Tuduhan

16 3 0
                                    

Bel telah berbunyi. Biasanya para siswa dan siswi diminta untuk segera masuk ke kelas mereka masing-masing, tapi hari ini ada yang berbeda, kepala sekolah meminta agar mereka berbaris di lapangan. Padahal hari ini bukan hari senin, dan hari ini tidak ada perayaan apapun.

"Ahh, mager banget gue baris di lapangan" keluh Rendy.

"Ada apaan si tiba-tiba kita disuruh ke lapangan?" tanya Aga bingung.

"Gue juga ngga tau, Ga" jawab Rendy.

Untuk menjawab rasa penasaran itu, Aga menghampiri Tria yang memang ketua kelas di kelasnya. Biasanya jika ada informasi apapun Tria lah yang diberitahu lebih dulu oleh guru.

"Tria, kenapa disuruh ke lapangan si? Emang ada apaan?"

"Katanya si ada info penting yang mau dikasih tau, gue juga ngga tau itu info tentang apa"

"Ohh gitu"

"Iya, yasudah sekarang ke lapangan"

Setelah semua anak berbaris di lapangan. Beberapa menit kemudian pak Anugroho datang, beliau berdiri dengan raut wajah yang siapapun melihatnya akan merasa takut. Tidak biasanya beliau menampakan wajah seperti ini dihadapan para siswa dan siswi, dari sorot matanya seolah berkata "saya ingin meledak". Tanpa banyak basi-basi dia segera mengucap salam dan dengan serempak seluruh warga sekolah menjawabnya.

"Hari ini saya ingin menyampaikan kabar, yang membuat saya dan para guru merasa sangat kecewa. Kami tidak pernah mendidik kalian untuk menjadi manusia sampah! Kami mendidik kalian untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab. Dan pada hari ini saya mendapatkan kabar yang sangat memalukan, bahwa beberapa dari siswa SMA Pandu ada yang terlibat tawuran. Tawuran tersebut berlangsung sekitar jam 08.00 malam. Tolong nama yang dipanggil silahkan maju ke depan"

Para siswa dan siswi mendadak tegang mendengar perkataan pak Anugroho. Mereka menebak-nebak siapa yang akan dipanggil. Pak Anugroho memecah ketegangan tersebut dengan suara lantang memanggil nama-nama yang terlibat.

"Alex, Heri, Rizki, Adam, Samuel, Aga, Rendy, Andri, Alvian, Reza"

Aga meresa heran kenapa nama mereka bisa dipanggil. Padahal mereka tidak terlibat tawuran tersebut.

"Kenapa nama kita dipanggil Ren?" tanya Aga bingung.

"Makanya itu gue juga bingung. Sialan banget si Anu" jawab Rendy kesal karena pak Anugroho memanggil namanya.

"Cepat maju ke depan! Jangan diam saja kalian!" bentak pak Anugroho.

Aga orang yang pertama kali maju, melihat itu Rendy beserta Andri, Alvian, dan Reza pun ikut maju ke depan. Awalnya mereka tidak ingin maju karena memang mereka tidak terlibat tawuran tersebut, tapi tentunya sia-sia saja karena hal itu justru membuat pak Anugroho tambah marah.

"Oke, karena semua pelaku sudah berkumpul di depan. Sekarang kalian yang tidak terlibat silahkan kembali ke kelas" ucap pak Anugroho.

                                       ***
Suasana di ruang Kepala sekolah menjadi mencekam, tapi Aga yang memang cuek justru tidak merasa takut sama sekali. Karena kali ini dia merasa tidak terlibat tawuran tersebut.

Pak Anugroho menatap mereka dengan tatapan penuh amarah, dia menggebrak meja berusaha melampiaskan kekesalannya. Saat beliau sedang menghardik kesepuluh siswanya itu, Aga memotong pembicaraannya.

"Mohon maaf sebelumnya, Pak. Atas dasar bukti apa Bapak menganggap bahwa saya dan keempat teman saya adalah pelaku tawuran tersebut?"

"Kamu sudah bersalah masih juga melawan!"

EightWhere stories live. Discover now