I Wish I Could be Hot Chocolate

38 5 2
                                    

Seperti kemarin,ia menjemputku lagi dirumah untuk pergi sekolah bersama.

Tak banyak hal yang diperbincangkan sepanjang perjalanan.

Hanya ada keheningan dengan suara keramaian kendaraan yang memadati jalan ibu kota pagi ini.

Beberapa kali ia melontarkan  pertanyaan memecah keheningan diantara kami.
Tentu saja hasilnya hanya terbalaskan dengan jawaban seadanya karena sifat cuek dan judesku ini.

Meski sifat judes dan cuekku yang sudah berada di level tertinggi  terhadapnya,tetap saja ia terus mencoba untuk akrab denganku.

Bukannya aku sengaja untuk bersifat dingin seperti ini terhadapnya,tapi aku memang tipikal orang yang tak mudah merasa nyaman dengan orang yang baru ku kenal.

                                 ***

Lagi-lagi kami menjadi tontonan asik para siswa yang berada di parkiran.
Membuatku merasa tak nyaman dan hanya bisa berjalan tertunduk malu.

Aku mempercepat langkahku ketika berada di sepanjang koridor kelas dan dia hanya mengekoriku dari belakang.

"Kenapa buru-buru sih?" tanyanya yang tiba-tiba sudah berada disampingku dengan lengan yang dikalungkan dibahuku.

Ulahnya kali ini lagi-lagi berhasil membuat kami berdua jadi pusat perhatian.

"Itu Zeila anak kelas sepuluh 2 kan? Anjay banget bisa deket sama anak baru"

"Gila tuh cowok cakep bener!"

"Mereka berdua jadian?"

Semua kalimat-kalimat itu terdengar jelas ditelingaku sepanjang jalan,membuatku geram dengan keadaan seperti ini.

"Lo apa-apaan sih.Lepasin nggak?"

"Nggak mau" jawabnya tanpa dosa.

Sedetik kemudian ia menghentikan langkahya yang otomatis membuatku juga berhenti dan berbalik badan menatap seorang gadis.

"Iya gue sama dia jadian.Kenapa? Gak suka ?"
Katanya dengan lantang sekaligus sedikit nyolot,membuat gadis itu langsung menggelengkan kepalanya.

Aku yang mendengar ucapannya barusan langsung melepas rangkulannya dengan kasar.

"Lo jangan ngomong sembarangan ya!
Mentang-mentang gue udah mau dekat sama lo bukan berarti lo bisa seenaknya kayak gini!" amarahku meledak saat itu juga.

Dia hanya diam mematung.

Aku langsung balik berjalan tanpa memedulikannya yang masih berdiri disana.

Suara hentakan berlari terdengar dari arah belakang dan aku mempercepat langkah menghindarinya.

Tangannya lagi-lagi meraih tanganku.

"Lepas!!!" teriakku spontan.

"Zei gue minta maaf.Gue cuma mau minta nomor HP lo doang.
Jadi kalo pulang bisa sms atau nelpon lo.Biar gak ada kesalah pahaman kayak kemaren" katanya sambil menyodorkan handphone-nya dengan nafas yang terengah-engah.

Aku terdiam beberapa saat,melihatnya dengan ekspersi datar.
Menahan kesal.

"Gue minta maaf.Janji deh gue gak gini lagi.Jangan marah lagi ya?" dahinya yang mengerut dan mulutnya terlihat sedikit manyun membuat api-api dikepalaku padam seketika.

Aku kembali menatapnya tajam.
"Kemaren lo minta maaf,sekarang minta maaf lagi.Gue gak suka kalo lo terus-terusan kayak gini! Asal lo tau gue gak suka jadi bahan tontonan ditengah keramaian.Apalagi ditambah dengan sikap lo yang seenaknya kayak gitu" jeda beberapa detik,"Oke.kali ini gue maafin lo" kataku mencoba meredahkan emosi.

Some Pain in The RainDonde viven las historias. Descúbrelo ahora