[name] beranjak dari tempatnya dengan malas, lalu mengangguk singkat mengiyakan. Segera berjalan menuju ruang kepala sekolah yang kebetulan tak terlalu jauh dari ruang kelas. Ya, sebenarnya ini merepotkan. Melihat dari tingkah laku, memang sama sekali tidak mencerminkan pribadi seorang Akashi. Terlalu banyak nilai minus yang membuat orang tak yakin.

Ia membuang pikiran anehnya, tak terasa sudah sampai di depan ruang kepala sekolah. Lalu, pintu itu diketuk, lalu memutar kenopnya saat diizinkan masuk.

"Permisi."

"Ah, [fullname]. Silakan duduk. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu," kata pak tua itu dengan ramah.

"Ada apa bapak memanggil saya?" Tanyanya sopan. Iya, sebut saja itu sebagai pencitraan.

"Klub voli kita membutuhkan bantuan. Kuharap kau bisa menjadi tutor mereka. Ini kesempatan bagus untuk membangkitkan lagi klub voli Karasuno. Tetapi, ada beberapa anggota inti yang mengalami kendala nilai. Kuharap kau bisa membantu mereka. Nilai bagus merupakan syarat untuk dapat mengikuti pertandingan."

Ah, pria tua ini sangat merepotkan.

"Apa harus saya jawab 'ya'?"

Pria tua yang menyandang gelar kepala sekolah itu terkekeh, "Aku berharap banyak darimu, kau bisa mendapat beberapa kelonggaran, tertarik?"

Satu alisnya terangkat, kelonggaran macam apa yang ia maksud?

"Kau tak perlu menjadi anggota klub manapun, dan kau bisa mendapat tempat duduk dekat jendela," ucapnya kemudian.

Hm, tawarannya cukup menarik. Karena sejujurnya ia juga malas untuk tergabung dalam klub manapun. Tidak suka terikat dan mencintai kebebasan. Tapi, mengingat menjadi tutor itu juga merepotkan, lantas ia kembali berpikir.

Duduk di dekat jendela itu surga.

Baiklah, sudut bibirnya sedikit terangkat. Mungkin menjadi seorang tutor tidak terlalu merepotkan. Hanya harus banyak bersabar lantar mengajari orang lain. Sekalipun sebenarnya ia bukan tipe orang penyabar.

"Baiklah, jadi kapan saya bisa 'mengajar' mereka?" Ia bertanya sambil tersenyum.

"Mulai hari ini saat kegiatan klub."

Sebenarnya ini merepotkan, tapi hal yang ditawarkan sungguh menggoda.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi, sir." Ia menunduk hormat, lalu bergegas meninggalkan ruangan kembali menuju kelas.

•••

Bruk

Ia meringis, tubuhnya baru saja menabrak seseorang. Siapa? Lantas ia mendongakkan kepala, melihat siapa yang ia tabrak. "Maaf," katanya datar.

"Oy Kageyama! Cepatlah!"

Siapa yang berteriak di koridor sepi seperti sekarang? Kedua netra menyipit, menangkap figur seorang pemuda berperawakan mungil datang menghampiri pemuda bongsor berambut sehitam jelaga di hadapanmu.

Kageyama membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat. "Maaf, aku tadi terburu-buru," ucapnya dengan nada datar. Gadis itu mengernyitkan dahi. "Tak apa, lagipula aku juga sedang tidak fokus," balasnya canggung.

Pemuda mungil yang berteriak tadi berjalan mendekat. Bibirnya mengoceh, memberi protes pada Kageyama yang enggan menghiraukannya. Lalu, ia segera menoleh pada [name].

"Maaf, dia memang ceroboh. Hehe," ucapnya dengan cengiran.

"Simpan itu untuk dirimu, boge!" Kageyama membalasnya tidak terima.

Pemuda mungil itu mengabaikan makian Kageyama, ia lantas menarik tangannya—menyeretnya pergi menjauh sambil melambaikan tangan kearah [name] setelah mengucapkan permintaan maaf.

Kembali gadis itu ulas senyuman canggung, melambaikan tangan singkat pada mereka yang pergi menjauh. Lalu kembali berjalan menuju ruang kelas.

Dua orang yang aneh.[]

TBC
.
.
.
Akhirnya ga direvisi. Tapi remake 😂 iya, aku gregetan sama tulisanku dulu wkwk. Geli gitu bacanya 🙃

Tapi jalan cerita masih tetep sama, cuman pendeskripsian sama dialog ada yang diubah:)

Clik vote, and submit your comment!

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang