Chapter 20

5K 255 9
                                    

Aku dan Charles keluar dari kamar. Charles harus menuntunku karena beberapa kali aku mencoba berjalan sendiri namun karena masih lemah, aku hampir terjatuh. Kami berdua sampai didepan sebuah pintu kamar. Charles mengetuknya kemudian masuk kedalam, aku mengikutinya dari belakang. Didalam ternyata ada Ryan dan Jessica. Setelah mereka melihatku, Jessica langsung memelukku erat.

"You're getting better honey, I'm so sorry about what happend earlier," Jessica said.

"It's okay. Can I see him?"

"Yes, maybe you need some time so me and Ryan will leave you," kata Jessica kemudian menarik Ryan keluar.

"Maybe I will leave you two, if you feel any pain, dizzy or anything, just call me and I'll be there," Charles mengecup keningku lalu keluar juga.

Sebuah tirai putih menutupi tempat tidur dimana Drave terbaring. Dengan segala kekuatan yang kukumpulkan, aku membuka tirai tersebut dan tepat didepanku Drave terbaring tak bergerak dan tak membuka mata. Ia tidak memakai kaos tapi lilitan perban menutupi dadanya karena seingatku disanalah Trevor menusuk Drave. Wajahnya lebih pucat dari biasanya dan saat aku menyentuh tangannya, dingin sekali.

Beberapa wajahnya terlihat lebam karena pukulan yang keras. Bahkan beberapa luka kecil terliat ditangan, lengan, kaki, dan wajahnya. Drave benar-benar babak belur. Tapi yang paling membuatku sedih adalah luka dalam yang ada didadanya dan juga luka dilengannya yang dulu juga pernah dilukai oleh Trevor dan luka itu masih belum pulih juga. Aku duduk disebuah kursi tepat disamping Drave yang berbaring masih terlelap.

"Hey big boy," Aku memegang tangannya. Cold.

"Are you okay buddy?"

"Drave?"

"Wake up, please."

Jujur saja, aku seperti berbicara dengan patung karena tak sedikitpun Drave bergerak dan meresponku. Aku menggenggam tangan besarnya yang dingin dengan kedua tanganku, berusaha sedikit menghangatkannya. Beberapa kali aku bermain dengan rambut cokelatnya sehingga berantakan dan kemudian aku rapikan lagi, dan aku buat berantakan lagi dan rapi lagi.

Tiba-tiba tangan Drave menggenggam tangan kananku yang berada didekat tangannya. Tapi kedua mata Drave masih tertutup rapat, aku mengelus rambutnya dengan tangan kiriku. Dan perlahan-lahan kedua mata Drave terbuka menampilkan kedua mata hijaunya yang berkilau dan sangat indah itu. Kemudian ia menoleh dan tersenyum kecil saat melihatku berada disampingnya.

"Hey my princess," ucapnya dengan suara agak kecil dan serak.

"Hey, how are you Drave?"

Drave mencoba untuk duduk dan aku membantunya agar ia tidak terlalu kesakiran. "It hurts a little but I'm okay. I'm great cause you're right here by my side,"

I'm pouting a little. "Stop flirting, you need to heal really fast kay,"

Drave mengangguk.

Kami berdua menghabiskan waktu untuk berbicara dan mengobrol, dan sekalus semakin mendekatkan diri dengan mencari tau seluk beluk diri masing-masing. Mulai dari hal yang disukai dan tidak disukai, peliharaan yang diinginkan beserta namanya, dan film favorite di tahun ini. Tak lama seseorang wanita paruh baya datang dan memberiku sebuah gelas berisi darah.

"That's for him," kaya wanita itu menunjuk ke Drave.

"Okay, thank you."

Ia tersenyum. "I'll be back in two hours," Kemudian ia keluar dari kamar.

"Here, drink it Drave," Aku menyodorkan gelas itu.

"Umm if you don't feel comfortable you can turn around," katanya.

Blood Sucker (SEDANG DIREVISI)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα