10. Kamu yang Berubah

113K 10K 1.9K
                                    

Bagian Sepuluh

I don't want to lose you like I lose everyone else.

"Apa perbedaan saat awal mencintai dan akhir mencintai? Jawababnya, ketika awal mencintai kamu akan merasakan dari mata jatuh ke hati, lalu pada akhir mencintai kamu akan merasakan dari sakit hati jatuhlah sebuah air mata."-A

"Beri tahu aku bagaimana caranya agar aku bisa membuat kamu menatap mataku seolah hanya aku satu-satunya perempuan yang bisa membuat kamu berhenti untuk mencari."-V

-Hung Out-

Valen melangkah dengan gerakan terburu-buru saat matanya melihat seorang laki-laki yang telah ditunggunya hampir lima belas menit di koridor yang mulai sepi.

"Gab tunggu!" serunya.

Lalu setelah gerakannya tersisa empat langkah dari Gabrino, Gabrino malah berteriak melambaikan tangan pada seseorang.

"ANDINI!" Jerit Gabrino sembari melanjutkan langkahnya meninggalkan Valen yang berdiri membeku dengan tatapan yang tidak lepas dari Gabrino, laki-laki itu kini berjalan bersebelahan dengan Andini sembari mengacak rambut perempuan tersebut. Keduanya tertawa, dan Valen di sini berdiri dengan tatapan yang semua orang dapat menebaknya sebagai tatapan luka.

Gabrino dan Andini tidak terlihat lagi setelah berbelok di ujung koridor meninggalkan Valen yang tak kunjung bergerak dari posisinya.

Valen memejamkan matanya sebentar, dadanya terasa sesak lalu ia memilih untuk duduk pada kursi panjang yang berada di koridor yang sepi.

Hari ini Valen telah sekolah meskipun kondisinya tidak cukup baik, sejak istirahat sekolah Valen selalu mencari kesempatan untuk berbicara dengan Gabrino. Tapi Gabrino malah bersikap menganaikannya. Valen tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba ia merasa semua yang telah dilewati kemarin hanya mimpi yang bermetamorfosis menjadi sebuah kenyataan yang bersifat alami. Bohong. Semua yang Valen lalui kemarin memang benar terjadi.

Gabrino yang peduli dengannya, Gabrino yang khawatir, Gabrino yang tertawa bersamanya, Gabrino yang begitu hangat ... hingga pada hari ini ia mendapati semuanya kembali seperti semula. Gabrino yang hanya bersifat kaku kepadanya, menganggap dirinya tidak pernah ada dan tertawa dengan orang yang berbeda.

Kenapa kadang yang diharapkan malah menjadi hal yang paling menyakitkan.

Air mata Valen sudah hampir jatuh namun perempuan tersebut menahannya, ia tidak selemah itu untuk menangis hanya karena hal seperti ini. Ia telah melewati banyak kejadian yang lebih menyakitkan daripada ini. Maka ketika Valen sudah siap untuk melangkah pergi, ia menarik napas dalam dan mencoba tersenyum.

Senyum adalah kamuflase terbaik untuk menyembunyikan luka.

-Hung Out-

"Lo aneh," ucap Andini sembari menatap Gabrino yang kini fokus menyetir.

Gabrino mendesah sebelum menjawab tanpa menoleh. "Aneh kenapa?"

"Lo tiba-tiba ngajak gue pulang bareng, tumben banget biasanya gue dulu yang minta baru lo mau. Ini kan gue nggak mau pulang ke rumah, gue mau ke tempatnya Rendi. Gue kangen sama dia."

"Entar gue anter."

Andini mengangkat sebelah alisnya. "Lo nggak apa-apa?"

"Emang gue terlihat ada apa-apanya?" balas Gabrino masih sambil memfokuskan matanya terhadap jalanan di hadapannya.

"Iya, lo kelihatan kayak mikirin sesuatu. Mikirin siapa?" ledek Andini.

Gabrino menjawab cepat. "Bu Yuni, guru kimia kelas gue. Dia tadi ngehukum gue karena lupa ngerjain tugas."

Hung OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang