Mrs. Ghost

3.3K 202 2
                                    

Sina POV

"K-kau...apa yang kau lakukan disana? Kau ingin membunuh ku dengan wajah setan mu ini?"

"Maaf...maaf..." ia membungkuk berkali-kali sambil memeluk seekor kucing jenis anggora berwarna putih.

Tak mau ambil pusing, aku segera beranjak dari sana dengan kekesalan yang masih membuncah. Sebelum naik ke atas motor, ku lihat dari pintu kaca ia tengah mengambil tisue dari salah satu meja pelanggan kemudian mengusap wajah yang telah ku lumuri kopi dari mulut ku. Mengabaikan perasaan tak enak hati, segera ku lajukan motor membelah jalanan.

*****

"Nanti malam jangan lupa manggung di cafe kampus" ingat Ando usai perkuliahan.

"Oke" balas ku singkat.

Kemarin kami menyepakati tawaran pemilik cafe yang tak lain anak dari salah satu dosen yang sedang merintis karir dibidang usaha bisnis dengan seizin pihak kampus. Cafe tersebut masih berada di area kampus tepatnya di sekitar gerbang utama mengingat saat ini kampus tak lagi aman.

Kami berjalan menuju lift diiringi tatapan lapar dari segerombolan wanita penggoda di sepanjang koridor. Terbiasa dengan itu semua, kami hanya menanggapinya dengan kerlingan dan senyuman maut. Itu sudah cukup memuaskan mereka.

"Wanita-wanita murahan, pelacur" gumam Ando terganggu.

Sejak dulu ia memang pembenci kaum wanita, setiap melewati mereka bukan wajah ramah biasa seperti yang kami gunakan melainkan tatapan elang dan dingin hingga membuat wanita menakutinya. Kami paham betul apa yang memotivasinya bertindak tak wajar seperti itu.

"Bisa kau diam saja dan nikmati setiap moment nya?" celetuk Afdal.

"Tidak bisa" tegasnya.

Afdal mendengus.

Kami berdiri menunggu pintu lift terbuka bersama seorang wanita berkuncir kuda di depan kami. Biasanya orang-orang akan menyingkir dan membiarkan kami berada di barisan depan, tapi ia sepertinya tak bergeming sedikit pun dengan kehadiran kami. Beberapa kali Odi berdehem bermaksud mengusirnya, seperti patung ia tak bergerak sedikit pun.

"Dia tak akan mendengar mu. Lihat, telinganya ditutupi earphone"

Saat tangan Afdal terulur berencana memegang pundaknya, pintu lift terbuka. Mau tak mau kami membiarkannya masuk terlebih dahulu. Ketika ia berbalik, matanya melebar di balik kaca mata tebalnya. Tak kalah terperanjat, Ando, Odi, dan Afdal juga mengeluarkan ekspresi yang sama. Bisa ditebak kenapa mereka melakukannya, apa lagi jika bukan karena rumor yang mereka yakini kebenarannya tentang wanita ini. MG.

Mengacuhkan desas-desus yang bertebaran, tanpa ragu aku memasuki lift. Sedangkan Afdal dan yang lain tampak ragu dan menyuruh ku keluar melalui tatapan mereka yang bergerak kaku. Ku ambil tempat tepat di samping nya dengan jarak beberapa centi meter saja. Ia menunduk dalam-dalam, memeluk erat buku yang dibawanya. Apa ia ketakutan? Bukan kah seharusnya kami yang takut?

"Kalian mau masuk atau tidak?"

Mereka tetap diam di tempat, berpikir keras.

"Maaf" ujar wanita itu dengan membungkuk lalu melangkah keluar.

Refleks tangan ku menarik salah satu rambutnya yang terkuncir, menariknya masuk kembali. "Tak apa"

Mengabaikan tatapan bertanya ketiganya, ku biarkan pintu lift tertutup meninggalkan mereka terperangah melihat aksi ku yang aku sendiri tak mengerti kenapa aku melakukannya.

Ku lirik wanita itu, menunduk diam. "Apa selalu seperti ini sikap mu pada semua orang?"

"Ha?" ia mendongak, sedetik kemudian kembali menunduk.

Mrs. GhostWhere stories live. Discover now