[19] emosi

901 164 29
                                    

Jeni sudah sadarkan diri sejak 1 jam terakhir. Sejak ia sadar, disitulah mereka diam tak bergeming dalam ruang dingin dan seram penuh AC ini. Ruang kematian, ruang BK.

Mereka--Jeno dan Jeni lagi nunggu orangtua yang sudah di telpon pihak sekolah untuk datang kemari. Sudah 1 jam, mereka tahan mengunci mulut untuk tidak saling bicara.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Tampaklah seorang wanita berkerudung panjang dengan aura nya yang berbeda. Iya, Umi-nya Jeno datang dan berjalan di depan.

Di belakangnya, tampaklah seorang lelaki canggung mengenakan jas biru dongker dengan aura wibawanya. Itu, Papa Jeni.

Mereka langsung menemui anak masing-masing untuk bertanya ada apa.

Tapi guru BK menyuruh orangtua tersebut untuk duduk sebentar, dan ia akan menjelaskan semuanya.

Selama guru BK itu menceritakan semuanya, Jeno dan Jeni cuma bisa diem tak bergeming, di samping orangtua masing-masing.

Mereka terlalu capek, mungkin?

Dan hingga sampe lah guru BK ini bertanya, satu diantara mereka segan untuk menjawab.

"Engga, Umi. Kejadiannya beda kayak kemaren," ujar Jeno berusaha sesantai mungkin.

"Sama aja, sama-sama tindih-tindihan, kan?!"

"Iya tapi ini Jeni-nya--"

"Maaf Bu, Anda tadi bilang sama kayak kejadian sebelumnya, apa maksudnya?" Tiba-tiba Papa Jeni memotong ucapan Jeno.

"Oh, bahkan Anda orangtua dari anak ini pun ga tau apa yang dilakukan anak Anda sebulan yang lalu?"

"Sebulan yang lalu? Seingat saya, sebulan yang lalu itu.... kami sedang berlibur di Lombok."

"Tanggal berapa Anda berlibur?"

"Awal bulan."

"Nah, kejadian anak Anda menindih anak saya itu tanggal 24. Saya tanya, tanggal itu apakah Anda sudah pulang dari acara berlibur?" tukas Umi Jeno berapi.

Papa Jeni mengangguk.

"Apakah Anda tahu soal itu?"

Papa Jeni berdecak, "Anak muda jaman sekarang, itu cuma bercanda, Bu. Jangan dibawa serius."

Umi Jeni melotot. Ga nyangka sama apa yang diutarakan oleh Bapak itu.

"Anda bilang apa? Itu cuma bercanda? Apakah Anda tahu kalau anak Anda itu sudah mengkonsumsi rokok?"

Papa Jeni terdiam.

"Anda tahu tidak?"

Papa Jeni bungkam.

Guru BK yang bersangkutan berusaha menenangkan kedua belah pihak.

Jeni yang melihat Papa-nya berargumen, makin menambah kebencian di dalam hatinya.

"Engga! Anak saya ga mungkin gitu, Bu! Jeno mana mungkin gitu," Umi Jeno terisak.

"Dia, anak yang sama dan dengan kejadian yang sama seperti 1 bulan yang lalu, dimana kami--"

"Halah, kan udah saya bilang, 1 bulan lalu anak saya ikut berlibur ke Lombok dengan saya!"

Umi Jeno naik pitam. "Anda, kalau tidak tahu cerita ya diam saja!"

Jeno yang merasa tak tahan dan kepengen banget buat memberhentikan semua ini akhirnya ngomong,

"dIAM! SEMUANYA DIAM!" Jeno berteriak. "Ini... ini sebenernya salah Jeno!"



Rusuh ✕ ljn ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن