Worldbuilding 101-Introduction

2.3K 228 19
                                    

Worldbuilding adalah proses pembangunan dunia imajiner, khususnya dunia dalam cerita-cerita fiksi spekulasi (payung besar cerita dengan genre fantasi, sci-fi, horor, alternative history, magic realism, dan superhero fiction). Hal ini memberi konteks. Memberi pemahaman dan membentuk logika dalam suatu cerita.

Verisimilitude dalam bahasa Inggris berarti sesutu yang memberi gambaran nyata. Sesuatu yang mengaburkan dunia fiksi dan dunia nyata di mata penikmat cerita. 

Sekalipun sebuah cerita membawa-bawa mahluk seperti naga dan hantu dalam ceritanya, cerita tersebut haruslah tetap realistis. Realisme tidaklah harus berarti berada dalam suatu kenyataan yang sebenarnya, tapi dalam apa yang wajar dan masuk akal dalam dunia dan tata cara yang menjadi latarnya.

Pertama kali digunakan di tahun 1820, penciptaan dunia fiksi literal pertama kali diamati oleh penulis-penulis fantasi seperti J. R. R. Tolkien, dan C. S. Lewis. Tolkien menyatakan bahwa deskripsi sebuah dunia dapat sepenuhnya terlepas dari cerita utama dan narasi.

Tentu saja sangat mudah untuk mengatakan bahwa Worldbuilding berarti "latar," tapi hal ini tidak sesederhana itu--Worldbuilding meliput segala sesuatu dan semua hal yang berada dalam dunia tersebut. Uang, pakaian, perbatasan teritorial, adat istiadat sebuah suku, bahan bangunan, import dan eksport, transportasi, jenis kelamin, makanan, agama, bahkan jenis-jenis hewan yang ada dalam dunia itu.

Sebelum kita bergerak lebih jauh, ingatlah satu hal: Kita membangun dunia untuk mendukung sebuah cerita, bukan membangun cerita untuk mendukung sebuah dunia. Jadi sebelum kita menghantamkan kepala ke tembok, memusingkan cara menyampaikan bahwa daging yang dimakan oleh tokoh utama kita masuk dalam katagori haram atau halal, selalu pikirkan, kenapa hal ini diperlukan dalam cerita dan seberapa penting hal ini perlu mendapat sorotan dalam cerita.

Worldbuilding memang merupakan bagian yang sangat penting dalam menciptakan sebuah karya fiksi, tapi hal ini sama sekali bukan berarti bahwa kita harus menunjukkan keseluruhan dunia ini kepada pembaca/penikmat cerita kita. Kita menuliskan cerita dan bukanlah sebuah ensiklopedia. Kemungkinan besar tak sampai 10% dari keseluruhan detil dunia ciptaan kita yang akan muncul dalam cerita, tapi hal ini adalah hal normal dan baik-baik saja. Jangan memaksakan keseluruhan detil dunia kita dalam cerita, selalu tanyakan kenapa pembaca perlu tahu tentang hal ini, sebelum memasukkan detil tersebut ke dalam cerita. Jangan memaksakan detil dunia dalam cerita jika hal itu sama sekali tidak membantu perkembangan cerita.

Terlepas dari hal itu, penikmat cerita perlu memahami setidaknya hal-hal dasar dalam dunia ciptaan kita untuk menghindari hancurnya verisimilitude yang sedang dibangun, dan mencegah terbentuknya plot holes dimata pembaca/penikmat cerita. Karena itu selalu coba untuk membuat pembaca/penikmat cerita kita beradaptasi secepat mungkin dengan dunia ciptaan kita.



Baiklah, jadi unsur-unsur apa yang harus dipikirkan oleh penulis/pencipta sebuah karya fiksi?


1. Ilmu Alam

Pertimbangan paling dasar Worldbuilding adalah seberapa jauh dunia fiksi ini akan didasarkan pada ilmu alam dunia nyata jika dibandingkan dengan sihir. Sihir adalah unsur yang umum digunakan dalam latar fantasi, tapi dunia fiksi ilmiah dapat juga mengandung sihir atau teknologi yang setara dengan sihir tersebut.

