Special Flashback

2.5K 162 30
                                    

13 tahun yang lalu...

"KAKEEKKK TOLOOONNG, TOLOONNG KAKEEKK" jerit bocah laki-laki dari tidurnya.

"Tenang sayang, tenang. Ya tuhan, cucu ku yang malang" peluk sang kakek erat menghampiri bocah cilik di atas bangkar dengan infus menancap di lengan kirinya. Ini sudah ke sekian kali ia menjerit tanpa tau sebabnya.

"Kakeekkk usir mereka, ku mohoonn" raung sang bocah histeris.

"Tenang, tenang, sayang" dokter dan para suster yang bertugas menanganinya berhamburan masuk. "Dokter, ada apa dengan cucu saya?"

"Sebentar tuan, saya beri obat penenang dulu. Setelah itu akan saya periksa kondisinya"

Bocah lelaki itu kembali tertidur pulas.

"Dokter, ada apa dengan cucu saya?" tampak gurat kekhawatiran dari wajah menuanya.

Sang dokter menghela nafas berat. "Tidak apa-apa. Ini sudah  biasa terjadi pada pasien yang mengalami kecelakaan. Ada baiknya anda mengusulkan nya ke ahli psikolog"

"Ya tuhaaannn, cobaan apa lagi ini?"

Mengikuti saran dokter, kakek mulai melakukan konsultasi dan membawa serta sang cucu sesuai jadwal yang telah di sepakati.

Menangis, takut berlebihan, dan jeritan histeris, bahkan melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali membuat kakek frustasi. Pernah kakek bertanya perihal yang membuat nya takut. Dan jawaban yang keluar dari mulutnya selalu sama, membuat kakek tertegun, berpikir keras.

"Ada hantu disana, disana, disana" tunjuknya menutup mata.

Setaunya, ia tak memiliki indera ke 6. Satu pertanyaan yang membuatnya jadi mungkin.

Sang pemilik mata.

Kakek bertekad mulai menelusuri dan mencari tau dari mana mata itu berasal dan apa penyebab cucunya berubah drastis.

*****

Jari lentik milik gadis cilik di atas panggung begitu enak dilihat, nada-nada yang dihasilkannya pun begitu indah di dengar, seolah menarik siapa pun yang mendengar hanyut dalam ritme yang dimainkan nya, hingga diakhiri dan disambut riuhnya suara tepuk tangan. Gadis cilik itu tersenyum manis dan meruntuhkan pertahanan siapa pun, terlebih kecantikannya sangat menyilaukan.

Hari itu hari perlombaan pianis cilik dan kejuaraan diraih olehnya. Usai menerima hadiah dan mengabadikan fotonya sendiri, ia berfoto bersama 2 pemain pianis pria yang menerima gelar juara 2 dan juara 3.

Tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan bocah lelaki yang berdiri di ambang pintu, memperhatikan nya tanpa berkedip. Wajahnya yang imut menggerakkan hati gadis itu menghampirinya. Bukannya menunggu, sang bocah berlari, menghindarinya.

Gadis itu mengira bahwa ia tengah mengajaknya bermain, dengan senang hati ia mengejarnya hingga pertemuan nya sampai di lantai teratas tanpa tembok.

"Aku mendapatkan mu" riang sang gadis.

Bocah lelaki itu menunduk, menyembunyikan wajah dan mata sayunya, memainkan jarinya, bingung harus berbuat apa hingga sebuah tangan terulur padanya.

"Qiya. Panggil aku Qiya. Kau?"

Tanpa mendongak atau pun menjabat tangannya, bocah lelaki itu menyebut namanya. "Sina. Nama ku Sina" Suaranya terdengar seperti gumaman.

Mulai hari itu ikatan persahabatan terjalin. Seringnya keduanya masuk rumah sakit dalam waktu yang sama semakin mempererat hubungan keduanya. Berkat hubungan itu pula bocah lelaki bernama Sina mendapat dua teman baru lainnya yang ternyata 2 pemain pianis yang menjadi lawannya hari itu, Feldy dan Rava.

Mrs. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang