Pahit, Manis dan Sedikit Asam

5.7K 426 32
                                    

Mohon maaf ada beberapa kesalahan karena belum sempat revisi 😇

***

Dimas

Tara mengirim pesan itu pada Dimas, mantan sahabat yang kini telah menjadi kekasihnya itu. Sudah dua pekan Dimas tak memberikan kabar yang pasti.

Setiap harinya cuma ada pesan,
Maaf Tara, aku masih banyak kegiatan. Aku baru selesai latihan.
Selalu saja, pesan itu sampai menjelang tengah malam atau bahkan menjelang pagi. Saat dimana Tara membiarkan tubuhnya beristirahat. Selalu tak banyak waktu untuk pasangan LDR.

Terkadang Tara merasa aneh, masa pendidikan kekasihnya telah lama usai, tinggallah tugas-tugas yang tak banyak menyita waktu berhari-hari tanpa menggenggam ponsel. Sayangnya, sebagai kekasih seorang prajurit, dia tidak bisa banyak protes. Dia hanya perlu memahami, bersabar dan menunggu. Walaupun gejolak rindu tidak pernah berhenti mengoyak hatinya.

Dari tempat favoritnya dengan Dimas. Tara duduk termenung, melihat tiang tinggi tanpa Bendera. Hari ini bukan hari yang besar, wajar kalau tiang bendera di alun-alun kota tidak ada sang Merah Putih.

Ujung mata bulatnya basah. Perlahan namun pasti, tetesan bening itu membasahi pipi. Banyak hal yang membuatnya menangis. Jika saja boleh dia mengungkapkan segalanya melalui kata, tak perlulah dia membuang air matanya. Seribu sayang, dia tidak bisa melakukannya. Cukuplah air matanya mubadzir untuk banyak hal yang menyakitkan.

"Ra" panggil seseorang berseragam yang sedari tadi ditunggunya.

Tara menoleh ke arah belakang.

Laki-laki jangkung dengan seragam tentara itu masih berdiri dengan tangan kanan di atas pundak Tara.
Matanya menyipit saat wajah Tara terkena cahaya lampu mobil yang lewat.

"Kamu kenapa?" Tanya laki-laki bernama Wira itu. Kemudian duduk di samping Tara.

Tara terdiam. Rambutnya yang tak pernah panjang dibiarkan terhembus angin. Sebagian menutup wajah cantiknya.

"Ada masalah sama Dimas?" Tanya Wira yang semakin penasaran. Mata bulat yang basah itu membuatnya panik sesaat. Apalagi bibir mungil merah muda itu tak mengatakan apapun.

Teman baru Tara yang juga teman seperjuangan kekasihnya itu sesekali menggaruk-garuk kepala bagian belakang. Prajurit berpangkat Serda itu kebingungan.

"Ra" panggil Wira lirih. Hampir tidak terdengar.

"I'm okey, Pak tentara" Tara tersenyum.

Wira tertawa melihat senyum yang samar dikegelapan. Dia tertawa karena dia tahu ada kebohongan. "Pantas saja Dimas menitipkan kamu sama aku" kembali tertawa. Seakan menyadari sesuatu.

Tara menoleh. Memandang penuh tanya tentang apa maksud dari perkataan Wira. Teman Dimas saat pendidikan yang baru 4 bulan lalu dikenalkan padanya.

"Kamu selalu pura-pura baik-baik saja saat Dimas tidak ada. Itu yang membuat kekhawatiran Dimas menjadi sangat rumit. Karena memang kamu sulit untuk dipahami. Saat kamu sebenarnya tidak baik-baik saja, kamu selalu tersenyum dan bilang I'm okey di depan Dimas. Di belakangnya? Kamu menangis, rindu, khawatir, takut, bahkan menaruh curiga yang lebih" Wira memandang kekasih sahabatnya itu lekat. Menembus terang yang samar sesekali lewat.

Perempuan yang sedang mengenakan kaos biru laut itu masih terdiam. Memaknai setiap kata yang diucapkan Wira.

"Ada apa memangnya?" Wira memecah keheningan yang terjadi sekian menit. Meletakkan baret hijau berlambang Kostrad yang tadi dalam genggamannya.

Yang ditanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Pas kamu telfon tadi, aku baru selesai tugas. Aku belum mandi dan langsung kesini. Lihat kan?" Menunjuk bagian tubuhnya yang terbalut seragam loreng.

MY SOLDIER : My Last Dream (Complate)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora