TEN

252 7 0
                                    

'Raka'

Raka is calling...

"Ha-"

"RAKA!!! Gila lo kemana aja kampret, pergi gak bilang-bilang, udah gitu gak pernah kontak gue, lo lupa sama sepupu lo yang cantik ini hah?!"

Terdengar suara meringis disana. "Fi, gua tau lo itu kangen berat sama gua. Tapi gak harus dengan teriakin gua kaya gitu kan? Kuping gua alamat is det kalo gini."

Aku terkekeh mendengarnya, "Yee maap. Lagian lo ilang kaya gak punya kerabat disini aja. Emang lo selama ini kemana sih?"

"Gua ke Makasar, ada tugas kuliah buat bikin penelitian gitu didaerah terpencil, masa kaya gitu doang harus ngabarin sekeluarga besar berasa lebay banget gue. Lagian waktu gua mau ngabarin lo gak ada signal. Yaudah."

"Ck, terus sekarang udah ada signal?"

"Udah, ini juga gua otw pulang makanya gua hubungin lo. Gua tau saat ini yang paling kangen berat sama gua itu ya lo."

"PD banget sih lo, najis. Gak ada kerjaan kangen sama orang sedeng kaya lo." Raka tertawa mendengar gerutuanku.

"Iya udah jangan ngambek, Nyai. Besok gua ajak jalan-jalan deh biar lo seneng."

Aku tersenyum licik, "Oke, besok jalan ya dan lo harus nurutin semua kemauan gue."

"Yayaya, dan gue harus nyiapin kantong tebel buat itu. Yaudah sana tidur, udah malem. Bye."

'Tut-tut-tuttt...'

Aku menatap ponselku kesal. Selalu begitu, menutup panggilan dengan seenaknya.

Aku merebahkan diri kekasur bersiap menyambut mimpi indah setelah kencan dengan pangeran berkudaku. Haish...

***

Terasa hangat pancaran sinar matahari dari ventilasi jendala kamar yang mengenai kulitku. Aku mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Melirik jam dinding, aku mendengus pelan. Terkadang aku merasa malas sekali ke sekolah. Aktivitas monoton setiap hari yang selalu menemaniku rasanya membuatku bosan dan membuatku tidak sabar untuk segera lulus.

'Tringgg...'

Aku menoleh kearah nakas dimana ponselku berada. Aku mengambil ponselku dan melihat siapa yang membuatnya berdering dipagi hari ini.

Cepetan bangun, mandi, siap-siap. Jangan sampe waktu gua jemput lo masih asik sama mimpi lo. Siap-siap gua siram air got depan kompleks

Aku tertawa membacanya. Ahh senangnya mendapat hiburan pagi seperti ini dari sang pujaan hati. Melarikan jariku diatas ponsel untuk membalas pesannya, dan setelah itu beranjak kekamar mandi.

Selesai mandi dan bersiap, aku berjalan menuju dapur menghampiri mama.

"Pagi, Mama." Aku mencium pipi Mama dari belakang.

"Pagi, sayang." Mama balas mencium pipiku. "Sana sarapan, mama udah siapin makanan kesukaan kamu."

Aku segera ke meja makan dan menyantap menu sarapanku setelah sebelumnya menyapa Papa dan Ferren.

"Kak, kamu berangkatnya bareng Ferren ya pakai mobil mama."

Aku menoleh kearah Papa, "Nggak usah. Aku berangkat sama temen kok, Pa."

Papa menatapku menyelidik, "Temen? Siapa? Cowok?"

Aku menggigit bibir bawahku. Aku belum memberitahu perihal Iqbaal. Bagaimana ya reaksi Papa jika mengetahui aku pacaran? Pasalnya, Papa pernah bilang padaku 'Sekolah yang bener ya, harus fokus. Jangan terpengaruh sama pergaulan sekarang yang serba pacaran dan bebas. Papa gak mau anak Papa salah memilih pergaulan.'

The FaultWhere stories live. Discover now