|2.2| Sebab Itu Kamu

187 62 76
                                    

Kamu yang mengundang perubahan itu.

-Dania S. pada Agam Artha P.

***

"Itu cewek kemaren yang dikerjain Agam, 'kan?"

"Iya, tuh anak emang suka nggak ngotak. Jahilnya minta dirukiyah."

"Tapi gue nggak muna ya, kemaren itu tontonan ngakak parah."

Krasak-krusuk murid yang
membicarakan Dania pagi itu mengiringi langkahnya di koridor menuju kelas. Kepala cewek itu tertunduk dalam. Dania yang biasa mendadak jadi anak 'famous' hanya karena insiden berdurasi kurang dari lima menit, hanya karena Agam.

"Lo kemaren kenapa, Dan? Nyungsep ya?"

Dania baru saja tiba di ambang pintu saat Nyok melontarkan pertanyaan yang sama sekali nggak mutu itu. "Gue bahkan udah hampir lupa. Makasih lo udah ngingetin." Jawab Dania kesal sebelum berlalu.

"Gue baik banget 'kan?" gumam Nyok kemudian mendahului Dania, "minggir, Van! Nyonya Besar mau lewat. Ntar nyungsep lagi dia, lo puasa nyontek Kimia," ucap Nyok pada cowok yang perhatiannya sedang tertumpu pada ponsel.

Cowok yang dipanggil 'Van' itu menarik kakinya yang tadi ia tumpukan pada kursi yang bersebrangan dengan bangku yang disadarinya. "Mohon ampun Nyoya Ratu, silahkan," Divan menggerakkan telapak tangan menujuk bangku Dania sambil membungkuk.

Walau Dania tahu bagaiamana tabiat Divan dan yang memiliki selera humor jatuh, cewek itu sudah terlanjur tidak sanggup mengangkat kepala sedang wajahnya kini yakin sudah merah padam. Ia benar-benar malu. Selama ini ia tidak pernah menjadi pusat perhatian, hanya anak kelewat serius yang wajib hukumnya dijauhi. Bahkan ia nyaris yakin, ini kali pertamannya Nyok dan Divan mengajaknya bicara--mengejek tepatnya.

Belum sempat Dania membuka buku guna mengubur dirinya, Nyok kembali menyeletuk, "Converse lo kemana, Dan?" cowok itu duduk di bangku sampinnya sambil menatap kakinya yang tak lagi berbalut converse seperti biasa melainkan flatshoes.

Dania merutuk dalam hati. Kenapa Nyok mendadak jadi pemerhati begini?

"Trauma, trauma." Divan menimpali kemudian bertos ria sambil terbahak bersama Nyok.

Dania mengangkat wajah, memandang tidak suka pada dua orang yang sejak awal sudah ia masukkan ke dalam daftar Jenis Orang yang HARUS Dihindari itu. Ternyata tidak hanya mereka yang tertawa, tapi juga beberapa murid yang ada di kelas itu. Kendati begitu, ia tetap membisu.

"Minggir, Nuok!" Windy meletakkan tasnya di atas meja dengan pandangan terokus pada ponsel pintar di tangannya.

Lega sekaligus miris, Dania menghela napas. Kedatangan teman sebangkunya itu seakan menjadi jawaban Tuhan untuk ketidakberdayaannya dan untuk alasan sama, ia meringis pada dirinya sendiri. Mengasihani dirinya yang bahkan tidak mampu mengucapkan dua kata sederhana seperti yang diucapkan Windy.

"Idup lo nggak lega ya Win kalau sehari aja nggak ngerusak kebahagiaan orang? " timpal Rio jengkel lalu beranjak dari kursi Windy yang didudukinya.

Windy melirik sebentar cowok itu kemudian duduk tanpa melepaskan pandangan dari ponselnya.

Nyok menatap ngeri Windy, "Dasar anak adopsian hape," setelah itu mengajak Kelvin pergi dari sana.

IneffectiveWhere stories live. Discover now