17. Karena Kamu Spesial

32.7K 4.8K 79
                                    

Jovan berdiri di sebuah toko bunga langganan bundanya. Anna Florist.

Semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan ide ini. Ia tidak ingin mengulur waktunya lebih lama lagi. Ia sudah memimpikannya selama belasan tahun. Sekarang ia harus menunjukan perasaannya pada gadis itu. Seratus mawar merah mungkin akan membuat gadis itu menjadi lebih peka dengan perasaannya.

Sejujurnya Jovan gemas setengah mati dengan sikap Amor.
Gadis itu mudah sekali didekati namun di sisi lain seolah memiliki tembok tak kasat mata di sekelilingnya.

Mereka memang semakin dekat belakangan ini. Namun Jovan begitu sulit menggapai hatinya. Apakah karena pria bernama Danar itu? Sang mantan yang tidak tahu diri. Sang mantan yang berkali-kali menguntit kemana mereka pergi.

"Seratus mawar merah untuk istrinya ya pak?" Sapa pemilik toko. Seorang wanita berusia 40 tahunan.

"Bukan. Saya belum menikah." Jovan tersipu malu.

"Aaaah i see. Berarti buat kekasih." Tebaknya kemudian. Sukses membuat Jovan salah tingkah.

Ini pertama kalinya ia membeli bunga untuk wanita yang 'spesial'. Bahkan tidak untuk bundanya yang alergi serbuk bunga. Tidak juga untuk mantannya.

Ia tidak pernah bersikap romantis kepada siapa pun. Hingga Amoria Mentari muncul kembali dalam hidupnya.

Pemilik toko lalu menyodorkan kartu ucapan berwarna merah jambu.

"Mungkin anda ingin menuliskan sesuatu untuk kekasih anda."

Jovan tertegun. Berpikir apa yang hendak ia tuliskan di sana.

Jovan meraih kartu itu. Mengambil pena dari balik jas kantornya. Mulai berpikir apa yang harus ia tuliskan.

'Untuk gadisku, Amoria Mentari'. Halaaah!

'Untuk Amoria Mentari. Smoga kamu suka'. Hmmm...datar

'Untuk Amoria Mentari. I love you'. Aduh, jangan dulu! Tidak di sini. Belum saatnya.

Cukup lama berpikir, berusaha mengolah kata demi kata yang menurutnya pas. Dan tentunya tidak akan membuat gadis itu muntah setelah membacanya.

Mengapa kali ini menyusun sederet kata saja begitu susah, dibandingkan dengan menyusun berlembar-lembar bahan presentasi.

Jovan mendesah kesal berkali-kali. Ia bukan tipe pria yang mudah mengobral rasa apalagi rayuan gombal. Artha jagonya. Jovan menyesal tidak belajar darinya.

Jovan hendak menghubungi Artha hanya untuk sekedar belajar kilat menulis sesuatu yang romantis. Jovan mengeluarkan smartphone dari saku jasnya. Memandang layarnya dengan ragu.

Oh tidak! Jovan akhirnya terpikir sesuatu. Akhirnya ia menemukannya. Setelah 15 menit terjadi perang batin. Jovan langsung menuliskannya. Semoga gadis itu tidak sakit perut setelah membacanya.

Hanya untuk Amoria Mentari.

Gadis yang pipinya selalu kemerah-merahan. Aku harap kamu menyukainya.

*Jovan*

"Sudah pak?" Pemilik toko menunggu kartunya. Sebenarnya sangat geli melihat mimik wajah Jovan yang berubah-ubah. Begitu kerasnya berpikir hanya untuk menulis 3 deret kalimat.

Jovan mengangguk sambil menyerahkan kembali kartunya.

"Tolong kirim ke alamat kantor ini. Untuk Amoria Mentari di divisi keuangan."

"Siap pak. Setengah jam lagi bunganya siap diantar."

"Terimakasih."

Fiuuuh.

Jovan menarik nafas lega. Tapi untuk sementara. Karena setengah jam kemudian sepertinya ia akan lupa cara bernafas dengan benar, menunggu kabar dari gadis itu.

