Hati Feby Untuk Siapa?

2.4K 162 7
                                    

Hari ini Sakha kembali ke Jakarta pukul 7 malam. Seperti biasa, dia pergi ke ATM terlebih dahulu untuk mengirim uang ke Ardi. "Mas Sakha!" Teriak Kirana memanggil Sakha dari jauh. Sakha spontan melihat ke sumber suara, dan berjalan menghampiri Kirana.

"Manggilnya pelan-pelan aja kali. Gak usah kayak gitu, malu gue." Protes Sakha sambil berjalan diikuti Kirana. "Gue numpang sama lo, ya," kata Kirana. "Ada syaratnya tapi," Sakha melihat ke arah Kirana. "Apa?"

"Lo harus jawab." Sakha sok serius. "Ya iyalah, kalo ditanya gue jawab. Apaan sih?" Kirana penasaran. "Aduh gimana ya bilangnya," Sakha bingung sendiri. "Cepetan lah, penasaran gue."

"Bentar, gue ada urusan di ATM, lo diem sini."

Sakha menyelesaikan urusannya di ATM, kemudian dia kembali ke Kirana. "Yuk pulang," ajak Sakha. "Lo mau nanya apa, Mas?" tanya Kirana sambil berjalan. "Oh itu. Ini ... lo udah itu ... belom?" Tanya Sakha ragu.

"Itu apaan? Makan? Ya udahlah tadi di kabin. Kenapa? Lo mau gue traktir makan, Mas?"

"Bukan, itu loh, Ran,"

"Apaan sih, Mas? Ooh gue tau! Udah gajian kan? Ya belom lah, sekarat duit gue."

"Bukan."

"Jadi apa?"

"Gimana ya ngomongnya?"

"Ya ngomong aja, gak usah kayak orang bego gitu."

"Jangan kaget ya," Sakha memberikan peringatan. Kirana mengangguk. "Lo--udah-dapet-belom?"

"DEMI APA LO NANYA KAYAK GITU, MAS!" Kirana kaget setengah mati. Spontan Sakha menutup mulut teman Feby ini. "Pait ih tangan Mas Sakha!" Kirana melepaskan tangan Sakha. "Kenapa lo nanya gitu, Mas? Gasopan."

"Ntar gue kasih tau, udah yuk pulang."

Sakha berjalan menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil, diikut Kirana. "Lo kenapa nanya gitu?" Kirana memakai sabuk pengaman. "Gini, lo demen yang serem gitu gak?"

"Lumayan suka lah. Kenapa? Lo mau ngepet? Terus lo mau nyuruh gue jaga lilin?"

"Astaga, duit gue udah banyak kali. Ngapain gue ngepet dah. Ini, gue mau ngajak lo sama Feby nyari hantu."

"Mau dong gue. Tapi Feby pasti gak mau, dia anti sama yang gituan."

"Yah. Lo bujuk dong. Ajak dia."

"Kasih gue kado."

"Udah tua masih aja demen dikasih kado. Yaudah, ntar gue kasih." Sakha menyalakan mesin mobil dan menjalankan mobilnya. "Apa kadonya?" Tanya Kirana. "Gue kenalin sama Gahari gebetan lo itu."

"ANJIR DEMI APA?! BENERAN KAN, GAK BOHONG?"

"Demi Feby. Beneran gak bohong."

Sakha mengantarkan Kirana sampai depan pintu kosan. "Masuk dulu, Mas." Ajak Kirana. Sakha masuk ke dalam kosan Feby dan Kirana. "Feby mana, Ran?" Tanya Sakha ketika melihat kosan wanita itu gelap.

"Mana gue tau. Kan gue sama lo. Bentar deh, gue telpon."

Kirana mencari kontak Feby dan menghubungi wanita itu. "Halo, Feb."

"Halo. Kenapa, Kak?"

"Kamu dimana?"

"Aku lagi diluar."

"Sama?"

"Afandi. F.O junior."

"Yaudah, hati-hati ya."

"Dimana Feby?" Tanya Sakha. "Lagi ... um, la-la-gi di GOC," jawab Kirana terbata. "Ngapain?" Sakha penasaran. "Ada urusan gitu. Lo pulang aja, gapapa." Usir Kirana. "Kenapa ngusir coba?"

"Gue mau mandi. Udah pulang aja, Mas."

"Iya deh, iya." Dengan malas Sakha keluar dan pulang. Setelah memastikan Sakha benar-benar sudah pulang, Kirana bisa bernafas lega.

"Ya Allah, Feb Feb. Malah jalan sama Afandi. Hadeuh. Pusing aing liat Feby."

Kirana masuk ke kamar dan mengganti seragamnya, kemudian berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya.

11.00 p.m

Feby belum juga kembali kerumah. Kirana sudah siap dengan dressnya. Sebelum pergi, Kirana mengirimi Feby pesan teks.

Kirana: Feb, aku pergi duluan ya. Km nyusul aja sm Afandi

Kirana memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berjalan keluar, mengunci pintu kemudian mengendari mobilnya.

"Aduh Feb, kamu ini kemana sih?" Kirana kemudian menekan klakson mobil saat ada motor yang tiba-tiba menyalip. "SI GOBLOK GATAU GUE LAGI SEBEL AH!"

Kirana mengendari mobilnya cepat menuju tempat yang biasanya dia kunjungin bersama Feby. Tempat ini tetap seperti biasa, ramai.

"Malam mas," Kirana duduk di table Ronald, temannya di tempat ini. "Malam. Feby mana?" Ronald menggeser gelasnya. "Gak tau tuh, pusing gue liat dia."

"Napa? Pantes muka lo suntuk. Cerita dong."

"Tunggu, Sakha ada dateng ke sini?"

"Udah hampir 2 minggu dia gak kesini."

"Okay, aman berarti."

Kirana menceritakan apa yang terjadi kepada Ronald dengan syarat, Ronald tidak boleh membocorkan rahasia ini kepada Sakha.

Klub malam ini semakin ramai, Kirana belum menemukan sosok Feby ataupun Sakha. "Nal," panggil Kirana yang menyandarkan tubuhnya di sofa. "Ya?"

"Bingung gue,"

"Jangan bingung-bingung. Enjoy aja," ucap Ronald sambil merangkul Kirana. "Nal, no." Spontan Ronald sedikit menjauh dari Kirana. "I'm sorry."

"Iya gapapa."

Feby menatap layar ponselnya, tidak ada notifikasi dari Feby. Yang ada hanyalah Sakha yang sedari tadi menanyakan Feby kepada Kirana.

"Gue bingung, hati Feby untuk siapa. Untuk Sakha atau si Afandi."

"Si Afandi itu anak mana?"

"Gak tau gue, Nal. F.O baru, masih junior. Gue cuma pernah denger dari Senior aja sih, katanya si Afandi ganteng. Kasian gue sama si Sakha."

"Lo harus nanya langsung ke Feby, Ran. Ini masalah perasaan. Gak ada yang tau. Tapi lo gak boleh terlalu mencampuri. Biarin Feby dewasa, ini udah waktunya buat dia mempertanggung jawabkan pilihannya."

"Iya. Mungkin ini udah waktunya untuk ngelepas dia. Gue udah ngerasa dia itu adek perempuan yang harus gue jagain. Apalagi kita sama-sama anak perantauan."

Hai~

Ada yg tau operasi woyla? Yang pembajakan Pesawat Garuda DC-9 Woyla. Aku kemaren sama si itu ke gramed, terus liat Operasi Woyla, bukunya warna merah. Keren sih kayanya, pengen beli tapi teringat buku Rudy Habibie yg belom tamat. Dan gak jadi beli, huhu

Btw ada yg bisa rekomendasiin buku/ majalah tentang penerbangan atau pesawat? Buku kayak, Langit Indonesia Punya Siapa, F.A.S.T, Miles over me, Burung Besi Monika, Rudy Habibie, Operasi Woyla, Majalah Angkasa, sama ada 1 lagi, aku lupa judulnya. Intinya buku yg berhubungan dengan pesawat/ pramugari.

Sakha's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang