Prolog

28 9 3
                                        

Alice sedang mengemasi barangnya siang itu. Ia baru saja menempati kontrakan barunya di daerah dekat kantornya.

Bruk!

Ups! Ia baru saja tersandung sendalnya sendiri ketika hendak memasuki kontrakannya.

Maka berantakanlah seluruh barang yang ada di dalam kardus yang tadi hendak dibawanya masuk ke dalam rumah.

Bukannya mengomel, Alice malah tersenyum melihat sebuah foto tergeletak di lantai. Foto masa SMA-nya.

Sedetik kemudian, otaknya sudah kedatangan kumpulan kenangan seperti kepingan-kepingan puzzle.

Alice membungkuk, kemudian mengambil foto tersebut. Ia terkekeh sendiri melihat gayanya saat itu. Rambut lurusnya dibiarkan tergerai bebas, senyum terpaksa, dan tangannya lurus saja ke bawah, tanpa gaya apapun.

Ia dipaksa berfoto saat itu memang.

Senyumnya memudar melihat dua orang di sisi kanan dan kirinya di foto itu.

Kalian apa kabar? Aku rindu. Bisiknya dalam hati.

Ia kembali membungkuk ketika melihat sebuah foto lagi di dekat kakinya.

Foto hasil photo box dengan berbagai pose.
Foto dengan seseorang yang hingga saat ini dicintainya. Satu-satunya orang yang memanggilnya dengan nama berbeda dengan panggilan orang lain padanya.

Alice tersenyum.
Kali ini ia tulus bersyukur telah memiliki orang itu.

AttackWhere stories live. Discover now