Chapter 8

8.7K 240 5
                                    


Reina POV

Sepertinya aku harus berbicara dengan mama dan papa masalah aku sudah mempunyai calon menantu untuk mereka tapi entahlah aku masih merasa ini terlalu cepat untuk ku dan Devan juga belum memberika clue kalau iya ingin mengadakan pesta pernikahan dekat-dekat ini, dia hanya memberitahu bahwa selanjutnya yang harus kami lakukan adalah mempertemukan kedua orang tua kami dan dia belum memberi tahu kapan, mungkin juga karna aku belum memberi kabar bahwa aku sudah memberi tahu mama papa, dan hubungan kami seperti biasa-biasa saja entahlah aku merasa dia hanya menganggap ini semua bisa dilakukan dengan mudah padahal aku berhadap dia agresif dalam mempersiapkan semuanya ini dikarnakan dia yang terlihat bersemangat ketika menyatakan keinginannya untuk menikah dengan ku, tapi sudahlah sepertinya aku harus bersabar dan mengikuti apa yan dia inginkan.

Weekend pun tiba dan aku bermaksud untuk menceritakan ini semua kepada Dinda agar dia tahu dan akupun bisa curhat dengan dia tapi aku binggung haruskah aku membawa Devan ikut tapi jika aku tidak membawa Devan maka aku akan menjadi obat nyamuk Dinda dan pacarnya namun jika aku bawa gimana aku cerita dengan leluasa. Tapi ajak saja deh dari pada jadi nyamuk, kalo ngomong bebas bisa kali suruh Dinda tidur dirumah, lagian dia sudah lama tidak menginap dirumah. Aku pun meghubungi Devan

"Hallo Rei ada apa?"

"Dev temenin aku jalan sama Dinda yuk entar sore nanti ada pacarnya Dinda, aku bermaksud menjelaskan ke dia bahwa kita memiliki hubungan, kan dia sahabat aku masa engga tau sih"

"Mauu jam berapa?"

"Jam 4 deh biar ga kemalaman pulangnya"

"Okedeh"

"Aku ga ganggu kamu kan"

"Engga aku punya janji malam kok sama Abdi" ah Abdi temennya yang mengoda ku itu

"Oh oke deh aku tunggu ya Dev"

Hubungan kami sekarang sama seperti sebelumnya seperti atasan dan bawahan hanya bedanya terkadang kami membicarakan bagaimana kelanjutan hubungan kami dan terkadang makan malam atau makan siang bersama. Entahlah aku merasa hubungan ini sebatas kami yang akan menikah dan tidak ada pendekatan khusus untuk saling mengenal, aku binggung aku yang tertutup atau dia yang tertutup tapi dari kami berdua tidak ada yang memulai membuka diri, itu menurut aku sih.

Aku dan dinda pun bertemu di mall Plaza Indonesia dikarnakan memang ada salah satu tempat makan yang menjadi favorite kami untuk nongkrong dan sepertinya aku dan Devan yang datang pertama karna pesanan meja atas nama Dinda belum ada yang menempati, aku juga binggung mau memulai cerita dari mana, baiknya biar Dinda yang bertanya aku yang menjawab.

"Rei..." dia memeluku dan dia terdiam mungkin dia sadar mengapa ada Devan disini

"Ehh pak Devan, bareng Rei pak?" basa basi sopan santun biasa Dinda dia masih beranggapan bahwa ini boss dikantor

"Devan aja Din ga papa kok lagian ini bukan dikantor, iya tadi bareng Rei"

"Oh iya Dev" setelah itu Dinda melotot kepada ku seperti menuntut penjelasan mengapa Devan ku bawa kesini

"Kita pesan dulu deh gue haus nih" seru Nando pacar Dinda sepertinya dia berusaha membuat suasana tidak kaku

Setelah selesai memesan makan akhirnya aku buka suara karna Dinda tidak ada tanda-tanda untuk bertanya seperti yang kuharapkan.

"Din sebenarnya kenapa gue bawa Devan kesini gue mau kasih tau ke lo kalau gue sama Devan ada rencana nikah" ekspresi dinda yang lucu seperti cewe goblok kalo binggung

"Kalo lo kasih tau ke gue lo pacaran sama pak Devan gue ngerti"

"Devan Din" ujar Devan memotong perkataan Dinda

Fate Of WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang