DTMS-51

22.9K 2.2K 14
                                    

Laki-laki itu duduk dengan pandangan keluar jendela. Kaca mobil kabur karena hujan deras. Ini adalah kunjungan keduanya di Indonesia. Kunjungan yang sama sekali berbeda dengan kunjungan pertama.

Dulu ia datang dengan dipenuhi ambisi, dan kini ia datang dengan setumpuk penyesalan.

Jaket kulit berwarna krem yang ia kenakan lebih dari cukup sebagai pelindung dari dinginnya AC mobil. Pemandangan basah di luar sana, jalanan yang tergenang, serta pepohonan yang terlihat berat menahan air, menggetarkan hatinya. Pandangannya tidak beralih sedikit pun.

Rusa-rusa yang banyak berkeliaran di kebun Istana Bogor kini beteduh di bawah pohon. Bulu-bulu mereka basah kuyup.

Sampai di stasiun Bogor, jalanan berubah sangat padat. Bunyi klakson bersahut-sahutan, dibarengi teriakan-teriakan para sopir angkot yang mencari penumpang.

Beberapa lelaki kurus penarik becak tetap duduk di atas sepeda, seperti sudah akrab dengan hujan yang dingin menggigit. Payung aneka warna dibuka, sebagai pelindung manusia-manusia yang berjalan dengan langkah cepat.

Pada kedatangannya yang pertama, Sam tidak ada keinginan untuk memperhatikan semua ini. Hidupnya terus diburu waktu dan ambisi. Kepalanya tidak pernah berhenti memikirkan siasat.

Jangankan hanya jalanan kota Bogor, saat ia sedang liburan ke negara-begara Eropa pun ia tidak merasa bahagia. Kini ia sadar, kebahagiaan itu adalah hal sederhana. Yang selalu datang pada mereka yang hatinya tidak dipenuhi ambisi dan cinta berlebihan pada kehidupan duniawi.

"Apa Naela Alfiatul Husna sudah keluar dari penjara?" tanyanya pada sopir yang kebetulan, sedikit-sedikit, paham bahasa Inggris.

"Naela pengacara munafik itu?"

Hati Sam resah. Setahun telah berlalu, namun predikat buruk masih belum lepas dari nama Naela.

"Iya," jawabnya hampir tidak terdengar.

"Dengar-dengar kabar Naela itu dipenjara sampai 2,5 tahun. Kalau tidak salah sekarang baru jalan setahun. Ya berarti masih 1,5 lagi."

Sam mendesis. Dalam hati ia mengumpat, "Dasar wanita bodoh."

Ia kemudian membuka ponsel. Dengan cepat jari-jarinya mencari kontak seseorang dari website hukum milik Jamal and Partners, kemudian segera menelepon.

Maaf sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Info lebih lanjut silahkan follow akun Instagram @sofia.zhanza 💕

Di Tepian Musim SemiWhere stories live. Discover now