Back[moment], Rain.

73 5 0
                                    


"Jangan biasa saja, ikatan tidak sesepele itu. "

***

Januari 2017

Air bergemericik dari dahan-dahan rindang didepan sana. Menyisakan hujan kecil yang berlari tertiup angin. Benar, hujan ini berbeda dari hujan-hujan sebelumnya. Hujan ini terlalu licin untuk membuatku jatuh dihadapannya.

Gadis berpayung abu itu terlihat menggerutu kesal menunggu seseorang. Jalanan terlihat becek, salah-salah dia bisa terciprat genangan air didepan sana.

Ah, kenapa dia begitu. Sampai kesalnya tidak memperhatikan sekitar. Sepatu putihnya sudah berubah warna kecoklatan. Kalau dilihat dia mirip seseorang. Mirip dengan teman lama yang sudah hilang ditelan kabar. Itu bukan dia, hanya sedikit mirip saja.

Gadis itu sudah berkali-kali melihat jam tangan dan ponselnya. Kukira mungkin menunggu kabar. Ah, malang sekali.

"Maaf mbak, boleh pinjam hp- nya ga? " Itu bukan suaraku. Itu suara gadis tadi. Ternyata sudah ada disampingku. Ternyata aku juga malang.

"Boleh, buat apa? " Kataku memberikan ponsel hitam yang mungkin tau kisah hidupku seperti apa.

"Ee... anu.. Itu mbak mau telfon kakak mbak. Pinjam ya. " Gadis itu meraih ponsel sambil bergerak-gerak gelisah.

"Kakak? Oh iya boleh. " Aku hanya tersenyum tipis dan menyerahkan telfon genggam milikku. Tidak ada alasan untuk berbuat baik bukan ?

"Halo. "

Deg. Aku seperti familiar dengan suaranya. Ah tidak, kemungkinan-kemungkinan seperti itu tidak akan terjadi kepadaku. Aku hanya manusia biasa dengan peran kecil didunia yang besar ini.

"Kak, ini gue, gimana sih lo kok lama banget jemputnya. Gue jamuran nih! "

" Iya, lo bawel parah sih. Ini gue bentar lagi. Udah deket halte. Coba aja lo nengok. "

"Nenek lo depan halte, kaga ada ini. "

" Udah deh matiin ini gue kapan sampenya. "

Aku tidak menguping, mereka lucu. Kurasa.

Gadis itu mendumel lagi, seperti tidak sadar aku masih disampingnya. Dia berbalik lalu tersenyum-senyum kepadaku. Aneh, ekspresinya cepat sekali berubah.

"Hehe maaf ya mbak lama minjamnya, kakakku gitu orangnya nyebelin. " Gadis itu kalau kulihat name tag nya namanya Nagita Aliya.

" Oh iya, kenalin aku Gita. Mbak siapa? " Dia tersenyum manis. Dia benar-benar mirip seseorang. Aku seperti deja vu.

"Aeris. Aeris Namira. Panggil Eris aja."
Matanya sedikit berbinar, aduh anak ini lucu sekali.

"Oh oke, tapi aku nggak enak kalo manggil Eris doang, aku panggil Mbak Eris boleh? " Gadis ini terlihat manis dengan rambutnya yang sedikit ikal juga lesung pipit di pipinya yang putih.

"Duuh.. Aku juga belum setua itu. Panggil Eris aja ga apa apa. "

"Aku rada ga enak sih. Oh iya mbak mau kemana? Maksudnya kamu mau kemana? " Gadis ini, dia riang sekali seperti mudah diajak berteman. Kepalanya masih sibuk memerhatikan jalan raya. Sesekali menengok kearahku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aldea (After We Meet Again) Where stories live. Discover now