Chapter XI : Nyanyian

Mulai dari awal
                                    

"Mau ke mana?" selidik Kaanan ketika Ailee mengajak Abizar segera pergi. "Latihan," jawab Abizar cepat.

"Latihan? Latihan apa?"

"Musik."

"Musik apa?"

"Berisik!" potong Ailee kesal. Matanya dan Kaanan saling bertemu. Dalam tatapan itu, Kaanan mencari celah agar tahu apa yang dimaksud latihan musik. "Kak! Izinkan saya ikut! Saya harus memastikan keselamatan Kakak." Kaanan menarik-narik lengan baju Ailee seperti anak kecil yang merengek.

"Kalau begitu, ayo pergi." Abizar memutuskan cepat tanpa kompromi dengan Ailee.

Ailee dan Kaanan saling berpandangan. Ada ketidaksetujuan dalam mata Ailee sementara Kaanan membalas Ailee melalui telepati. Ingat, Kak. Jika laki-laki dan perempuan tanpa ikatan resmi berduaan, maka yang ketiga adalah setan. Saya tidak bisa membiarkan kakak berdua saja dengan kak Abizar.

Ailee menatap Kaanan sambil menahan senyum, berarti kamu adalah setan? Kaanan terperanjat keren. Heh?! Sebentar, pertama adalah kakak, kedua adalah kak Abizar dan ketiga adalah saya. Jadi, saya=setan! Tidak!

Gelak tawa Abizar menyeruak setelah melihat reaksi lirik-lirikan Ailee dan Kaanan. "Kalian bertelepati, ya?" tanya Abizar geli. Ailee dan Kaanan menjawab serempak, "Tidak!" Abizar semakin tertawa, "Benar-benar kompak, ya."

●○●○

Gedung Musicphile berukuran besar terlihat sepi karena belum akhir pekan. Beberapa musisi terlihat melakukan pertunjukkan meski penonton hanya secuil. Ada juga yang melakukan latihan, seperti Ailee dan Abizar, ada juga yang hanya diam membisu sembari memerhatikan sekeliling, Kaanan salah satu dari orang yang diam tersebut.

Cowok lumayan jangkung cenderung kurus tersebut menempati sebuah bangku yang menghadap panggung. Selain dirinya yang sendirian karena ditinggalkan, tampak beberapa anak muda lain datang bergerombol sambil berbisik-bisik menyebut kata, "Abizar."

Sok kenal, Kaanan mendekati gerombolan anak muda yang mungkin sebaya dengannya dan memeras informasi dari mereka. Dari penuturan mereka diketahui bahwasanya Abizar ternyata sudah dikenal baik sebagai gitaris handal nan keren. Selain gitaris, Abizar juga jago bernyanyi hingga suka didapuk sebagai vokalis mendadak apabila ada yang memerlukan suaranya. Sisi lain Abizar itu membuat list positifnya bertambah dan hal tersebut membuat Kaanan ketir, calon kakak iparnya itu tangguh dan diprediksi menang telak. Tak ada kesempatan untuk Kaanan menolak Abizar. Karena wali nikah Ailee adalah Kaanan, meski Ailee belum akan menikah dalam waktu dekat tetap saja Kaanan cemas dan berdoa agar Abizar tak cepat-cepat mengambil Ailee darinya. Ya, dia merasa atmosfer dan kedekatan antara kakaknya dan Abizar sebagai tanda bahaya, jelas-jelas kakaknya telah menjerat pemuda yang dipuji-puji. Kakaknya... sudah jelas suka, belum ada seorang laki-laki pun yang datang ke kehidupan Ailee seperti yang dilakukan Abizar. Mudah sekali untuk kakaknya jatuh hati pada Abizar.

"Abizar! Abizar!" teriak beberapa anak gadis. Tampak di panggung, Ailee duduk di hadapan grand piano sementara Abizar duduk dengan gitar akustik di tangan. Jari-jari tangan Abizar menempati posisi begitu juga dengan Ailee di bagian piano.

"Satu dua tiga," seru Abizar.

♫♫♫♫♫♫♫

Dentingan piano yang cantik terdengar melalui salon-salon besar yang terpasang di sekeliling gedung. Tak lama, suara gitar terselip rapi menemani kecantikan sang piano. Intro familier itu membuat Kaanan merekah senyum. Lagu yang akan dibawakan oleh Ailee dan Abizar adalah lagu kesukaan nyonya Haruna.

A Thousand Years - Christina Perri.

Kenangan akan lagu itu menyeret Kaanan ke masa lima-enam tahun yang lalu tatkala lagu A Thousand Years menjadi hits di seluruh dunia. Ia teringat pada nyonya Haruna dan Ailee yang senang memainkan lagu itu baik waktu bermain piano atau ketika mereka sekeluarga pergi karaoke. Duet antara nyonya Haruna dan tuan Harun –ayah mereka- terekam jelas, meski tuan Harun termasuk tipe buta nada, hal tersebut tak membuat lagu romantis itu kehilangan pesona.

FIRASAT AILEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang