Tentang Feby

5.2K 248 3
                                    

Sakha

Ada perasaan bersalah yang menyelimuti gue. Entahlah, gue merasa berdosa udah bikin Feby jatuh. Sebenarnya gue bukan khawatir dia marah dan gak mau temenan lagi sama gue, yang gue takutkan cuma kakinya dia keseleo atau gimana, dan mengakibatkan dia gak bisa kerja.

Sejauh yang gue kenal, Feby adalah pribadi yang humoris dan gak dendam. Tapi laki-laki macam apa yang nyakitin wanita dengan sengaja. "Ka, keren ya, Snapchat," Kapten Ali tiba-tiba menunjukkan layar ponselnya ke gue. "Hehe, iya capt." Gue nyengir aja. Dia gak tau sih, gue lagi mikirin Feby.

"Sini dong, Ka. Kita bikin pake filter anak gembala kesukaan saya," Kapten Ali ngerangkul pundak gue.

Setelah take off, gue mau cerita tentang Feby.

Beberapa waktu lalu, Feby dan gue nongki di Starbucks dan kita cerita-cerita banyak tentang masa sekolah gue dan dia, tentang gimana cerita dia bisa jadi pramugari. Ada cerita unik yang gue suka dari Feby waktu itu, yaitu adalah cerita ketika dia mau daftar pramugari.

Feby adalah cewek asal Medan, dia suku Jawa tapi lebih ngerti bahasa Medan. Tamat SMA, Feby memutuskan buat ikut recruitment di Jakarta. Ayah Feby ngizinin anaknya buat ikut recruitment di Jakarta, tapi Ibu enggak. Feby dan Ibunya sempat berantem beberapa kali.

Ada suatu pagi dimana Ibu Feby pergi ke Berastagi untuk rekreasi bareng teman sekantornya. Di hari itulah Feby memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Bermodalkan uang yang pas-pasan, izin Ayah, dan nekat, Feby pergi ke Jakarta naik kapal.

Setibanya di Jakarta, Feby langsung nyari hotel murah yang bisa dia tinggali selama 2 hari 1 malam. Setelah satu malam di Jakarta, Feby datang ke tempat recruitment. Di sana dia kenalan sama orang baru. Salah satunya Kirana.

Kirana adalah anak perantauan yang mengontrak rumah dan lokasinya gak jauh dari tempat recruitment mereka. Dengan cepat, Feby dan Kirana langsung temenan dan jadi sahabat. Mereka ngumpulin uang bersama untuk bayar kontrakan.

Ketika Feby diterima menjadi pramugari maskapai BUMN tempat kita kerja, dia minjem hp satpam untuk menelpon Ibu di Medan. Ponsel pribadinya telah Feby jual untuk beli make-up.

Gue sempet salut denger perjuangan Feby. Dulu, dia dan Kirana kadang makan cuma sekali dalam sehari uangnya mereka tabung untuk bayar kontrakan. Uang yang mereka kumpulin, dimasukin ke celengan yang harga 3 ribu. Celengan itu Feby beli di abang-abang yang sering lewat.

Pesawat landing di Medan dengan selamat. Landingnya sih gak mulus-mulus amat. Tapi yang penting selamat. Setelah semua pax turun, gue dan Kapten Ali keluar dari kokpit buat menghirup udara Medan.

Sebelum gue keluar pesawat, ada baiknya gue ke lavatory terlebih dahulu buat cuci tangan. Gak tau kenapa, rasanya tangan gue keset banget. Gue membuka pintu lavatory.

Ternyata.

Ada.

Feby.

Di dalem.

Dan lagi nangis.

Pintu lavatory memang bisa dibuka dari luar. Itu berjaga kalau pax terlalu lama di dalam dan kemungkinan buruk terjadi.

"Feby?!" Spontan, gue kaget. "Lo kenapa?" Gue panik sendiri. Dia diem gak ngomong dan gue terus nanya dia kenapa.

"Gu.. gue. Tadi gue lagi pake alis ... terus, alisnya gak sengaja kena mata gue, sakit banget, Mas."

"Feb, lo nangis bukan karna gue jatohin tadi kan?"

"Enggak lah. Gila aja gue nangis gara-gara lo, udah, sana cabut, ntar dikira ngapain lagi di dalem lavatory berdua."

"Ya bentar dong. Gue mau cuci tangan."

Sekarang gue kembali duduk di kokpit sambil nunggu pax boarding. "Ka, sini dong, kita bikin snapchat lagi," ajak Kapten Ali. Mau gak mau gue harus ngikut aja dah apa kata Pak Bos.

"Capt, add sc saya dong, massakha namanya,"

"Kamu aja yang add saya. Saya gak ngerti kaya gitu."

Setelah gue nge add snapchat Kapten Ali dan ngajarin beliau sedikit tentang tentang snapchat, pax selsesai boarding dan kita siap-siap terbang.

Dan gue kepikiran Feby lagi. Gue gak yakin dia nangis karna kena alis. Setau gue, pramugari itu pro dalam hal kecantikan.

Mungkin kalau kita ngeron di Medan, gue bisa minta diajak jalan-jalan sama Feby keliling Medan dan itu pasti seru. Feby pernah janji mau ngajakin gue makan martabak enak deket rumahnya.

Ada yang mau main ke hangar sama gue? Kuylah. Cek mulmed ya. Gue punya sesuatu buat kalian. -By: Abang Sakha ketjeh

Sakha's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang