Biar Aku Memulainya

2K 141 3
                                    

Sina POV

Awan keruh, teriakan langit menggema diiringi kilatan cayaha menyilaukan, jutaan rintikan hujan serta angin menampar keras tak menghalangi bocah laki-laki yang tengah berdiri di bibir gedung sekolah berlantai 5 itu menyurutkan langkah mundur. Tatapan kosongnya menerawang ke bawah. Tanpa bertanya alam pun dapat menebak apa yang diinginkannya.

KE-MA-TI-AN.

Dalam satu tembakan petir tubuh kecil itu telah meringkuk dalam kesakitan tanpa rasa di tempat tujuannya. Saat kegelapan menanti tampak seliut bayangan menyambutnya dengan ukiran senyum lembut yang terpahat apik dalam ingatannya hingga jiwa serasa mengambang dalam ketidak pastian. Hanya 1 bisikan mengakhiri kesadarannya.

"Akan ku bebaskan jiwa mu dan menjadikannya milik ku"

Tepat saat itu alam bawah sadar ku ditarik paksa, terusik oleh suara nyata lainnya.

"Sina...Sina...Sina..."

Aku terbangun dengan keringat mengalir deras dan nafas terengah-engah. "Hah...hah...hah..."

"Kau baik-baik saja? Sina?"

Sial! Sudah 3 malam berturut-turut aku memimpikannya. Mimpi yang sama. Kenapa semuanya tampak nyata?

Ku cengkram kuat jemari tangan ku, memejamkan mata menghilangkan nya yang seolah mulai menghantui ku. Perasaan ini, getaran ini mulai menakuti ku. Sejak mendapatinya yang kini tengah terlelap selama 3 malam tanpa membuka mata sekali pun, kenapa pusat pikiran ku terus menyalahkan ku? Kenapa hati ini mengatakan aku lah alasan dibalik semua ini?

Perlahan ku hirup nafas panjang mengatur nafas ku yang tak beraturan.

"Kau baik-baik saja?" Afdal masih menatap ku khawatir. "Ada apa dengan mu akhir-akhir ini, hah?"

Aku menggeleng pelan. "Ku rasa aku butuh istirahat"

"Memang seharusnya begitu. Sudah 3 malam kau menunggunya disini. Pulang lah. Aku akan menggantikan mu sementara"

Aku menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "Kau yakin menawarkan diri? Menjaganya sendiri?" ia menggaruk tengkuknya, melirik ku canggung. Mengabaikan jawabannya yang cukup membuktikan bahwa ia masih ragu akan ucapannya. "Kapan kau datang?"

Ia mengedikkan bahu. "Sejam yang lalu"

"Dimana yang lain?"

"Mereka akan menyusul nanti atau besok"

"Kau sendirian kesini? Tumben"

"Kau juga sendirian menjaganya berhari-hari, anggap saja aku sedang berbaik hati"

Mrs. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang