BAB 38 Blossom

6.3K 603 61
                                    


David masih tidak bergerak. Tapi ia juga membiarkanku memeluknya, sama sekali tidak berusaha untuk melepaskan pelukanku darinya.

Lenganku masih melingkari badannya. Dan wajahku masih menempel di dadanya, membiarkan pendengaranku dipenuhi dengan suara detak jantungnya yang mengeras. Perlahan-perlahan, suara itu pun mulai seirama dengan detak jantungku.

Selama beberapa saat, tidak ada dari kami yang berbicara. Keheningan sudah menyelimuti kami sejak tadi. Tapi keheningan itu bukan keheningan yang aneh, tapi justru keheningan yang menyenangkan. Dan aku menikmati setiap detiknya.

Aku tidak tahu apa yang sedang ada di pikiranku sebenarnya saat ini. Aku tidak tahu apa tujuanku sebenarnya melakukan ini. Tapi yang kurasakan benar-benar berbeda.

Aku tahu aku menyukai David. Aku menyukai keberadaannya di sisiku. Tapi ada sesuatu yang lain yang berada di dalam diriku. Sesuatu yang menginginkan hal lebih dari kebersamaan ini dengannya.

Lalu David kemudian membalas pelukanku, seolah ia sedang memikirkan hal yang sama denganku. Aku merasakan lengannya yang kekar kini ikut melingkar di sekeliling tubuhku, membuatku semakin merapat padanya. Aku tersenyum, merasakan aroma tubuhnya yang kini semakin jelas. Tangannya kini mulai mengelus lembut rambutku.

Aku akhirnya memberanikan diri untuk menatapnya. Ia membiarkanku melonggarkan pelukanku darinya. Tapi kami tetap berdiri berdekatan. Tangannya kini berada di pinggangku dan tanganku kini memegang lengannya.

Aku menyadari ia kini menatapku dengan sorot penasaran, seperti berusaha untuk menebak apa yang selanjutnya kulakukan. Tapi mata itu juga menatapku dengan sedikit takjub, seolah ia benar-benar tidak menyangka aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

"David," panggilku.

Ia tidak menjawab, hanya memandangku dengan sorot penasaran itu lagi.

"Apa kau punya pasangan?" tanyaku akhirnya.

Ia terdiam. Tapi kini sudut mulutnya mulai tertarik ke atas. "Kenapa?"

"Aku hanya ingin tau," jawabku dengan pelan.

Matanya mencari-cari sesuatu di kedua mataku. Ia menyadari bahwa aku masih belum menjawabnya dengan jujur. Tapi ia tetap tidak memaksaku untuk berbicara. Ia menunggu, seperti yang biasa ia lakukan. Karena ia tahu aku nantinya akan mengatakannya sendiri.

Dan tindakan kecilnya ini sudah bisa membuatku semakin merasa aman bersamanya. Mungkin sejak pertama kali aku bertemu dengannya, aku sudah merasakan hal itu. Aku bisa mempercayainya. Dan aku bisa merasakan keamanan dan kenyamanan itu begitu ia berada di sampingku.

Aku tahu rasa ini akan berkembang semakin besar setiap kali aku bersamanya. Hari ini aku menginginkan keberadaannya di sampingku untuk seterusnya.

Dan aku tidak tahu apa yang kuinginkan lagi darinya besok.

Aku menatapnya lekat-lekat, mencoba mencari jawaban dari perasaan aneh yang bergejolak di dalam diriku.

"Boleh aku menciummu?" tanyaku tanpa sadar.

David diam sejenak. Tapi kini aku melihat perubahan di sorot matanya. Mata itu kini menatapku dengan tajam, mencoba mencari sesuatu di kedua mataku.

"Kenapa?" Suaranya justru terdengar sangat tenang.

"Karena aku ingin memastikan sesuatu," jawabku.

Silent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang