Prolog

566K 25K 2K
                                    

'Cause I've been talking to my friends, the way you take away my breath.

Girls Talk Boys - 5 Seconds Of Summer

💧💧💧

Catatan Tentang Hujan

Ini aneh, hanya karena gadis sepertimu, aku menulis sesuatu yang remeh, receh dan nyeleneh. Catatan kecil saat hujan.

Laki-laki itu membelalakkan mata dan menggaruk kepalanya. Bukan karena kutuan, tapi karena dia bingung pada kelakuannya sendiri.

Hanya karena gerimis, tidak seharusnya ia menjadi melankolis. Terlebih di sekolah seperti sekarang, bisa hancur citra cool-nya selama ini.

"Apaan sih ini? Goblok," dengusnya sebal sembari meremas kertas yang barusan ia coret-coret dengan kalimat puitis nan romantis dan menggambarkan isi hatinya.

Ya, setidaknya begitu menurutnya.

"Masa sih gue? Argh!" Laki-laki itu mengacak rambut hitamnya yang dipotong spiky sambil berteriak bak orang frustrasi

Beberapa pasang mata di koridor menatapnya heran, tapi, jangan panggil dia Fajar jika tak melawan. "Apa lo liat-liat?!" bentaknya kasar.

Dari kerumunan itu terdengar dengusan sebal, ada juga yang bergumam, "Biarin aja sih, lagi kasmaran ini. Kapan lagi liat dia kayak gitu?" Gelak tawa terdengar samar.

Sebelum Fajar kerasukan setan dan mengamuk tidak keruan, siswa-siswi itu memilih untuk menghindar. Mereka membubarkan diri dengan tampang penuh ledekan.

Kasmaran?

Demi burger McDonald, Fajar bersumpah ini bukan kasmaran, tapi ... tapi, Fajar nggak tau ini apa.

Dengan emosi Fajar meremas lagi kertas yang sudah tak berbentuk itu. "Bodo amat, dah!" Ia melemparnya begitu saja sampai suara pekikan yang sangat ia kenal memaksa laki-laki itu menoleh.

"Aduh!" keluh seorang gadis dengan rambut diikat kuda, namanya Senja, tertulis begitu di name tag-nya.

Dia mengedip perih. Rupanya lemparan Fajar tepat mengenai mata bulat milik gadis berperawakan kurus itu.

"Siapa sih buang sampah sembarangan?" 

Fajar diam, enggan mendekat. Gerak-gerik Senja dalam pengawasan Fajar, jadi sekiranya gadis itu murka, Fajar bisa segera mengantisipasi dengan mengambil langkah seribu.

"Iseng banget," celoteh Senja sembari memungut 'sampah' yang baru saja mengenainya.

Demi mie ayam Ibu kantin, tolong, jangan dibuka.

Diam-diam Fajar merapal dalam hati, tapi terlambat. Senja membuka remasan kertas yang tadi mengenainya. Iris cokelatnya mengamati dan seketika ekspresinya berubah; dari heran, lalu kaget, dan kalau Fajar tidak salah lihat, pipi gadis itu bersemu merah. Ah pasti karena gadis itu akan mengamuk.

Mampus! Sudah jatuh, tertimpa mangkuk mie ayam kosong ini mah!

Tanpa pikir panjang, Fajar berlari menembus gerimis.

Demi harga diri gue. Basah pun gue rela.

***

A/n

👇👇👇👇👇👇

Love,

A.

Catatan Tentang HujanWhere stories live. Discover now