Rinai 4

156K 13.9K 1.1K
                                    

Someone told me to 'stay away from things that aren't yours.'

Pacify Her - Melanie Martinez

💧💧💧

Bell sekolah yang bising menggema, membangunkan Fajar yang berhasil memimpikan mie ayamnya.

"Brisik bego!" erang Fajar malas.

Laki-laki itu menggeliat dengan kepala yang masih berbantalkan tangan. Dia mengerjap dan yang ia dapat hanya rak berisi buku. Telinganya menangkap keheningan.

Otaknya bekerja pelan, sampai dia ingat kalau dia awalnya tak sendirian. Fajar bangkit dan menegakkan duduknya. Matanya mencari si iris cokelat, tapi nihil.

"Elah, ngapain sih gue?"

Dengan malas Fajar berdiri. Ia mengacak rambutnya pelan. Saat hendak berjalan keluar, matanya menangkap origami biru yang bertengger di meja. Rasa penasaran mendorongnya untuk mengambil origami.

"Kecil amat," ujarnya pelan.

Origami itu pasti dibuat dari kertas yang tidak begitu besar, ukurannya hanya sekitar dua atau tiga jarinya Fajar.

Cowok itu memainkannya, sampai dia menangkap jejak coretan di origami berwarna biru itu. "Wah ... ada tulisannya," guman Fajar lagi.

Ia mengintip origami itu, seolah dengan begitu dia bisa menerawang apa yang ada di dalamnya. Nggak dibuka penasaran, tapi, mau dibuka sayang.

Fajar tau dia nggak bakal bisa bikin origami itu kembali ke bentuk semula. Istilahnya, terima bongkar nggak terima pasang.

Yaudahlah, Fajar akhirnya memilih untuk menyimpan origami itu.

***

Hari menjelang sore saat taksi yang Senja naiki melintasi jalan arahnya pulang. Cewek itu sibuk membaca novel, sampai taksi yang dia tumpangi mendadak berbelok dan mengerem. Senja sukses terbentur pintu mobil dan novel yang ia baca terjatuh begitu saja.

"Aduh," keluh Senja.

Suara bantingan pintu membuat Senja bangkit, ia menoleh ke luar dan ternyata taksi yang ia tumpangi baru saja menabrak pengendara motor. Kepanikan seketika menyergapnya. Dengan tergesa, Senja keluar.

"Liat-liat kek!" ujar cowok berhelm hitam penuh emosi.

Ia menggunakan celana abu, ala seragam SMA yang kini sudah sobek di bagian lutut. Jaket jeansnya tak jauh berbeda, banyak debu yang mungkin ia dapat saat tubuhnya terbentur aspal. Di bagian siku ada noda merah yang tercetak.

"Tadi kan Masnya yang mendadak belok. Lampu seinnya nggak nyala," elak sang supir dengan wajah tak berdosa.

"Lah kok nyolot? Mau lo apa!" Cowok itu maju. Tangannya mengepal siap melayangkan tinju.

Senja diam, tidak tau harus berbuat apa. Berada di keramaian saja membuatnya bingung, apa lagi melihat sebuah perkelahian.

Dari jauh Senja cuma bisa menggigit jari tanpa berani mendekat. Cukup lama mereka beradu mulut dan akhirnya supir taksi itu pergi.

"Loh kok ... Pak!" Senja berteriak, tapi percuma. Taksi itu sudah menjauh.

Terus gue pulangnya gimana?

Catatan Tentang HujanWhere stories live. Discover now