Chapter 22

59 9 0
                                    

“Karena setidaknya aku masih memiliki sedikit harapan, untuk itu aku akan terus berjuang sampai harapan itu terwujud…”







#DOUBLEDATING

Air hujan yang suci ini…
Dapatkah menjadi saksi untukku mencintaimu?
Aku menangis di sudut jalan seorang diri…
Kemudian kau datang bersama rintik hujan…
Aku heran, bagaimana langit tahu perasaanku…
Dan bagaimama kau dapat menemukanku…
Aku tahu, aku harus hidup seakan-akan aku melupakanmu…
Tapi aku bahkan tak bisa melakukan apapun tanpamu…
Aku tak bisa menahanmu…
Tapi aku juga tak bisa melepasmu pergi…

10 Oktober 2026, Distric Gangnam, Seoul, South Korean
Autumn, 08.21am, Ritzville Apartement

“Ohhh, No!!! Jam berapa sekarang? Aghhh telat!”, teriak Irene seketika setelah melihat jarum jam dikamarnya sudah menunjukan pukul delapan. Ia langsung bersiap-siap untuk segera berangkat ke rumah sakit, karena ada jadwal operasi yang seharusnya dilaksanakan tepat jam delapan tadi. Dan yang lebih parah, mobilnya sedang berada di bengkel. Sudah pasti dia akan tambah telat jika menaiki bus ataupun taxi.

Suzy mengajak Irene untuk double dating dengannya. Suzy ingin melihat siapa pacar adiknya saat ini, sekaligus memperkenalkan calon suaminya kepada adiknya itu. Irene tidak bisa menjawab ajakan kakaknya itu, karena pacarnya baru saja pergi meninggalkannya bersama wanita lain.

Kebetulan D.o datang ke rumahnya dengan membawa sebuah bunga mawar merah untuk Irene, sebagai hadiah atas ulang tahunnya kemarin. Suzy yang melihat hal itu, menyangka bahwa pria yang datang ke apartementnya itu adalah kekasih Irene. Oleh karena itu, Suzy mengajak D.o untuk acara double date berpasangan dengan Irene, nanti malam di sebuah restorant mewah yang berada di Hannam-dong, Seoul.

“Ya! Eonnie, jangan mengajaknya untuk pergi double date. Dia itu sangat sibuk. Iya, kan Pak Walikota?”, tanya Irene yang ditunjukan pada D.o. Memaksanya untuk mengatakan ‘Iya’ dengan sedikit kode-kodean yang diberikannya. Tapi D.o justru mengeleng.

“Tidak. Aku tidak sibuk, baiklah aku akan datang ke sini nanti malam”, jawab D.o dengan santainya, membuat Irene kesal mendengar perkataan yang tak di inginkannya untuk keluar dari mulut D.o.

“Hyaa! Baiklah, lupakan itu. Cepat anatar aku ke rumah sakit. Sepertinya aku akan dibunuh setelah ini oleh sahabatku sendiri. Arggg…”, gerutu Irene, menghentikan pembicaraan D.o dan Suzy, sambil menarik tangan D.o masuk ke dalam mobilnya.

Sesampainya di lantai tiga, JNC Hospital. Ruangan operasi terlihat sudah kosong, dan tak ada lagi dokter ataupun pasien didalamnya. Lalu, wendy datang menghampirinya sambil mendorong kursi roda milik Sehun. Sepertinya mereka menjadi akrab, karena wendy telah menolong nyawa Sehun, pria yang biasanya sangat menjengkelkan.

“Whoahh… ada apa dengan kalian? Bukankah seorang dokter seharusnya tidak mengajak pasiennya untuk keluar bersamanya seperti ini?”, tanya Irene menyidir Wendy, ia sadar akan apa yang terjadi pada temannya saat ini, dan ia turut bahagia dengan hal itu.

“Eonnie, bukan seperti itu. Dia hanya…”, jawab Irene dengan terbata-bata karena gugup mengatakannya.

“Dia teman dekatku”, ucap Sehun, memotong perkataan Wendy dengan cepat. Dengan senyum, sambil memasangkan sebuah cincin ke jari manis Wendy, kemudian mengatakan hal yang membuat seseorang yang mendengarnya terkejut.

“Will you marry me?”, tanya Sehun yang kali ini  ditunjukkan pada wanita cantik yang berada di sampingnya. Namun, Wendy hanya menjawabnya dengan senyuman yang dapat dipastikan jika ia menyetujuinya.

WHYWhere stories live. Discover now