×××

Jovan mondar-mandir gelisah di dalam ruangan kerjanya. Sudah hampir 2 jam berlalu dan belum juga ada kabar dari Amor. Jovan sampai memeriksa smartphone-nya berkali-kali. Siapa tahu baterainya habis atau siapa tahu hilang sinyal.

Bahkan Jovan sedang menimbang-nimbang apakah ia akan menelepon Amor atau tidak. Jika dalam 30 menit ke depan Amor tidak juga menghubunginya.

Artha bersandar di depan pintu ruangan Jovan, geli memperhatikan tingkah laku boss-nya.

"Boss...gelisah amat kayak lagi nungguin istri melahirkan." Goda Artha.

Jovan mendengus kesal. Ia sedang gelisah hingga tidak mampu membalas candaan Artha.

Haruskah dia bercerita bahwa tadi pagi-pagi sebelum ke kantor ia telah mengirim seratus mawar merah ke kantor Amor dan kini ia sedang menunggu kabar dari gadis itu.

Walau hanya sekedar mengucapkan terima kasih.

Sungguh bukan ucapan terima kasihnya yang Jovan tunggu. Tapi bagaimana reaksi gadis itu setelah menerima 100 mawar merah darinya.

Tiba-tiba Jovan menyesali kebodohannya. Memijat keningnya berkali-kali.

Seharusnya dia tidak mengirimkan 100 mawar merah, melainkan satu kontainer coklat. Mengingat gadis itu begitu menyenangi coklat.

Bip bip

Bunyi pesan masuk ke smartphone Jovan.

MySunshine: Wow! Aku kaget kamu kirim mawar segitu banyaknya. Dalam rangka apa nih? Hari ini bukan ulang tahunku. By the way, thank's a lot Jov 😊

Jovan mengepalkan tangannya ke udara. Senang pada akhirnya.

Jovan: Do you like it?
MySunshine: Yess! But why? 😮

Mampus lo Jov! Harus jawab apa coba? Masa mau langsung nembak di sini? Begitu saja?

Jovan berpikir keras. Lebih keras dari pada memikirkan mencari strategi pasar. Hingga akhirnya terpikir sebuah jawaban.

Jovan: Karena kamu spesial. Mau makan makan malam nggak?

Amor tidak langsung menjawab. Jovan geregetan. Apakah jawabannya barusan begitu gombal? Apakah ia telah salah menjawab?

15 menit kemudian.

MySunshine: Malam ini?

Akhirnyaaaaa...

Jovan kembali bernafas dengan normal.

Jovan: Yess. Aku jemput jam delapan malam. Gimana?

Jovan kembali menunggu jawaban yang berikutnya. Kali ini lebih lama, bagai menunggu bedug maghrib di bulan puasa. Apakah gadis itu akan menolak? Sehingga berpikir begitu lama. Jovan nyaris frustasi.

Biasanya kalau diajak makan siang jawabannya secepat kilat. Dan ini bukan ajakan makan malam untuk yang pertama kalinya. Tapi makan malam yang lebih spesial. Apakah Amor telah membaca sinyal itu?

Hingga 20 menit kemudian Amor mengirim pesan lagi.

MySunshine: Ok. See you tonight Jov.

Yess! Yess! Yess!

Jovan merayakan bahagianya dengan joget hula-hula di atas sofa. Dilanjut break dance.

Artha menggaruk dahinya. Tidak menyangka seorang Jovan Syah Atmanegara bisa bertingkah konyol seperti itu. Benar-benar geli melihat tingkah laku boss-nya.

Efek jatuh cinta bisa separah itu. Sanggup mengubah dunia seseorang.

Artha kembali ke ruangan kerjanya sendiri tanpa suara. Membiarkan boss-nya berekspresi. Padahal tadi niatnya mau membahas nilai saham perusahaan yang tiba-tiba anjlok satu point hari ini.






Tbc.

Octoming

Batas ( Move On )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang