9. We aren't in this kind of relationship

4.7K 212 1
                                    

Aku memberinya senyum paling indah yang pernah kuulaskan pada orang lain. Astaga. Dia pria asing, aku tidak pernah sedekat ini dengan seseorang yang tidak kukenal. Musik yang membahasa dari putaran jari sang DJ menghidupkan suasana malam. Ternyata dia lumayan juga, apa artinya dia sering melakukan hal ini?

"Ternyata, kau hebat juga. Aku tidak menyangka sama sekali."

Aku yang masih dalam keadaan hampir tidak sadar sayup menyahuti dengan berbisik, "Bahkan kau belum mengenalku seutuhnya."

"Benarkah? Apakah kau mau mencobanya?" Apakah itu undangan untuk bercinta? Karena jika iya, tentunya kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Aku sendiri mengetahuinya dari reaksi pria itu. Sesuatu yang sudah lama kuinginkan.

"Why can't we ... ?"

***

Aku terbangun karena mendengar suara pintu yang digedor dengan keras. Sembari merapatkan selimut kembali, dan berusaha menghangatkan tubuhku yang kedinginan. Mulutku kering, tenggorokanku sedikit perih. Aku menggumam serapah dengan mata yang masih terpejam. "Astaga ... demi apa pun ini masih pagi. Apa tidak bisa memilih waktu yang lebih masuk akal?!"

Suara gedoran pintu semakin lama seolah tidak sabar meminta dibuka. Aku bahkan tidak menyadari ketika sebuah benda berat menimpa perutku, dan menyeret tubuhku ke arahnya. Apa-apaan ini?!

"Sstt ... sebentar lagi, sayang ... " gerutunya tidak jelas, tapi masih bisa kudengar. Dan dia semakin menyurukkan wajahnya di belakang leherku. Aroma yang semakin menguar dari tubuhnya membuat hidungku tergelitik. Embusan napasnya di tengkukku menegakkan bulu kudukku.

Kusentuh sesuatu yang terasa tidak asing itu di kulitku. Ini?!

Lengan? Lengan siapa?! Ada di mana aku?

Ini ... Bukan, ruangan ini bukan milikku!

Ini bukan kamarku!

Selagi aku masih terkejut dengan apa yang baru saja aku alami, pintu ruangan ini terbuka lebar. Wajah-wajah terkejut melihatku tidur di tempat yang bukan milikku sendiri. Aku sendiri terpaku melihat pemandangan yang ada di hadapanku.

Dari semua hal yang paling ingin kuhindari, mengapa harus ini?

***

Papa berdiri di sana, di ambang pintu dengan tatapan yang aku tidak tahu artinya. Antara sedih, mara, malu. Wajahnya memerah, hidungnya kembang kempis melihatku seperti ini. astaga, apa yang sudah kulakukan?

"Euhm ... Pap ... Ba-ba-ba ... " sebelum aku sempat mengucapkannya, papa mendecih padaku.

Ada seorang wanita yang seumuran dengan papa, yang juga memandangku terkejut. Gestur tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Bibirnya hanya bisa membuka dan menutup tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Lalu tangannya bergerak untuk menutupi bibirnya.

"Kalian ...," isaknya.

Pria paro baya di sebelahnya yang pertama kali menyadari situasi canggung ini. "Papa tunggu di luar."

Aku termenung. Pikiranku kosong, seolah tak ada di sini bersama ragaku. Aku pun terlalu terkejut dengan hal yang cukup tiba-tiba ini. hingga sesuatu yang bergerak menyadarkanku.

Aku menoleh untuk menatap sosok yang sedang tengkurap di sampingku. Tampak goresan hitam di punggung atasnya hingga ke bahunya yang lebar ikut menggeliat bersamanya.

"Ada ... apa?" tanyanya dalam gumaman.

Normalnya, wanita biasa akan panik ketika melihat orang yang dikenalnya menangkap basah dirinya sedang bermalam dengan orang yang tak dikenal. Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku padaku.

Aku mengepalkan tanganku hingga terasa sakit. Apa dia masih mabuk atau bagaimana? Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu. "Kau ... bisa tidak kau buka matamu dulu?"

"Engh ...," lenguhnya. Astaga ... suaranya yang baru bangun, benar-benar ...

Pria itu membalik tubuhnya. "tolong tutup tirainya. Ini jam berapa?"

Aku bangkit dan menutup tirai kembali, masih dalam keadaan tanpa busana yang pantas. "cepat, bangun. Ada seseorang yang bertemu denganmu."

Dia menggeliat dan bangun dalam posisi duduk. Aku menutup mulutku yang terbuka dengan tangan. Oh my, dia! "Kau ..."

"Akan kujelaskan nanti," ujarnya. Lalu dia bangkit dan menuju kamar mandi. Selagi dia di sana, aku memungut gaunku yang semalam kupakai. Kusut. Biar sajalah.

Aku keluar dari kamarnya yang sungguh tidak mencerminkan kepribadian pemiliknya sama sekali.

***

tbc

One Night Marriage (unedited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang