[18] alkohol dan surat panggilan

Start from the beginning
                                    

Namun Dijjah tak mau. Ia lebih rela rambutnya rontok dijambak daripada membuka mulut dan dimanfaatkan seperti itu oleh majikan sendiri.

"Kau keras kepala sekali!" Papa Jeni melepas pagutannya.

"Karena itu, aku akan memberikanmu hukuman!" Lalu ia melucuti semua pakaian yang di kenakan Dijjah dengan tak sabaran.

Salah Dijjah kenapa ia hanya mengenakan daster panjang saja. Itu semakin memudahkan majikannya menikmati setiap lekuk tubuhnya hanya dalam hitungan detik.

Papa Jeni melempar Dijjah ke atas kasur. Melihat Dijjah yang sudah naked, membuat hasrat dan nafsunya semakin menggebu-gebu.

Dengan gencar ia melepas seluruh pakaiannya, tak terkecuali pakaian dalam. Ia masih berada di ambang setengah sadar akibat minum minuman dengan kadar alkohol tinggi yang ia minum saat di kantor tadi.

Dijjah ingin melarikan diri dengan segala perkiraan yang sudah otaknya pikir matang-matang. Tapi telat, majikannya itu sudah bermain lebih dulu dengan mengikat kedua tangannya di ujung kepala spring bed.

Mata Dijjah pun di tutup dengan semacam kain oleh Papa Jeni. Tatapan setan terpancar jelas saat ia senang melihat Dijjah menderita di bawahnya.

Tanpa memedulikan raungan minta tolong dari mulut Dijjah, Papa Jeni semakin asik menikmati permainannya. Ia seakan mabuk, lebih mabuk dari saat ini ketika ia berhasil menyatukan dirinya dengan seorang Dijjah.

Dijjah cuma bisa pasrah dalam tangis. Kalau lo tanya apakah Diijjah menikmati setiap penyiksaan itu, jawabannya tentu tidak. Sudah 28 tahun Dijjah menjaga keperawanannya. Ia menjaga aset berharganya itu hanya untuk seseorang yang pantas, nantinya. Tapi ternyata semua harapan Dijjah hancur saat malam dimana perceraian antara majikannya berlangsung.

Papa Jeni berhasil merenggut keperawanan Dijjah untuk pertama kalinya dengan bawaan mabuk berat karena masalah perceraiannya. Dijjah menjadi korban. Itu, sekitar 1 tahun yang lalu.

"Eungh...." lenguh Papa Jeni keenakan.

Persetan dengan apapun, malam ini ia harus puas!

Papa Jeni seorang penasihat hukum yang kehidupannya berubah 180° karena perceraian dan pertikain dalam rumah tangga maupun dalam pekerjaan.

Setelah pisah ranjang, ia lebih sering bolak-balik diskotik dan bermain dengan para wanita jalang ketimbang untuk bekerja. Sikapnya pun menjadi kasar, arogan dan tempramental.

Alih-alih mencari nafkah, Papa Jeni lebih senang mencari uang dengan cara yang instan, seperti bermain judi. Semua harta kekayaan dijual, syukur-syukur kalau ia menang.

"Akh! Cepat! Bergeraklah dengan cepat!"

Ini bukanlah keluarga harmonis seperti kebanyakan. Terdengar kabar bahwa Mama Jeni sudah menghembuskan nafas terakhirnya karena penyakit stroke yang ia derita, 6 bulan yang lalu.

Papa Jeni mana ada kepedulian untuk berbela sungkawa. Semenjak itu dan 1 tahun silam, kehidupan Jeni pun berubah.

Kan ga ada yang mau peduli, Jeni jadi anak yang hobi berkeliaran malam-malam. Mainnya ke diskotik kayak Papa, main sama temen-temen dan kerjaannya mau happy-happy aja.

Rusuh ✕ ljn ✔Where stories live. Discover now