[18] alkohol dan surat panggilan

932 158 47
                                    

dengan pertimbangan tertentu, gue gajadi nge-private rusuh. jd yg mau unfoll gue ya silakan. itu hak lo. tapi udh pada baca kan bacotan gue kmrn? jd mohon kesadarannya yha Ch1N9U. tq

[!!!] yakinkan diri dan perbanyak mengucap shalawat setelah membaca part ini

ingat, puasa bentar lagi wahai manusia. beruntunglah gue ga apdet pas puasa wkwwkk

yok, baca bismillah bareng































Malam, tepat pukul 23.00, Papa Jeni baru pulang dari kantor--emh entahlah dari kantor atau bukan.

Ia masuk ke rumah dengan sempoyongan. Ia tertawa tak jelas sembari melepas kancing atas kemejanya.

"Dijjah!" teriaknya lalu terduduk di sofa krem depan tv.

Tak ada yang menyahut, apalagi orang yang ia panggil. "DIJJAH!" teriaknya sekali lagi sembari mengerang.

Ya dipikir aja, jam segini siapa yang masih mau mejeng di ruang tengah dengan keadaan rumah sebesar gini?

Dijjah pasti di kamar.

Papa Jeni lalu berjalan ke kamar Dijjah dengan celotehan yang ga jelas.

Lo bisa nebak? Iya, dia mabuk.

"Dijjah!" teriaknya sambil mengetuk pintu.

Di dalam sana Dijjah udah ketakutan. Kamarnya gak ada jendela buat melarikan diri. Kalau mau ngumpet juga pasti bakalan dengan mudah dicari oleh Papa-nya Jeni. Jadi disana, Dijjah cuma bisa nangis dengan badan yang gemetar.

"Dijjah! Buka atau saya dobrak?"

Kekeuh, Dijjah ga mau buka pintu. Dalam hati ia berdoa. Dan dalam doa nya juga terselip keinginan kalau apa yang ia pikirkan atau kejadian seperti sebelumnya ia alami bersama majikannya ini terulang kembali, ia akan merenggut nyawanya sendiri.




dubrak!!!






Pintu berhasil di dobrak.

"Haha, Dijjah? Kamu dimana?" Siapa yang ga takut ngeliat orang mabuk yang ada di depan mata kita sendiri?

Apalagi modelnya kayak Papa Jeni gini. Mati kutu.

"Dijjah! Kamu denger ga sih? Saya udah manggil kamu berulang kali loh!"

Dijjah terisak, ia menutup mulutnya dengan telapak tangan, menahan tangis. Kakinya mundur perlahan beberapa langkah karena majikannya sudah berhasil menangkap keberadaannya. Tamatlah riwayat Dijjah malam ini.

"Aku mendapatkanmu!" Dijjah teriak histeris. Papa Jeni berhasil merengkuh badan kecil Dijjah dari belakang. Ia juga menutup kembali pintu menggunakan kaki kanannya demi sang mangsa agar tak kabur.

Suasana semakin mencekam disaat dengan sengaja Papa Jeni mengikis dan membenturkan badan Dijjah ke sudut paling ujung dinding kamar ini.

Ia menyentuh dagu Dijjah untuk mendongak. Lalu ia menempelkan bibirnya ke bibir tebal Dijjah dengan penuh nafsu.

Dijjah masih berusaha membangun tembok pertahanan. Air mata nya pun sudah mengalir deras hingga turun di kedua pipi kurusnya. Papa Jeni mencumbunya dengan bertubi-tubi. Ia bahkan menjambak rambut Dijjah dengan tujuan agar pembantunya itu membuka mulutnya hingga leluasa lah ia bermain.

Rusuh ✕ ljn ✔Where stories live. Discover now