BAB 19

876 26 0
                                    

Hari ke 21


Aku bangun dari tidurku dan segera duduk di kasur. Tidak terasa kalau aku sedang keringat dingin. Tiba-tiba ada suatu bayangan yang melintas di kepalaku. Bayangan ayah dan ibuku, kakakku, bibiku, dan sahabat-sahabatku. 'Apakah mereka mencari ku ? Aku sudah ada di dunia ini 21 hari yang artinya aku 21 menit di dunia nyata. Apa Bibi akan panik jika dia pulang tidak bertemu aku ?'

Aku tiba-tiba menangis. Rasanya lama tidak bertemu dengan mereka, 21 menit berasa 21 hari. Aku menangis tambah kencang, betapa sakit hatiku saat merindukan mereka. 'Apa mereka baik-baik saja ?'

Pintu kamarku tiba-tiba terbuka dan Lavis berlari ke kasurku. Dia memeluk aku, "Kenapa kamu menangis ?" Dia mengelus rambutku. "Kamu tahu ini pukul 04.00 pagi. Kenapa kamu bangun pagi." Aku hanya menggenggam baju tidurnya dengan erat.

"Sudah janganlah menangis Gita." Dia mengelus punggungku.

"Aku rindu." Aku berbisik.

Lavis terdiam sebentar, "Aku tahu jika kamu merindukan mereka. Aku akan terus ada di sisimu sampai kamu berhenti menangis."

"Apa mereka akan baik-baik saja ?" Aku berkata dengan pelan.

"Iya, mereka akan baik-baik saja." Dia melepaskan pelukannya dan menatap lurus mataku. "Aku tidak suka melihatmu bersedih." Dia menghapus air mataku dengan ibu jarinya. "Lebih baik kamu kembali tertidur. Aku akan disini." Dia berbisik.

Aku mengangguk dan menaruh kepalaku di bantal dan memejamkan mata. Lavis mengelus rambutku dengan lembut.

Beberapa jam kemudian setelah tertidur kembali, aku terbangun dan melihat ke sampingku. Terdapat Lavis yang tertidur kepalanya bersandar di bagian kepala tempat tidur. Dia menggenggam tanganku dengan erat. Aku melihanya sambil tersenyum kecil.

Aku duduk pelan-pelan agar tidak membangunkan Lavis. Saat aku duduk Lavis terbangun. "Kamu sudah bangun ?" Dia tersenyum.

"Iya." Aku menatapnya. "Jadi kamu tidur di sampingku ?"

"Iya, aku menemani kamu."

"Apa yang Peter lakukan disini semalam ?" Aku bertanya.

"Orang tuanya punya urusan bisnis dengan ayahku." Dia menjawab. "Kamu tidak perlu khawatir terhadap Peter yang akan melakukan sesuatu kepadamu karena disini ada aku."

Pintu terbuka dengan kencang dan Travis memasang wajah sedikit panik. "Ups, lebih baik aku beri kalian ruang."

"Tidak usah." Kataku. "Ada apa ?" Aku bertanya.

"Stephanie. Stephanie datang kesini untuk mencari Lavis." Travis berkata.

"Sialan." Lavis berkata.

Travis menatapku sebentar dan tersenyum. Mereka berdua keluar dari ruanganku untuk bersiap-siap.

Aku memakai gaunku setelah mandi dan menata rambutku. Aku keluar dari ruanganku dan disambut oleh Travis.

"Apa mereka sedang berduaan ?" Aku bertanya.

"Iya, mereka berdua ada di taman." Travis membuang nafas, "Aku benci gadis itu."

Aku tertawa melihatnya, "Sudahlah jangan seperti itu. Berikan gadis itu kesempatan untuk bersama Lavis."

"Lebih baik kamu dari pada Stephanie." Travis menjawab dengan sedikit sebal.

"Jadi hari ini kamu mau kemana ?" Aku bertanya.

"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat." Dia memegang tanganku dan berjalan. "Sebenarnya Lavis yang menyuruhku. Dia menyuruhku agar kamu tidak kesepian karena tidak ada dia. Untungnya ada aku." Dia tersenyum.

Bagai Angin BerhembusWhere stories live. Discover now