Prolog

189 8 0
                                    

Aku menatap gadis yang sedang duduk di kursi balkon kamarnya, dimana ia dirawat inap, aku tidak berani menghampirinya , karena keadaan

Dia tidak bisa melihat, dan mental kejiwaanya sedang diuji .

Menurutku , dia tidak gila, sama sekali tidak , menurutku dia hanya lelah . Masalah yang menimpanya begitu besar, sampai aku saja yang membayangkanya hanya bisa menghela nafas heran .

Rambutnya yang hitam masih terlihat indah walaupun lepek , wajahnya yang putih dan manis kian menirus karena otaknya di paksakan untuk berfikir , dan badan yang segar kian mengering .

"Sergio" panggil seseorang , ya seseorang memanggilku .

Aku menoleh ke arah belakang , aku ingin tau siapa yang memanggilku , saat itu juga aku tersenyum hambar . "Aiden" jawabku

Ia berjalan mendekatiku , tapi tatapan matanya tak lepas dari gadis yang sedang menikmati angin semilir dengan pemandangan hitam kelam.

"Gimana?" Suaranya terdengar lagi.

Lagi lagi aku tersenyum " sama , gaada yang berubah " jawabku mencoba tenang . Aku sempat marah , karena dokter tidak kunjung mendapatkan pendonor mata .

"Gue kangen " gumamnya lirih.

Sama , hal manusiawi itu gue juga rasain

"Iya .." aku hanya bisa menjawab seadannya . Sakit memang , ketika melihat orang lain juga menyukai orang yang sama ,

"Gio" panggilnya lagi .

Aku menoleh , terlihat wajah Aiden sedang menatapku lekat . "apa?"

"Kalo gue keluar dari ruangan ini dengan perasaan yang berbeda, gue minta lo janji" Aiden menatapku dengan wajah datarnya yang beraura tajam dan dingin .

" gue minta lo janji sama gue , jagain dia , kaya lo mau kehilangan dia" lanjutnya , ia memalingkan wajahnya . Menatap gadis itu kembali

"Ya" jawabku , aku menoleh ke arah gadis itu juga " gue janji"

Perfect RivalWhere stories live. Discover now