◦CLAIRE◦

135K 7.5K 120
                                    

REVISI KEEMPAT

KOMENTAR DAN BINTANGNYA YA TEMAN TEMAN

_______

"Apa?"

"Ku bilang keluar dari mobilku."

Aku memandanginya cukup lama sambil menarik nafasku dalam-dalam menahan rasa kekesalanku.

Aku membuka pintu mobilnya untuk segera turun tanpa protes apapun. Dia sama sekali tidak melirik ke arahku. Lagi pula, asal muasalnya kami adalah orang yang saling tidak mengenal dan semuanya sudah kembali seperti semula. Semuanya yang kami lakukan hari ini hanyalah untuk sebuah sandiwara. Setelah itu, aku harap tidak akan bertemu dengannya lagi.

Mobil milik Dalvin melaju cepat meninggalkanku, hingga tidak nampak lagi setelah mobilnya melaju melewati tikungan.

Dasar brengsek.

Aku terus berjalan menelusuri trotoar dan tidak jauh dari langkahku, aku melihat toko kelontong yang tidak begitu ramai dan mungkin aku bisa beristirahat di sana sambil menikmati es krim yang dibelikan oleh si brengsek tadi.

"Dia memang kurang ajar." Aku mengumpat sebal.

_____

"Bangun."

Samar-samar aku mendengar suara yang sedang mengajakku berbicara, tapi aku mengabaikannya, mungkin itu suara dalam mimpiku yang sedang menyuruhku bangun.

"Sampai kapan kau terus tidur disini dengan posisi aneh semacam ini?"

Lagi-lagi aku mendengar suara itu lagi hingga aku merasakan sebuah tendangan cukup keras dari meja yang sedang menjelma menjadi bantalku.

ku buka mataku perlahan, lalu menarik kepalaku dari atas meja dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan adanya pria angkuh itu dihadapanku. Sejak kapan dia ada disini?

"Aku tidak mau pulang bersamamu." Kataku cepat tanpa menunggu ajakannya untuk mengantarku pulang. Aku tahu dia mencari ku karena dia merasa bersalah mengenai  tragedi tadi.

"Memangnya siapa juga yang mau mengajakmu pulang?" Katanya sinis kemudian menyandarkan punggungnya dikursi.

Aku mendesis kesal. Tahu begitu aku tidak mungkin to the point untuk mengatakan pemikiranku mengenai dia yang akan mengajakku pulang.

Dalvin mengambil sekaleng kopinya yang ada diatas meja kemudian meneguknya. Aku terus menatapnya yang sedang meneguk sekaleng kopinya, dia memang tampan dengan gayanya yang seperti itu. mantel beludru yang menyelimuti tubuhnya dan rambut yang disisir rapih, apalagi ditambah dengan posisi seperti itu. Dia terlihat maskulin.

Mengerutkan kening, mengapa aku jadi memujinya? Aku langsung menggelengkan kepalaku. Tidak, kau tidak boleh terlena.

"Apa kau tidak memiliki inisiatif untuk membelikan aku minum?" Tanyaku padanya dan ia langsung menaruh sekaleng kopinya diatas meja.

Dia diam sejenak hingga beberapa detik kemudian dia bertanya, "Jadi kau haus?"

"Iya, aku haus dan ini karena kau tidak memberikanku tumpangan untuk pulang hingga aku harus berjalan kaki dari kedai es krim sampai di—"

Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Dalvin langsung menyumpali mulutku dengan sapu tangannya. Sialan.

"Cerewet, apa susahnya untuk meminta dibelikan minum?" Dalvin langsung angkat kaki dari duduknya dan segera masuk kedalam toko kelontong.

Diam-diam aku memakinya, dia selalu bertingkah seenaknya tanpa mau mendengar ucapanku.

Aku mengambil sekaleng kopi miliknya dan berusaha untuk meneguknya, tapi hasilnya nol besar. Dia sudah menghabiskannya lebih dulu, ku pikir dia menyisakan setengah kopinya.

I'm Yours Mr.NelsonWhere stories live. Discover now