Tetapkanlah dasar ilmiah yang masuk akal untuk menjelaskan kekuatan yang menggerakkan dunia yang menjadi latar. Jika itu sihir, tetapkan apa dan bagaimana mahluk dalam cerita berinteraksi dengan kekuatan tersebut, jika hal itu teknologi makan paling tidak jelaskanlah setidaknya konsep dasar secara ilmiah, bagaimana teknologi tersebut dapat terbentuk.


2. Kosmologi

Apa yang dilihat oleh karakter cerita saat mereka melihat ke langit, dan apa dampaknya pada dunia ciptaan kita. Kosmologi mungkin tidak terlalu bermakna dalam cerita, tapi hal ini dapat membantu penulis dalam membentuk prespektif dan fokus dalam menggambarkan ekosistem dalam cerita. Dengan memikirkan suhu udara saja, seorang penulis dapat memikirkan pakaian apa yang mungkin digunakan oleh masyarakat di dunia itu. Apakah waktu yang berjalan di dunia itu sama dengan waktu di dunia nyata? Apakah udara di dunia itu beracun? Apa gravitasi dunianya rendah?



3. Geografi

Pembentukan peta adalah hal yang paling sering menjadi langkah awal dalam worldbuilding. Peta dapat membentangkan medan dasar yang terlibat dalam terbentuknya peradaban yang terlibat. Ini membantu tokoh untuk menentukan di mana dan ke mana mereka akan bergerak. Seni membuat atau mempelajari peta dunia fiksi seperti ini terkadang disebut sebagai geofiction.


Geografi fisik dunia fiksi penting juga untuk menentukan jenis hutan, gurun, lahan basah dan gunung. Hal ini juga dapat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, seperti menentukan jalur pasar, dan lokasi kota-kota penting. Kinginan untuk mendapatkan dan mengatur sumber daya alam suatu daerah bahkan dapat menjadi latar yang menyebabkan perang antar masyarakat, sehingga hal ini bahkan dapat membantu dalam membangun konflik dalam cerita.

 Kinginan untuk mendapatkan dan mengatur sumber daya alam suatu daerah bahkan dapat menjadi latar yang menyebabkan perang antar masyarakat, sehingga hal ini bahkan dapat membantu dalam membangun konflik dalam cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


4. Budaya

Budaya menentukan hukum dan moralitas masyarakat. Budaya buatan, atau yang lebih dikenal sebagai conculture adalah unsur yang paling khas dalam worldbuilding. Waktu, agama, dan gaya hidup masyarakat digabung dengan geografi dunianya membentuk tingkah laku masyarakat. Tak jarang Worldbuilders (pencipta dunia fiksi) menggunakan kehidupan manusia masa lalu untuk menjadi dasar budaya penggerak ceritanya (Medieval, Victorian, Edwardian, Gothic). Pengumpulan refrensi mengenai antropologi dan sejarah dapat sangat membantu dalam menciptakan conculture.

Unsur-unsur di atas inilah yang nantinya akan dikembangkan untuk membentuk sebuah dunia yang fungsional. Dunia yang dapat menjadi tempat tinggal tokoh-tokoh cerita kita dan membentuk kepribdian tokoh-tokoh ini.


Worldbuilding mendukung cerita dan bukan hanya plot. Ini berarti worldbuilding mendukung suasana, tema, konflik, dan karakter tokoh ceritamu. Detil dunia yang diciptakan dapat dan harus terlibat dalam seluruh narasi dan bukan hanya dalam sebuah aksi dan peristiwa. Semua aspek worldbuilding harus mendukung satu sama lain.


Tapi dunia sekompleks ini, harus mulai dari mana? Di sinilah premis mengambil peranan yang sangat penting. Ketika kita sudah memiliki premis yang akan menentukan konflik cerita kita, mulailah membentuk dunia yang mendukung premis dan konflik yang kita angkat, dan kembangkan.


Salam

Cogito et Scribo

Cogito et Scribo: Kumpulan Ilmu Menulis KreatifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang