Special Interview with Oriana Jasmeen & Argani Hanan

Zacznij od początku
                                    

Oriana dengan menahan napas, akhirnya pun mengambil amplop yang sudah diletakkan Sudjono di meja berbahan jati di depannya. Nasib jadi anak tunggal.

Kandidat pertama, Narendra Agung—pengusaha batu bara. Wajahnya cukup tampan dan usianya lebih tua delapan tahun dari Oriana. Tidak ada yang menarik, kecuali aset kekayaannya yang melimpah—Oriana langsung menggeleng pada Sudjono.

Amplop kedua, M. Irshad Nasution—pemilik saham terbesar di Surya Airlines. Sama seperti namanya, di foto yang Oriana lihat, wajah laki-laki itu terlihat damai dan tenteram. Pasti zaman di sekolah, dia jadi anak rohis, deh! Batin Oriana. Sudjono menunggu reaksi lagi dan hasilnya sama dengan yang pertama.

Ketiga. Oriana baru mau membukanya dan Sudjono buru-buru mengambilnya.

"Hanya ada dua nama, yang ketiga Papa anggap nggak lulus uji kompetensi!"

Oriana mendengus! Ini papanya kekurangan kerjaan atau apa, sih? Sampai niat banget mencarikan suami untuknya. Mana pakai acara uji kompetensi segala.

"Aku juga nggak akan tertarik, kok," jawab Oriana malas dan buru-buru ingin menyudahi obrolan super nggak jelas ini.

"Papa kenal baik dengan Narendra dan Irshad, Riana. Mereka laki-laki tangguh dan Papa juga yakin, salah satu dari mereka bisa jadi suami yang baik buat kamu."

"Baiknya, kan, sama Papa. Sama aku belum tentu mereka baik. Iya kan, Ma?" Oriana mencari pembelaan dari mamanya.

Liliana yang masih terlihat cantik meski usianya sudah menginjak kepala lima malah tertawa kecil. "Kamu bisa coba kenalan dulu, Riana. Kan, nggak ada salahnya." Secara tersirat, Liliana satu suara dengan suaminya. "Mama, tuh, waktu seumur kamu sekarang, dulu udah punya kamu, lho. Malah kamu udah umur lima tahun."

"Ye, dulu, sih, Papa sama Mama emang ngebet pengen nikah muda!"

Ini kelemahan orangtuanya—mereka selalu menganggap semua selalu sama. Padahal zaman semakin canggih, dan pola pikir orang juga semakin berkembang. Dulu nikah muda memang menjadi tren? Sekarang... menikah itu karena siap dan bukan karena faktor umur atau apalah itu.

"Papa sama Mama ini udah tua, Riana. Belum tentu besok masih ada umur! Kalau kamu tidak mau dengan calon yang Papa pilih, kamu cari yang sesuai dengan selera kamu." Sudjono terdengar sangat berharap dan perkataannya berhasil membuat Oriana merasa bersalah.

Satu-satunya hal yang Oriana tidak suka adalah melihat orangtuanya sedih. Biasanya dia akan menghibur atau melakukan apa saja untuk membuat mama dan papanya tertawa. Tapi untuk kali ini Oriana menyerah ... dia tidak ingin gegabah dalam menentukan pasangan hidup.

Oriana menatap amplop yang tidak jadi diberikan padanya. Tidak ada niat apa-apa saat Oriana membukanya karena bertepatan dengan Sudjono sedang menerima telepon dan berdiri menjauhi ruang keluarga.

Argani Hanan—pemilik Hanan Corp, berusia 34 tahun. Oriana buru-buru ingin memastikan foto laki-laki itu. Apakah dia pria yang sama dengan yang dulu pernah Oriana temui? Oriana tersenyum lebar.

"Aku mau nikah sama Argani Hanan, Pa!" ucap Oriana lantang. "Dibanding dua kandidat sebelumnya, aku suka sama Argani Hanan."

Setelah Sudjono menyudahi pembicaraannya di telepon. Dia ingin memastikan bahwa Oriana tidak salah bicara. "Tapi Argani Hanan nggak masuk kriteria, Riana."

"Apa sih kriteria Papa?" tanya Oriana penasaran.

"Hanan Corp sedang bermasalah dan Papa nggak mau menumbalkan diri untuk perusahaan mereka. Kerja sama itu harus terdiri dari dua perusahaan yang sama-sama sehat."

Gantian Oriana yang kecewa, bukan karena papanya menolak si Argani Hanan. Oriana jarang sekali marah atau menentang mama dan papanya, tapi malam ini dia ingin menyuarakan isi hatinya.

"Aku sedih banget lho, Pa! Papa ternyata menganggap pernikahanku semata-mata hanya karena bisnis dan keuntungan. Emang berapa, sih, modal yang akan Papa keluarkan kalau membantu Hanan Corp?" tanya Oriana dengan sinis. "Jangan pikirin bisnis aja dong, hati aku harusnya juga Papa pikirin."

"Papa cuma nggak mau kamu salah pilih calon suami, Riana. Bisnis nomor sekian, tapi kebahagiaan kamu dan Mama kamu itu yang paling penting."

"Ya udah, aku maunya nikah sama si Argani Hanan!"

"Memangnya kamu kenal Argani?" Gantian Sudjono yang bertanya.

Di dunia bisnis, sosok Argani Hanan merupakan salah satu sosok bertangan dingin yang membawa kejayaan Hanan Corp. Tapi ketika dia menyelidikinya, ternyata perusahaannya itu sedang goyah akibat isu pajak yang baru saja terbongkar. Alasan itulah yang membuat Sudjono ragu untuk menjalin perjodohan ini.

Oriana menggeleng dan mengakui kalau dia memang tidak mengenal Arga secara personal. "Tapi aku tahu Argani dan aku yakin dia bisa bangkit kalau Papa mau bantu."

"Kamu benar-benar mau menikah dengannya?" tanya Sudjono lagi.

"Iya," Oriana menjawabnya pasti. Dibanding dengan dua orang tadi yang Oriana sama sekali tidak tahu, dia lebih memilih Argani.

*

Oriana's Wedding Diary (Akan Tersedia Di Gramedia 8 Mei 2017)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz