikan Andri tempo hari. Dia tak butuh pengawasan dari orang dewasa, Nayla sudah piawai renang sejak di Malang, karena merupakan salah satu ekskul yang ia geluti di sekolah lama.

Andri dan Tiwuk memutuskan menunggu dengan duduk di tepi. Sambil ngobrol dan mengawasi dari kejauhan. Sedangkan Nara memilih tetap stand by di kantin, karena walau Sabtu, buruh pabrik tetap masuk. Hanya sebagian orang-orang kantor saja yang libur.

Ketidak ikut sertaan Nara, mengecewakan semua. Terutama Andri. Otak nakalnya sebagai lelaki, semalam membayangkan bagaimana lekuk tubuh Nara ketika nyemplung di kolam. Dan itu membuatnya belingsatan, susah tidur sampai pagi.

"Kamu ojo nyerah. Peluangmu masih gede. Dia kan ndak mau ketemu sama mantan ojobe lagi."

(Ojob=bojo=suami/istri)

"Justru itu!" Andri menjentikkan jari, setengah teriak sambil menegakkan punggung. Tiwuk sampai kaget.

"Ssshhh..." Pinta Tiwuk, agar Andri menurunkan volume suara. Kedua matanya melirik kanan kiri, takut ada yang mendengar pembicaraan mereka, yang ia anggap tingkat kerahasiaannya setara dengan dokumen negara. "Kamu jangan keras-keras. Nanti ada yang denger."

Biduk TerbelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang