Anisa mengangguk. "Iya, gue inget. Setelah kejadian itu, 2 kali berturut-turut waktu Persami di sekolah, pasti ada siswi yang hilang, jadi kegiatan itu dibubarkan," tambah Anisa.

Rahma mengangguk. "Dialah siswi itu, dia nggak akan ngganggu kalau dia tidak dipanggil, dan sebenarnya, dia penyebab gue meninggal."

"Kenapa dia nglakuin itu?"

"Karena dia dipanggil!" ucap Rahma ambigu. "Gue manggil dia karena gak sengaja, gue dulu siswi kedua yang hilang pas persami, gue meninggal gara-gara sesak napas tapi gue sesak napas gara-gara dia, dan korban sebelum gue atau yang pertama, gue nggak tau siapa pelakunya, tapi dia meninggal dengan tragis," ucap Rahma membuat Anisa bergidik ngeri.

"Meninggal dengan tragis gimana?"

"Dia dibakar," ucap Rahma. " Tapi gue gak tahu, dibakar sama siapa. Yang jelas, dia hilang pas Persami, sama kayak gue."

"Lo tahu darimana kalau dia dibakar? Bukannya lo meninggal sesudah dia hilang? Berarti pas kejadian itu lo masih hidup."

"Gue diceritain sama hantu penunggu kelas sebelah, dulu pas gue ngrumpi bareng mereka."

"Eh, hantu bisa ngrumpi juga ya?"

"Bisalah."

"Lo manggil dia gimana caranya?" tanya Anisa penasaran.

"Dengan cahaya temaram lilin," ucap Rahma lalu terbang. "Jangan nyalain lilin, jangan biarkan ada cahaya temaram dari lilin, karena dia terpanggil gara-gara itu. Pakai senter atau apapun yang penting jangan temaram," ucap Rahma lalu menghilang.

"Oh iya." Rahma datang kembali. "Karena lo udah tatap-tatapan mata sama dia, jangan heran kalau dia bakal gangguin hidup lo," ucap Rahma lalu menghilang lagi.

"Gue harus bawa senter buat besok," ucap Anisa.

***

Kamis, 08 Desember 2016.

Anisa kini berada di kamar mandi sekolahnya, saat sedang mencuci tangannya, tiba-tiba ia merasakan hawa yang tak enak di sekitarnya.

Wushhh!!

Sekelebat bayangan hitam lewat di belakangnya dengan sangat cepat.

Anisa yang kaget refleks menoleh ke belakang, namun tak ada siapa-siapa.

Ia kembali mencuci tangannya, dan bayangan hitam itu seperti berada di belakangnya.

Perlahan, ia memutar kepalanya ke belakang.

Namun, tidak ada siapa-siapa.

Anisa mulai berkeringat dingin dan ingin kembali mencuci tangannya.

Namun, yang mengalir bukanlah air, tapi darah.

Anisa sontak mundur ke belakang dengan terkejut.

"Gu-gue gak ganggu, jadi tolong jangan ganggu gue juga," ucap Anisa sedikit takut.

Perlahan darah yang mengalir itu berubah menjadi air normal. Ia langsung mematikan kran dan pergi dari sana.

Saat ia membalik badan, ia menjerit saat melihat sosok dengan mata yang kelam dan aura yang penuh kebencian, sosok yang hilang tahun 2000 yang lalu.

"Jangan ganggu gue," ucap Anisa sedikit takut.

"Gue gak manggil lo, jadi jangan ganggu gue."

"Tolong!" Sosok itu bersuara, seperti sedang berbisik, namun suaranya menakutkan.

Sosok itu mendekat ke arah Anisa.

Anisa sontak mundur.

"Ja-jangan ganggu gue!"

Pintu kamar mandi terbuka dan Sosok itu lenyap bersamaan dengan masuknya Aita ke dalam kamar mandi.

Aita menatap Anisa sebal dan berlalu.

Anisa menutup mata lalu mengembuskan napas berat. "Sepertinya, nanti malam, teror akan dimulai," humamnya lalu keluar dari kamar mandi.

***

Inilah saat yang Anisa takutkan, saat bel pulang sekolah, dan artinya, setelah ini mereka akan lembur.

Anisa berjalan ke ruang osis, sesuai dengan perintah Pak Robin kemarin.

Jujur saja, ia masih sedikit takut bertemu Pak Robin. Namun, Rahma bilang, ia hanya perlu berhati-hati dan jangan berdekatan dengannya.

Saat masuk ke dalam ruang OSIS, ia melihat Pak Robin menatapnya dengan pandangan yang tak bisa Anisa jelaskan dengan kata-kata.

"Pak Robin, silahkan dimulai," ucap Ronald.

"Saya di sini hanya akan memberikan sebuah pesan, tolong dipatuhi!"

Mereka mengangguk.

"Saat malam, jangan menyalakan lilin di sekolah, jika memang gelap, nyalakan senter atau lampu yang terang, jika tidak ada, biarkan saja gelap," wanti-wanti Pak Robin.

"Memangnya kenapa, Pak?" tanya Aldo penasaran.

"Turuti saja!" tegas Pak Robin, mereka pun mengangguk.

"Ini kuncinya. Semoga pekerjaan kalian cepat selesai," ucap Pak Robin lalu keluar dari ruang OSIS, namun sebelum keluar, matanya menatap Anisa sambil tersenyum, sedangkan Anisa memalingkan wajah.

Sebisa mungkin, ia harus menghindari Pak Robin.

**********


#20-03-2017

Misteri Temaram (✓) Where stories live. Discover now