Mata Sehitam Langit Sore

4.6K 233 4
                                    

Sina POV

"Duuhh ganteng banget sich"

"Ya ammppuuunnnn keren banget, jadi pacar aku donk"

"Ehh...dia cool bingiiitt"

Ganteng, keren, cool, dan ribuan pujian lainnya menjadi sapaan hangat dimana pun kaki ku berpijak. Familiyar Dengan sifat wanita yang selalu penasaran dan ingin tau mengenai kehidupan pribadi ku membuat level ku naik bertingkat-tingkat bak artis hollywood. Resmi menjadi seorang vokalis menjadikan nama ku melejit seantero kampus bahkan di kampus-kampus tetangga. Seperti pangeran pada umumnya, aku terpilih menjadi kandidat pria idaman. Status ku bahkan menjalar pada 3 sahabat ku yang berperan sebagai drumer, gitaris, dan pianis dalam band yang ku gawangi.

Berkali-kali pacaran, berkali-kali juga aku putus. Berkali-kali aku ditembak para wanita cantik, berkali-kali juga aku mengakhirinya dalam kurun waktu 3 hari.

Aku tak pernah menawarkan suatu hubungan, mereka lah yang datang pada ku dan menyetujui syarat jangka pendek waktu masa pacaran. Bukan salah ku jika aku mengakhirinya sesuka hati ku. Banyak wanita yang memohon-mohon pada ku dijadikan kekasih, jadi rugi besar jika aku tak menerima dan memanfaatkan mereka meski aku tak berniat mempertahankan mereka lebih lama disisi ku. Berganti-ganti wanita adalah hoby paling menyenangkan. Menikmati tubuh seksi mereka yang sangat menggiurkan. Melihat wanita menangis meraung-raung menjadi tontonan terbaik dari pada film-film yang pernah ku tonton. It's so funny.

"Hey, Bro" Afdal. Drumer. Hoby nya sama dengan ku, mempermainkan wanita.

Tangan ku mengayun melakukan highfive. Sapaan khas pria gaul. Di susul sang gitaris Ando dan sang pianis Odi. Mengenai mereka berdua aku tak punya banyak komentar selain juga punya tubuh dan penampilan yang menggairahkan. Ada satu rahasia yang tersimpan rapi dan hanya kami yang mengetahuinya. Jika waktunya tepat akan ku beritahu.

"Kata Ando kau pingsan kemarin malam, apa benar?" tanya Afdal sepelan mungkin. Kami sedang berjalan menuju kelas.

Aku hampir lupa menceritakan kejadian memalukan itu. Kenapa? Hanya ada 1 alasan kenapa aku ingin melupakan dan melenyapkan bagian kecil dari memory malam itu.

Flashback POV

Mata ku mengerjap menyesuaikan pantulan cahaya yang menyilaukan penglihatan ku, bau menyengat menguar menusuk hidung ku. Perlahan namun pasti aku bangkit, menyusuri dan mengamati ruangan serba putih dengan deretan manusia tidur terlentang dengan sebuah infus menempel dibagian kanan atau kiri mereka. Berdasarkan nomor yang tertera di setiap dinding tempat persinggahan mereka, angka paling besar menunjukkan angka 20.

"Kau sudah sadar?" kepala ku berputar ke arah sumber suara yang ntah sejak kapan ia berdiri di samping ku atau mungkin memang pandangan ku melewatkan keberadaannya.

"Si-siapa? Kenapa aku..." aku gelagapan mendapati wujudnya. Sekelebat bayangan beberapa waktu lalu seketika menjawab pertanyaan ku. "K-kau..." tunjuk ku tepat di hidungnya.

Ku amati dengan seksama, menilai penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Rambut hitam sebahu tergerai lurus menutupi setengah wajahnya, gaun putih lusuh berlengan panjang di atas lutut dengan bercak coklat-coklat yang ku lansir bekas lumpur menghias disana, sebuah tas kecil seukuran dompet terbuat dari bahan seperti kain kafan menggantung disisi kanannya, dan terakhir kaki telanjang yang juga dilumuri lumpur tipis yang sudah mengering. Apa yang pantas untuk menyebutkan penampilannya yang...mengerikan?

Mrs. GhostWhere stories live. Discover now