Is It Called Magic?

53 7 1
                                    


Sore ini cuaca sangat bersahabat denganku.

Hatiku yang memanas diredahkan dengan udara yang dingin ditemani dengan alunan rintiknya,ditambah musik yang diputar dan aroma khas kopi di kafe ini.

Membuatku benar-benar merasa tenang.

"Salam kenal Zeila!"

Kata-katanya itu tersirat dibenakku dan membuatku buyar seketika.

Apa-apaan ini? Mengapa aku tiba-tiba memikirkannya?

Jujur saja,aku belum pernah dekat dengan cowok lain selain Ray,apalagi berpacaran.Tak ada kata itu dalam kamus kehidupanku.

Yang tersirat dibenakku saat ketika mendengar kata pacaran adalah sakit hati.

Aku menyimpulkannya begitu dari kata mama,novel-novel yang sudah kubaca,drama korea sampai drama realita yang terjadi disekitarku yang membuatku muak.

Dunia ini penuh dengan cinta yang terlihat manis,namun sebenarnya sangat menyakitkan.

Kutipan sebuah novel itulah yang membuatku ogah mengenal kata cinta.

Tanpa kusadari,hujan semakin deras dan langit pun semakin gelap,membuatku harus pulang secepatnya sebelum jam 6.

Terdengar seperti cerita Cinderella.Sayangnya,Cinderella melarikan diri dari pangeran karena takut sihir dari ibu peri akan menghilang dan pangeran akan mengetahui dirinya yang sebenarnya.

Aku? Aku harus pulang secepatnya agar tidak tertinggal bus yang tentunya akan jarang ditemui jika lewat dari jam 6,menyebalkan.

Aku sudah menunggu bus di halte dekat kafe selama kurang lebih setengah jam,tetapi belum juga ada bus yang melintas.

Ah pantas saja,ini sudah lewat dari waktunya,membuatku
benar-benar frustasi dengan suasana sepi dan hujan yang tak kunjung redah.

Tiba-tiba saja ada sebuah mobil berwarna putih menepi ke pinggir jalan tepat di depanku dan seorang cowok membuka kaca mobilnya.

Ternyata dia lagi!

"Eh Zeila kan? Cepat naik mobil gue sebelum ada yang nyulik lo" serunya.

"Gak usah deh.Gue nunggu bus aja,bentar lagi lewat" ucapku cuek sekaligus berbohong.

"Gila nih cewek.Udah malem,hujan deras,jalanan sepi gini,Cinta Laura kena becek gak ada ojek dan lo masih nungguin bus? Mana ada bus lewat jam segini? Nyali lo bener-bener deh ya.Buruan masuk mobil gak usah bawel gitu!" paksanya.

Benar juga katanya,kecuali tentang Cinta Laura.

Kondisi seperti ini membuatku terpaksa menuruti perintahnya.Hanya kali ini,ya cukup kali ini.

"Lo darimana aja sampe pulang malem gini nungguin bus di halte?" tanyanya yang terdengar rada khawatir.

"Kafe" judesku.

"Yaelah Zei,jutek amet sih lo.Udah gue bantuin juga tadi siang" protesnya.

"Jadi lo bantuin gue gak ikhlas? Terus lo mau gue gimana?" tanyaku yang mulai kesal.

"Ya gini gitu gimana ya gitu deh.Masa gak tau sih?" ucapnya yang sangat tidak jelas dan tidak bisa dimengerti maksudnya.

"Serah deh" jawabku singkat tidak ingin berbicara banyak.

"Rumah lo dimana? Dari tadi lo gak bilang alamat lo,mau gue culik nih ?"

"Becanda lo gak lucu.Gue tinggal di Perumahan Bukit Permai" jawabku lagi-lagi cuek.

"Wah gak jauh dari rumah gue dong.Nanti kalo pulang sekolah bareng gue aja.Lagian gue anak baru di sekolah jadi gak punya banyak temen khususnya cewek,dan gue pengen punya temen pulang" ujarnya yang membuatku mengangguk tanpa berpikir.

Some Pain in The RainWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu