Setelah beberapa detik kemudian, ia sudah tidak merasakan jari itu mengelus pipinya. Hazza sudah masuk kedalam ruang musik tanpa mengucapkan sepatah katapun oleh Gita. Sedangkan gadis itu masih saja mematung didepan ruang musik dengan tangan yang saling mengait.

"Mau sampe kapan lo berdiri disitu terus?" ucap Hazza.

Gita tersentak kaget dan menoleh kearah Hazza yang sudah berada disampingnya dengan gitar acoustic yang berada ditangannya. Wajahnya masih sama. Tidak menampilkan ekspresi apapun. Datar.

"E-eh, i-ini juga udah mau pergi kok. Aku duluan ya," ucap Gita gelagapan dan langsung pergi meninggalkan Hazza sedikit berlari.

Hazza yang melihat itu hanya mendengus geli lalu menutup pintu ruang musik. Baru juga gue ngapus sisa air matanya doang aja udah kayak gitu. Gimana gue cium? Pingsan kali. Lagian ngapain coba nangis diruang musik. Aneh. Batin Hazza lalu berjalan meninggalkan ruang musik dan kembali ke gedung dua tempat kelasnya berada.

Gita berlari menuju kelasnya karena saking gugupnya sampai-sampai ia tadi sempat terjatuh menyebabkan dengkulnya sedikit luka. Dengan langkah terseok, ia memasuki kelasnya mencari keberadaan Ify.

Didalam kelas XII IPA-1 sangat sepi. Hanya ada beberapa murid termasuk teman-teman Hazza membuat Gita kembali mengingat kejadian beberapa menit yang lalu didepan ruang musik.

"Astaga, Gita! Lo kenapa? Kaki lo luka gini." teriak Ify yang sukses membuat anak-anak yang berada didalam kelasnya menoleh kearahnya dan memandangnya dengan tatapan ingin tahu termasuk teman-teman Hazza.

Gita berjalan pincang kearah bangkunya yang mendapat posisi tiga bangku dari depan. Disebelah tempatnya duduk adalah tempat duduk Hazza dan Reyhan sedangkan dibelakang tempat duduk mereka adalah tempat duduk Vano dan Bimo.

"Aku gapapa, Fy. Tadi cuma kesandung pas lagi jalan terus jatoh dan lecet sedikit." ucap Gita menjelaskan.

Reyhan yang memang duduk tepat disebelah Gita bisa melihat bahwa luka didengkul gadis itu bukan hanya lecet karena sampai mengeluarkan darah seperti itu.

"Lecet?! Gila lo. Berdarah gini dibilang lecet, tungguin disini! Jangan kemana-mana." ucap Ify dan segera berlalu meninggalkan Gita yang hanya bisa menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu.

Ify dan Gita sudah bersahabat sejak mereka kecil hingga sekarang. Mereka selalu bersama dan tidak pernah dipisah. Dari mulai TK, SD, SMP, hingga sekarang SMA mereka selalu bersama. Tak jarang juga Ify mengetahui rahasia Gita termasuk perasaannya kepada Hazza.

Mengingat nama itu, ia kembali teringat akan kejadian didepan ruang musik tadi. Sungguh ia tidak menyangka bahwa Hazza melakukan itu, walaupun sifat cuek dan dinginnya masih ada tapi Gita senang Hazza melakukan itu membuat dirinya semakin bersemangat untuk mendekati Hazza.

"Kaki lo kenapa?" tanya Reyhan membuat Gita terkesiap membuyarkan lamunannya.

"Eh?" tanyanya menoleh kearah Reyhan yang sedang melirik kearah dengkulnya yang berdarah.

"Eh, ini? Gapapa kok cuma lecet. Tadi pas lagi jalan aku kesandung terus jatoh." ucap Gita sambil tersenyum kikuk kepada Reyhan.

"Ceroboh." gumam Reyhan yang masih bisa didengan Gita membuat gadis itu mendengus. "Hati-hati makanya." ucap Reyhan membuat Gita kembali terkesiap.

Baru saja gadis itu ingin menjawab ucapan Reyhan tapi Ify sahabatnya sudah keburu datang dengan kotak P3K ditangannya.

"Siniin kaki lo! Biar gue obatin." ucap Ify. Walaupun ia galak, tapi Ify menyayangi Gita. Seperti sekarang ini, ia marah-marah tapi tangannya dengan telaten mengobati luka yang ada dikaki gadis itu.

Changed (Old Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang