Chapter 1

3.1K 321 44
                                    

"Apa?! Sepasang meja dan kursi kosong?!" Lida Tenya berteriak histeris begitu dirinya mendengar ucapan Kaminari yang bertemu dengannya di ambang pintu kelas.
"I-iya, itu di sana." cukup kaget mendengar teriakan Tenya, Kaminari menunjuk sepasang tempat duduk tambahan yang terletak di posisi paling belakang. Tepatnya di belakang tempat duduk milik seorang siswa bernama Todoroki Shouto.

"Hah, anak baru atau makhluk apapun itu, dia tidak akan lebih kuat dariku!" Bakugou Katsuki menaikkan kedua kakinya ke atas meja seraya menciptakan beberapa ledakan kedil di salah satu tangannya. Sangat terlihat bahwa dirinya begitu membanggakan bakat pemberian sang pencipta itu.
"Katakan itu jika kau benar-benar telah menjadi pahlawan nomor satu." Kirishima Eijiro memainkan ponselnya santai. Tidak begitu menanggapi ketika Katsuki memandangnya dengan tatapan iblis akibat kalimat yang baru diucapkan lelaki itu.

"S-sudahlah K-kacchan.." Midoriya Izuku memberanikan diri bicara ketika melihat Katsuki tengah menarik kerah Eijiro seraya memasang wajah berapi-api, seperti yang selalu dilakukannya.
"Kau berani melarangku, HAH?! Kau mau menjadi korban selanjutnya?!" Katsuki menolehkan kepala ke arah Izuku yang langsung menjadi patung dibuatnya. Lelaki berambut hijau lumut itu segera mengangkat kedua tangan dan menggeleng cepat, tanda menyerah.

"Hentikan itu! Sebagai calon pahlawan yang baik, tidak sepantasnya kau melakukan sesuatu seperti itu!" Tenya hadir di antara Eijiro dan Katsuki, memisahkan mereka berdua secara paksa. Pada akhirnya, Katsuki mendecih pelan dan kembali duduk di tempatnya.
"Menurutmu bagaimana, Todoroki? Anak baru ini akan duduk di belakangmu, lho.." Mineta mulai merecoki Todoroki Shouto nan tengah mengotak atik ponselnya.

"Ntahlah.." jawab lelaki itu singkat, bahkan tanpa menoleh ke arah Mineta. Membuat si cebol mesum itu kembali bertanya.
"Apa kau merasa penasaran dengannya, Todoroki? Kuharap dia merupakan gadis cantik dan seksi agar bisa kugoda seperti Yaoyorozu!" Mineta berucap seraya mulai berfantasi dengan tingkat kemesuman tinggi. Astaga, siapa yang telah mengajari Mineta hingga dirinya menjadi seperti ini? Pada akhirnya, Shouto hanya meliriknya singkat tanpa berniat menjawab.

Sementara Yaoyorozu yang baru tiba segera 'menghajar' Mineta akibat mendengar ucapan bocah itu tentang dirinya. Yah, wanita mana yang tidak akan tersinggung jika dibicarakan seperti itu? Kini gadis itu menyesal telah memilih tempat duduk tepat di depan Mineta.
"Mineta memang tidak pantas dikasihani." Asui Tsuyu berujar seraya menoleh ke arah Yaoyorozu yang tengah mengamuki Mineta. Ucapan gadis itu membuat seorang Uraraka Ochako nan semula berbincang dengannya mengeluarkan sebuah tawa canggung.

"Bel masuk sudah berbunyi! Hentikan semua kebisingan ini sebelum Pak Aizawa datang!" Tenya berteriak di depan kelas, berusaha mengarahkan teman-temannya ke arah sebuah sikap bernama 'kedisiplinan'.
"Terlambat, Lida." seketika, Tenya dan seluruh siswa yang semula masih membuat keributan menoleh ke ambang pintu. Tepat pada seorang lelaki dewasa dengan tampang berantakan yang menjadi ciri khasnya. Segera, semua murid itu berlari dan duduk rapih di bangku masing-masing sementara Pak Aizawa melangkah ke meja guru.

Satu hal yang tidak mereka mengerti adalah, di mana murid baru yang seharusnya datang bersama wali kelas mereka pagi ini. Ah, sungguh mengecewakan bagi mereka yang sudah merasa penasaran setengah mati. Jika memang benar ada murid baru yang dimasukkan dalam kelas mereka, maka mereka pasti merasa penasaran. Memang, sekuat apa orang itu?

Brak!

Seperti menjawab semua rasa penasaran mereka, pintu kelas yang telah tertutup kembali terbuka, namun kali ini dalam sebuah hentakan keras. Tak urung membuat semua mata menoleh ke arah sumber suara. Dari tempatnya, Pak Aizawa segera mengerutkan keningnya heran.

"Siapa kau?" tanyanya singkat.

Rambut panjang berwarna keemasan yang menjuntai hingga paha dengan bentuk meng-ikal di bagian bawah, tatapan tajam nan dipancarkan oleh mata berwarna sehijau rumput segar, dan kulit putih mulus yang tidak dimiliki oleh orang Jepang langsung menyambut mata mereka semua ketika gadis itu melangkah memasuki ruangan.Tanpa mengatakan apapun. Yang dilakukannya hanyalah menyerahkan selembar kertas pada Pak Aizawa agar beliau membacanya.

Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )Where stories live. Discover now