Chapter 5

10.4K 334 5
                                    

Devan POV

Aku sebenarnya sudah lelah namun aku masih harus menunggu orang tua dari Reina dikarnakan dia pingsan ketika di bandara, sudah kukira dia akan tumbang namun dia masih dikatakan kuat dikarnakan pingsan ketika sampai jakarta, memang sebenarnya aku saja yang pria capek dengan kegiatan ini dimana sabtu dan minggu harusnya untuk beristirahat malah digunakan untuk meninjau lokasi.

Yang baru ku ketahui ternyata Reina mempunyai penyakit maag kronis dan jika dilihat dari apa yang dia konsumsi selama melakukan survei lapangan bahkan dia tidak menyentuh nasi sedikit pun dan hanya sedikit sekali buah-buahan yang dikonsumsi terkadang masih mengkonumsi sup dan itupun tidak pernah habis. Jika dia berniat diet apalagi yang perlu dikecilkan dibadannya jelas-jelas badannya sudah proposional dan dikatakan kurus.

"Pa Rei haus pa" lah dia malah mengigau dan aku segera mengambilkan air dan memberikan kepadanya

"Pa Rei mau susu hangat" lah dia masih beranggapan aku papanya dan memang dia masih memejamkan matanya

"Pa Rei ga papa kan ga mandi, Rei lemas pa" bisa dilihat dia anak yang sangat manja kepada papanya

Dikarnakan aku tidak menjawab beberapa kali sautannya dia merasa aneh dan akhirnya membuka mata dan malah terkejut dikarnakan sedari tadi yang dimintainya tolong ternyata bukan papanya dan ternyata boss nya

"Ehh maaf pak, saya kira papa saya" ujarnya lembut hampir tidak terdengar

"Papa mu sedang dalam perjalanan kesini, kenapa kamu berdiet kalau kamu tau kamu mempunyai maag kronis, apalagi yang ingin kau kecil kan Rei"

"Aku tidak berdiet kok pak"

"Tapi selama kita di Kalimantan kau tidak makan sesuapun nasi dan hanya sedikit mengkonsumsi buah"

"Saya mual pak karna asam lambung saya naik dan ketika saya mencoba makan yang ada saya akan memuntahkan semuanya makanya saya memilih tidak makan"

"Kenapa kamu tidak ngomong ke saya kalau kamu mempunyai penyakit yang sudah dikatakan parah"

"Lah buat apa saya mengumumkan penyakit saya pak, namanya sakit harusnya disembuhi bukan diumumin"

"Terserah deh Rei" dan tak lama kami sama diam

Aku akhirnya memilih untuk berbaring di sofa kamar rawat Rei dan menutup mata agar sedikit mengurangi rasa capekku sambil menunggu orang tua Rei.

"Kak..." sepertinya papa Rei sudah sampai

"Maaf om sepertinya Rei ketiduran deh, tadi dikatakan dokter bahwa maag kronisnya kumat"

"Makasih ya ..."

"Panggil saja Devan om" dan mamanya Rei langsung menghampiri Rei dan fokus terhadap Rei sedangkan papanya mengajak aku berbincang

"Terimakasih ya Devan udah bawa Rei kesini, memang beberapa minggu ini Rei sering kecapekan dan puncaknya sebelum dia berangkat tugas ke lapangan dia sering tidak makan dikarnakan mual dan beberapa kali periksa kedokter karna kecapekan"

"Oh begitu om"

"Lah nak Devan temennya Rei kerja?"

"Iya om saya temen dekatnya Rei dikantor" aku tak tau mengapa aku mengaku teman dekatnya Rei, hanya aku merasa Rei tidak mempuyai waktu untuk sekedar berinteraksi dengan anak-anak dikantor dia hanya mempunyai teman Dinda kurasa dan itupun hanya ketika makan siang, selebihnya dia hanya berinteraksi dengan ku.

"Temen dekat atau pacarnya Rei? Rei ga pernah mau ngaku kalau dia punya pacar padahalkan ga mungkin dengan umur segini dia tidak mempunyai kekasih" apakah Rei sangat kesepian dan terlalu memporsir diri dikantor sehingga papanya pun tidak tahu kehidupannya di luar rumah.

Fate Of WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang