KULIT SEPUTIH SALJU

722 89 5
                                    

Sehun kembali ke apartemen setelah mengantar Seohyun pulang. Tubuhnya lelah, ingin rasanya ia segera menidurkan tubuhnya. Sesampai di dalam kamar, handphonenya berdering. Kesal, ia segera mengambil handphone miliknya dan melihat siapa yang meneleponnya. Nama 'Eomma Jae' tertera di layar. Dengan segera ia mengangkatnya

"Hallo, eomma,"

"Hallo sayang, bagaimana kabarmu?"

"Baik eomma, ada apa eomma meneleponku?"

"Apa pekerjaanmu sudah selesai? Eomma ingin mengundangmu dan Luhan makan malam di rumah kami, eomma memasak banyak makanan."

"Sudah eomma, baiklah, akan kusampaikan padanya."

"Kalau begitu sampai ketemu lagi jam 7 malam nanti."

Setelah menutup teleponnya, Sehun menghela nafas panjang. Dengan gontai ia berjalan keluar kamanya menuju kamar Luhan di sebelah. Dengan malas ia membuka pintu kamar Luhan yang sudah tidak tertutup semakin melebar. Tanpa sadar matanyapun ikut melebar atas pemandangan yang ada di depannya. Luhan, gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang memakai pakaian! Ini jelas pemandangan langka dan ..... tunggu, sepertinya ada yang salah. Benar, Sehun baru menyadari bahwa kulit yang membungkus tubuh Luhan berwarna begitu putih bak porselin tanpa adanya warna darah yang hidup.

Dari luar pintu yang terbuka sedikit, Sehun melihat Luhan berjalan ke arah meja riasnya lalu duduk dan mengambil sebuah lotion. Luhan dengan perlahan membalurkan lotion itu di sekujur tubuhnya yang terekspos. Sehun kembali kaget dengan apa yang dilihatnya. Lotion yang dipakai Luhan memberikan warna yang cukup manusiawi pada kulit Luhan yang terlihat tidak terbungkus pakaian.

Sehun mundur beberapa langkah dan akhirnya memutuskan untuk turun, memilih untuk menemui sang pembantu dan menyuruhnya untuk menyampaikan tentang undangan dari sang mertua. Setelahnya Sehun kembali ke kamarnya dan bersiap diri sambil memikirkan apa yang baru saja dilihatnya.

Bibi Kim masuk setelah Luhan mengijinkannya masuk ke dalam kamar. Bibi Kim terdiam sebentar menatap kadaan sang Nona Mudanya, setelahnya ia langsung menyampaikan pesan dari Tuan Mudanya.

"Jadi eomma memilih menghubungi Sehun dibandingkan menghubungiku? Ah, aku merasa cukup tersinggung," sambut Luhan dengan nada bercanda yang jika itu bukan Bibi Kim, mereka akan tertipu.

"Nona bisa menolaknya dengan berbagai alasan, lagipula saya melihat Tuan Sehun juga terlihat lelah," kata Bibi Kim.

"Tidak, Bi, aku akan datang bersama dengan suami tercintaku, aku ingin melihat apa yang akan eomma lakukan pada kami disana," kata Luhan. Bibi Kim hanya bisa mengangguk dan mohon diri. Luhan tersenyum dingin dengan tatapan kosong ke depan. Iapun menuju lemari pakaiannya dan memilih pakaian mana yang akan ia kenakan.

Tepat setengah tujuh malam, Luhan dan Sehun keluar dari kamar mereka dan ber temu di ujung tangga Sehun terlihat cukup normal dengan kemeja blouse biru santai dengan rambut yang tertata rapi seperti biasa dan Luhan keluar dengan dress motif bunga mawar biru selutut yang kini turun menuju Sehun. Sehun sempat terpaku sesaat, tapi setelahnya ia berusaha memalingkan wajahnya pada tempat lain.

"Kau sudah siap? Sebaiknya kita segera berangkat," kata Sehun,

"Ya, aku sudah siap," jawab Luhan santai.

"Kajja." Sehun berbalik dan meninggalkan Luhan. Bibi Kim memandang interaksi mereka dari jauh merasa miris sendiri. Ia melihat Luhan mengikuti suaminya sendiri dari belakang tanpa berniat menyamakan posisi.

Selama perjalanan, Sehun hanya diam seperti biasa, tetapi siapa yang tahu bahwa kini pikirannya hanya terisi dengan warna kulit asli Luhan. Diliriknya jemari lentik Luhan yang sedang menggenggam handphonenya. Warna kulit itu jelas berbeda dengan apa yang tadi tanpa sengaja dilihatnya.

MISSINGWhere stories live. Discover now