1. Permulaan

Mulai dari awal
                                    

Rahma pun melayang; tetap dalam keadaan duduk, lalu tersenyum lebar.

Anisa memutar bola matanya malas.

Pintu ruang OSIS terbuka, para anggota yang lain pun masuk.

"Selamat siang semuanya. Langsung aja kita lanjutkan rapat kita kemarin, jadi, karena keterbatasan waktu, besok kita harus lembur sampai malam di sekolah. Gimana, setuju?" ucap Ronald, sang ketua osis.

Anisa yang mendengar hal itu melotot.

Apa yang baru saja diucapkan Ronald? Lembur sampai malam? Bagi Anisa itu adalah bencana karena ia tahu akan ada yang tidak beres jika mereka sampai malam berada di sekolah.

"Mending kita izin ke kepala sekolah dulu," ucap Anisa.

"Ya elah, cuman lembur sampe malem aja kenapa pakek izin segala?" Rani menyahut.

"Tapi menurut gue ada benernya juga, kan yang bawa kunci gerbang sekolah juga Pak Kepsek, bukan Pak Satpam," ucap Aldo.

"Tahu darimana lo, kalau kunci sekolahan dibawa Pak Kepsek, setahu gue kan seharusnya yang bawa satpam?" tanya Dita.

"Aneh sih emang, tapi gue tau dari Pak Satpam sendiri," jawab Aldo.

"Ya sudah, mending kita ke ruang kepala sekolah bareng-bareng," putus Ronald.

***

"Pak, kita ada rencana untuk lembur sampai malam di sekolah besok, karena mengingat acara HUT sekolah kita yang sudah dekat, jadi perkiraan saya, nggak akan selesai kalau kami nggak lembur," ucap Ronald panjang lebar.

Pak Robin, selaku kepala sekolah menggeleng. "Apakah tidak ada jalan keluar lain? Selain lembur sampai malam?"

Ronald mengernyit mendengar jawaban Pak Robin. Kenapa tidak diperbolehkan, padahal alasannya sudah cukup jelas.

Dalam hati Anisa bersyukur karena sepertinya, mereka tidak akan diizinkan untuk lembur sampai malam.

"Kenapa, Pak?" tanya Ronald penasaran.

"Temen-temen kamu banyak yang perempuan, gak baik pulang malam."

"Tapi kalau kami nggak lembur, pekerjaannya tidak akan selesai."

Pak Robin pun mengembuskan napas. "Yasudah, saya izinkan, yang penting kalian izin ke orang tua kalian."

Ronald mengangguk. "Iya, Pak, terimakasih."

"Besok pulang sekolah, semua anggota OSIS berkumpul, saya akan mengumumkan sesuatu," ucap Pak Robin.

"Iya, Pak."

"Oiya, untuk Anisa. Kamu di sini dulu, ada yang mau saya bicarakan," ucap Pak Robin. Anisa mengangguk.

Semua anggota OSIS pun keluar, kecuali Anisa dan Rahma yang tak terlihat.

"Ada apa, Pak?" tanya Anisa.

Pak Robin mendekat ke arah Anisa lalu menggenggam tangannya. Anisa merasa ada yang tidak beres dengan Pak Robin.

"Anisa, kamu cantik," ucap Pak Robin lalu tersenyum.

Anisa melepaskan genggaman tangan Pak Robin. "Maaf, Pak, saya harus pulang."

"Untuk apa buru-buru, temani saya sebentar saja," ucap Pak Robin dan semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Anisa, Anisa pun mundur. Rahma yang melihat hal itu pun tak tinggal diam, ia mendorong Pak Robin menjauh.

"Lari!" seru Rahma, Anisa mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu.

Ia terus berlari sampai tidak sengaja bertabrakan dengan Ronald.

"Lo kenapa, Sa?" tanya Ronald

Anisa mengatur napasnya. "Gue nggak apa-apa."

"Beneran?"

"Iya."

"Yaudah, mau pulang?" tanya Ronald. Anisa mengangguk.

"Gue anterin yuk?" Tawaran Ronald membuat Anisa melongo, baru pertama kali ia mendapatkan tawaran pulang bareng selama ia SMA.

Demi apa? Ronald ngajak gue pulang bareng?!

"Hei, Anisa Farah Nadira?" Ronald melambaikan tangannya di depan wajah Anisa yang sedang melamun.

"Eh, iya?" tanya Anisa.

"Ayo gue anterin pulang," ucap Ronald lalu menarik tangan Anisa.

Anisa tersenyum, baru kali ini ia merasakan ada laki-laki yang menarik tangannya selain keluarga.

Rahma yang melihat hal itu tersenyum dan menghilang untuk memberi pelajaran pada Pak Robin yang telah membuat Anisa ketakutan.

**********

First story in genre horror.

Semoga suka 💞

#19-03-2017

Misteri Temaram (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang