G E L I O P H I L E

50 6 0
                                    

Geliophile
(n) Loves to laugh

6 months and 2 days ago

Angin berhembus lembut tepat pada paras cantiknya. Membelai lembut pada setiap lekuk wajahnya. Ia terus menutup matanya, menyelami seberapa lembut angin itu membelainya. Menikmati setiap udara yang memberikan unsur santai setelah membelainya.

"Seeun!" merasa namanya disebut, gadis dengan setelan blouse peach itu menoleh. Setiap surainya pun ikut berganti arah haluan karena tolehannya pada sumber suara.

"Ah... Dahye. Ada apa?" alisnya mengangkat segera setelah menemukan sumber suara.

"Tadi Tuan Choi menyuruhku memberikan ini padamu" gadis dengan nama Dahye itu memberikan sebuah undangan bergaya klasik pada Seeun, "Katanya ada jamuan makan nanti malam di restoran pusat kota. Sangat penting." lanjutnya sebelum Seeun sempurna membuka isi undangan itu.

"Kenapa aku?" kini alisnya menaut menandakan bahwa ada sebuah keraguan serta bingung didalamnya.

"Entahlah, dan Ah...kau tidak sendiri" Dahye menepuk pundak Seeun ketika ia mengingat bahwa ada informasi yang tertinggal, "Kim Jongdae juga menjadi utusan dari kantor kita untuk menjadi pendampingmu nanti malam." Dahye tersenyum dengan simpul diakhirnya.

Tidak jauh dari sana, lelaki yaang sedang menyeruput kopi panas yang ada di tangan kanannya, tersedak seketika.

"Aku?" itu karena ia merasa bahwa namanya disebut dalam perbincangan tersebut. Dialah Kim Jongdae yang sedang di perbincangkan dua gadis tak jauh darinya.

Kini kolaborasi antara garis halus di dahinya dan alisnya yang menaut menyatakan bahwa ia benar-benar heran, "Apa Tuan Choi sudah benar-benar gila memutuskan aku yang mendampinginya untuk jamuan makan malam?"

"Kim Jongdae? Maksudmu Chen, kepala divisi pemasaran?" Suara gadis itu sempurna mengalihkan pikiran heran Jongdae untuk kembali menguping beberapa informasi untuk jamuan makan malam nanti.

"Ya. Chen." Dahye mengangguk mantap.

"Ku pikir Tuan Choi sudah mulai gila. Kenapa aku? Aku hanya seorang karyawan biasa di divisi keuangan." Seeun kini benar benar menggerutu atas tindakan Presdir perusahaannya yang dianggap sangat tidak masuk akal.

"Lebih tepatnya karyawan teladan." Dahye mendelik dengan tatapan jahil dan terdapat sedikit unsur mengejek.

"Kau sama sekali tidak membantu Dahye." kali ini Seeun benar-benar mendengus dan mengutuk respon Dahye, Seeun memilih pergi untuk sekedar membuyarkan pikirannya soal jamuan makan malam itu.

"Oh.. ayolah Seeun! Kesempatan emas untukmu! Jangan lewatkan kesempatan emasmu ini untuk berkenalan dengan seorang kepala divisi. Siapa tahu kalian jodoh." Dahye berteriak namun, Seeun memilih tak acuh terhadap kalimat konyol Dahye itu.

Oh ayolah, itu begitu chessy dan cukup menjijikan, pikir Seeun.

Disaat yang bersamaan Kim Jongdae lantas kembali tersedak untuk yang kedua kalinya karena frasa yang diteriakkan Dahye kepada Seeun itu. Ia pun ikut mengutuk Dahye atas mulutnya yang bisa begitu lemas mengatakan kalimat menjijikan itu.

Pada akhirnya Jongdae memilih pergi untuk kembali ke kantornya dan membuang gelas bekas minumannya itu. Di sepanjang ia berjalan untuk kembali bekerja, pikiran soal jamuan makan malam itu masih saja berkutat di dalam pikirannya.

Ia benar-benar tidak tahu menahu soal pasangan jamuan makan malam nanti. Bahkan Tuan Choi pun belum memberikan undangan perihal jamuan makan malam itu.

"Ah sudahlah, mungkin itu baru rencana tuan Choi" gerutunya.

Namun, sebuah undangan klasik yang berada di atas meja kerjanya mengatakan bahwa itu bukan lagi sebuah rencana.

Saudade🍃 [KJD]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant