September 2015 - Cause I'm Yours

70.2K 5.5K 114
                                    


When you hold me in the street

And you kiss me on the dancefloor

I wish that it could be like that

Why can't it be like that?

'Cause I'm yours...

"Terakhir kali gue ketemu itu ya pas kelulusan kita. Tiga tahun yang lalu berarti," jelas Oriana saat Bima menanyakan tentang kabar Bella—mantan pacar Bima yang sama-sama satu kampus dengan mereka.

"Pas Bella tahu lo nikah sama Arga, dia heboh banget," ucap Bima sambil tertawa.

Oriana malah mengeryitkan kening. "Heboh kenapa?"

Bima mendekat dan berbisik, "Akhir tahun ini gue sama Bella mau nikah. Makanya si Bella seneng... kata dia bisa iparan sama lo—si artis terkenal."

Kontan Oriana mencubit lengan Bima karena menyindir dirinya terang-terangan. "Malam ini banyak dapet kejutan gue. Pertama, lo sepupunya Arga. Kedua, lo sama Bella yang udah mantanan terus sekarang mau nikah..." Oriana geleng-geleng, "Amazing banget kaliaaan... kok bisa sih lo nikah sama Bella?"

"Takdir," jawab Bima. "Setelah putus gue sama dia bener-bener loss contact. Ketemu baru setahun lalu, dan kita coba buat mulai lagi ternyata cocok. Nah lo, gimana bisa nikah sama sepupu gue?"

Lima detik Oriana berpikir. Memalukan sekali kalau dia menjawab, pernikahan dirinya dan Arga karena perjodohan.

"Takdir," Oriana mengikuti jawaban Bima.

Bima tertawa-tawa. Oriana yang sudah terkenal tetap tidak berubah. Dulu mereka sama-sama mengambil jurusan bisnis di Prasetiya Mulya. Kalau Bima benar-benar mengaplikasikan ilmu yang didapat berbeda dengan Oriana yang memilih jalur lain.

"Lo kuliah bisnis pusing-pusing kenapa mentok jadi artis si, Na?" protes Bima.

"Passion, Bim. Gue udah ikutin mau bokap gue kuliah di jurusan bisnis, gentian dong dia juga harus ngertiin maunya gue!"

"Untung dapet si Arga lo ya..."

Oriana hanya senyum-senyum nggak jelas. Untung ya kata Bima? Coba si Bima ini tahu yang sebenarnya, pasti laki-laki itu akan mengubah pernyataannya.

Keduanya masih seru mengobrol ini itu sampai sebuah lengan menyentuh pinggang Oriana.

"Maaf saya terlambat," bisik Arga dingin lalu pandangannya beralih pada Bima "Sorry Oriana gue pinjem sebentar, ya?"

"Take your time, Bro... Na, nanti kalau udah mau cabut, kasih tau gue. Biar gue antar...."

"Thanks, Bim."

Oriana telihat kikuk. Tatapan Arga memang selalu dingin tapi kali ini lebih dari biasanya. Ini Arga kenapa sih?

Selama acara makan malam berlangsung, semua makanan terasa hambar di lidah Oriana. Seharusnya dia kan yang marah sama Arga? Arga membiarkan dia datang ke acara ini seorang diri lalu yang lebih parah, Arga datang terlambat!

Sudah jam delapan lebih 10 menit. Malam ini dia benar-benar seperti Cinderella... datang ke pesta dan pergi sebelum pesta berakhir! Sayang, sang pangeran nanti tidak akan mengejarnya.

"Aku harus pergi," bisik Oriana pada Arga yang sedang berbincang dengan keluarga yang lain.

Arga mengangguk sekilas. Tangannya menggandeng Oriana, membawa istrinya itu menemui orang tuanya untuk pamit.

"Kita mau ke mana?" Oriana pikir setelah pamit, Arga akan melepaskannya. Tetapi lelaki itu malah mengajaknya ke lantai dua. Jangan sampai dia terlambat sampai bandara...

"Kamar saya. Ada yang mau saya ambil. Baru kita pergi."

Oriana tidak ingin banyak tanya. Hanya menebak-nebak dalam hati saja. Mungkin Arga ingin mereka keluar rumah orang tuanya bersama-sama baru setelah itu berpisah.

"Aku kasih tau Bima sebentar, biar dia nunggu di depan." Oriana berusaha melepaskan genggaman tangan Arga.

"Kamu pergi sama saya."

"Hah?" jawab Oriana bingung.

"Saya yang antar kamu."

"Nggak usah. Aku sama Bima aja," tolaknya.

Arga berbalik menatap Oriana. "Saya suami kamu, Oriana..."

"Iya aku tahu. Tapi cuma setahun kan?" Oriana malah memilih mengibarkan bendera perang. Harusnya dia diam dan tidak memanjangkan masalah, secara hukum dan agama, Arga memang suami Oriana.

Setelah mereka memasuki kamar, tanpa disangka Arga malah mengunci kamarnya. "Kamu pergi sama saya atau semalaman kita tetap di sini," ancamnya.

Oriana mendesah kesal, yang justru membuat Arga tertawa.

"Kamu tuh harus diancam dulu ya? Apa susahnya si nurut sama saya?"

Arga gila!!! Emangnya siapa dia berhak mengatur-ngatur hidupnya?

Jam dinding di kamar Arga menunjukan angka 20:35. Oriana tidak punya waktu untuk bermain-main dengan Arga. Dia harus segera pergi, kalau tidak ingin Mea dan Radith akan marah besar padanya.

Tanpa mempedulikan Arga, Oriana berjalan menuju pintu. Terserah Arga mau marah atau mau ngomong apa...

Tapi langkah Oriana terhenti, ketika dia mendengar Arga berbicara lagi.

"Saya nggak suka main kasar sama perempuan, Oriana..."

"Terus tadi apa? Kamu ngancem aku... lupa?" tantangnya.

Salah satu hal mengerikan bagi Oriana adalah ketika ... Arga berjalan, mendekati tubuhnya yang berdiri dan Arga menatap matanya dengan wajah tersenyum.

Iya, Arga tersenyum pada Oriana.

Dan semua tidak berhenti di situ. Telapak tanga Arga yang tadi menggandeng Oriana, menyentuh pipi Oriana... dengan kesadaran penuh, ibu jari Arga mengusap bibir Oriana yang lembab.

Mata mereka saling menatap.

"Just kiss! If you want..."

Detik itu, Oriana merasa jadi perempuan murahan! Siaaaalll... Arga mampu membuat seluruh sendinya lemas.

"May I?" Arga menegaskan.

Oriana mengangguk, memberikan akses penuh untuk Arga mencium bibirnya.

***

MERDEKA...

NB: Selamat lomba, semoga menanggg :D

Love,

Aya

Oriana's Wedding Diary (Akan Tersedia Di Gramedia 8 Mei 2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang