Kim Dong Han

1.6K 283 39
                                    

"Butuh pelampiasan?"

.

.

.

Apa yang lebih menyebalkan dari sebuah pengkhianatan? Kurasa tidak ada. Karena ini adalah tentang rasa percaya yang dicederai oleh dusta dan kepalsuan.


Melelahkan, memuakkan, membuat kepalaku pening. Ah, rasanya mau hilang saja dari dunia ini. Ya, memang sekonyol itu. Cuma karena hal sepele, tapi sudah mampu merenggut seluruh kewarasanku.


Tidak, tidak. Aku cuma bercanda dan aku masih waras. Dengan bantuan segelas Vodka aku bisa melupakan rasa sakit itu. Sialan! Bahkan meski efek alkohol mulai menjalari tubuhku, bayang-bayang lelaki itu masih saja singgah di pikiranku.

"You're drunk enough, girl..." sebuah suara berat mengusik aktivitasku menuangkan sisa Vodka milikku ke dalam gelas.

"No! It's not enough yet. I need more." sanggahku yang disusul dengan satu tegukan Vodka mengucur di kerongkongan.

"Badanmu itu berat, aku tak mau membopongmu ke mobil dalam keadaan mabuk." ocehnya.

"Lalu, apa gunanya badan bongsormu itu?" ujarku ketus. "Bawel!"


"Seongwoo bakal tertawa melihat keadaanmu yang menyedihkan ini." lelaki itu mencibir. Damn! Padahal aku sudah susah payah untuk tidak membawa serta nama itu dalam upayaku menghilangkan depresi.

"Diam atau kubekap mulutmu!?" ancamku sambil menudingnya dengan telunjuk, tepat di depan hidungnya. Oke, dalam kondisi mabuk, ini sama sekali tak menakutkan karena mataku sudah amat berat untuk hanya sekadar memfokuskan pandangan padanya.


"Butuh pelampiasan?" tanyanya dengan nada menggoda dan kujamin kini sebelah bibirnya tengah menyeringai. "Dulu kau selalu menjadikan teman sejak kecilmu ini sebagai tameng untuk berlindung saat ada anak laki-laki mengganggumu, kan?"

"It's such a different context, Mr. Kim. We're adult now."

"What did an adult usually does? You still look as a cute girl for me."

"Please stop talking nonsensical thing, Kim Dong Han! Why don't you just get drunk like what I've done?"

"Jika aku mabuk, maka siapa yang akan menjagamu di sini? Banyak orang jahat yang suka berbuat macam-macam." sebuah frasa dari Donghan langsung meneduhkan. He was a good man, my precious best friend.


"AKU INGIN BALAS DENDAM!!!" pekikku dengan vokal delapan oktaf. Aku mengacak rambut frustasi, bayang-bayang Seongwoo susah sekali hilang meski aku sudah setengah mabuk.

"Then just use me and be happy like him now with his new girlfriend.."

"Donghan, are you crazy?!"

"No... I'll do anything for you, whatever it is."

"Apakah ini... cinta yang kau katakan waktu itu?"

"Iya, yang tidak akan pernah hilang untukmu."

Aku memalingkan muka. Terasa aneh saat tiba-tiba dihadapkan dengan situasi secanggung ini. Ya, ya, ya... Bukan sebuah kejutan, namun aku selalu menghargai keberaniannya untuk mengungkap itu.


Donghan pun beranjak untuk duduk di sofa yang sama denganku. Tangannya menggeladik, membenarkan posisi dudukku yang hampir merosot.

"How about one night stand with me for healing your pain?" bisiknya lembut menelusup gendang telingaku. Aku memutar wajahku, menghadapkannya pada paras Donghan yang hanya berjarak sepersekian senti.

"Which one is better? At your car or the hotel?"

ღღღ

GUE ABIS NGEGALAUIN FOTO PREDEBUTNYA SEONGWOO JADI EDYANN BEGINI ENGGA NGERTI LAGI DAHH

Scenario 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang