Hari Yang Kacau

1.9K 145 6
                                    

Sina POV

"Kau menjebak ku?" aku tersenyum geli. "Membuat ku membutuhkan mu besar kemungkinan aku akan menyukai mu. Kau berusaha menjerat ku dalam perangkap mu"

Aku terkekeh. "Kenapa? Kau takut?" ia membuang muka masam. "Aku bukan sedang menyuruh mu membutuhkan ku dalam arti lain, membutuhkan sebagai teman apa susahnya?" aku memandangnya berharap ia menerima tawaran yang lebih terkesan menantangnya.

"Kenapa? Kau takut kebutuhan itu akan memberi mu harapan akan kebutuhan lainnya?" ia menunduk. "Kau takut?" tanya ku lagi. Ia tetap bungkam.

"Apa yang perlu ku takutkan selama aku tak benar-benar sendirian"

"Astaga! Kau mulai lagi?" kesal ku. "Bisa sehari saja kita bicara hal-hal serius dan nyata? Aku bosan mendengar mu membahas makhluk sialan itu"

"..."

"Dengarkan aku. Aku tau kau ketergantungan dengan mereka tapi seharusnya kau juga bisa mengimbangi dimensi kalian. Jangan bertindak seolah kau sama seperti mereka. Coba lah hidup normal"

"Aku normal" sergahnya tak terima.

Sebelah alis ku naik. "Tidak sama sekali"

"Ak..."

"Sudah tak perlu dibahas lagi. Ayo pulang. Kita harus tentukan ruangan mana yang akan ku gunakan untuk tidur" ketika ia mencoba membantah, aku memotongnya. "Jangan melarang ku. Kali ini kau tak akan berhasil mengusir ku" final ku tersenyum miring.

*****

Ku kira rumah ini benar-benar tak memiliki apa pun. Nyatanya...di depan mata ku...

"Kenapa kau menyimpan mereka semua disini?" mata ku berbinar takjub menelusuri setiap jengkal benda-benda yang tersampir memenuhi setiap sisi ruangan, mengabaikan hawa berat menyapa ku.

Ya, ia memutuskan memberikan gudang yang terletak di depan kamarnya pada ku. Namun, di luar perkiraan gudang yang ia maksud lebih dari sekedar gudang dalam imajinasi ku.

"Karena ku pikir tak ada gunanya mereka di luar"

Satu set sofa lengkap dengan bantalnya, pendingin ruangan, jam weker, akuarium, lemari hias dan pakaian, lemari penyimpanan anggur, rak speaker dan audio, piano, gitar, kursi bar, satu set tempat tidur, meja rias, kulkas, lemari buku, karpet, lampu gantung, pembuat kopi, meja kerja, komputer, kursi kayu dilengkapi busa, cermin, telefon, televisi, penyedot debu, 5 jam dinding tergantung berjejeran, dan peralatan rumah tangga mewah lainnya.

Bahkan semua lukisan yang tak ku hitung jumlahnya tak kalah mewah dan unik menghiasi ruangan yang juga tak berdebu.

"Ini...gudang?" ia mengangguk.

Aku masih mematung berdiri di antara barang-barang yang tertata dan terbungkus rapi disini tampak seperti baru.

"Sekali lagi ku peringatkan, sebaiknya kau urungkan niat mu tinggal disini. Rumah ini tak cocok untuk mu"

"Dari segi mana yang tak cocok? Kau lihat semua barang-barang ini? Astaga...hanya orang bodoh yang menyimpan barang-barang antik dan mewah seperti ini di ruangan yang jauh dari kata gudang"

"Aku punya alasan sendiri kenapa menyimpan mereka semua disini"

"Apa?"

"Yakin kau ingin tau?" aku mengangguk mantap. "Jangan salah kan aku jika kau tak bisa tidur setelah ini"

"Tak perlu menakut-nakuti ku berlebihan. Katakan saja" suruh ku tanpa menimangnya.

"Masing-masing barang ini bukan milik ku. Mereka semua milik orang lain dengan kata lain semua barang ada penunggunya"

Mrs. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang