BONCHAP 2/2

3.1K 467 28
                                    

Haejung menatap Jaemin dengan mata sendunya. Pemuda itu duduk menunduk dengan kedua tangan yang saling bertautan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir pucatnya. Ia terlihat sangat risau.

"Jaemin-ah, kau pasti bisa menemuinya" ucap Renjun sembari menyentuh pundak Jaemin.

Hari ini hari Kamis namun sekolah diliburkan karena ada sebuah acara televisi yang akan syuting. Sebuah variety show dan bintang tamunya adalah girlband-nya Seulbi. Sudah jauh-jauh hari sejak mengetahui Seulbi akan ke Jeju, Jaemin selalu berlatih bicara dengan Renjun atau Haejung. Bahkan sangat susah untuk mengatakan 'Hai' sekarang saat mereka dulu bisa saling caci maki di Seoul sambil tertawa riang.

Dan disini lah mereka sekarang. Di taman belakang sekolah yang tak jauh dari lokasi syuting. Kemungkinan besar saat Seulbi istirahat ia akan ke taman itu.

Suasana yang mulai kelam dan menyedihkan seketika sedikit lebih santai karena Haejung. "Aku tidak sabar bertemu dengan Seulbi. Ini kali pertama semenjak aku ingat semuanya!" seru Haejung dengan semangat.

"Kya! Kau tidak se-semangat itu saat bertemu denganku" Renjun mempoutkan bibirnya.

Haejung mencubit kedua pipi Renjun dengan senyum lebarnya. "Apa aku harus minta maaf?"

Renjun mengangguk dan seketika Haejung tertawa. Renjun benar-benar sangat menggemaskan.

"Arraseo" Haejung melepaskan pipi Renjun lalu berdeham.

Matanya menatap Renjun dengan wajah serius. "Mia—"

"Saranghae, Haejung-ah"

Haejung tak kuasa menahan senyumnya dengan pipi merona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haejung tak kuasa menahan senyumnya dengan pipi merona. Dentuman detak jantungnya semakin memburu. Haejung merasa sesuatu yang hilang pada dirinya sudah kembali. Renjun yang pendiam, terlalu banyak berpikir, dan cuek sekarang sudah menjadi Renjun yang banyak bicara, langsung ceplas-ceplos, dan sangat amat peka. Haejung suka itu. Renjun yang dulu, dan yang sekarang.

Renjun tertawa melihat reaksi Haejung yang mematung dengan kedua pipi yang merona. Pemuda itu tak bisa menahan tangannya untuk tidak mengacak poni Haejung. Semakin ia melihat Haejung, semakin ia jatuh ke dalam perasaan ini. Semuanya mengalir dengan cepat dan menariknya untuk terus ada disisi Haejung. Tak perduli sekelam apa masa lalu, sesuram apa masa depan, ia hanya akan terus menggenggam tangan gadis itu dengan erat.

"Kya! Aku disini dan kalian bermesraan! Ck, aku ke toilet dulu!" ucap Jaemin keki lalu melangkahkan kakinya menuju toilet sekolah. Ia kesal pada Renjun dan Haejung yang tak pernah mengerti dirinya yang sudah seperti obat nyamuk. Tapi ia juga kesal dengan dirinya sendiri karena memutuskan Seulbi dan menjadi pengecut untuk bertemu gadis itu lagi sehingga ia hanya bisa menjadi obat nyamuk di antara Renjun dan Haejung.

•°•°•°•°•


Seulbi mencuci tangannya di wastafel. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin. Perlahan, bibir tersebut mulai melengkung ke atas namun terlihat tidak begitu baik. Semuanya terasa palsu. Ia sukses menjadi idol tapi ia tidak bahagia. Bagaimana ia bisa bahagia jika kebahagiaannya tak tau dimana? Meski hubungannya dengan Jaemin sudah berakhir, setidaknya ia masih bisa menatap pemuda itu dari kejauhan. Ditambah pula Haejung yang menghilang. Mereka semua menghilang meninggalkan dirinya seorang diri. Tak ada teman yang memberikan selamat atas debutnya. Dan itu adalah moment terbaik namun terasa hampa bagi Seulbi.

"Seulbi-ya, syuting akan dimulai 20 menit lagi. Kau sudah siapkan?" tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan managernya.

Seulbi mengangguk, "Apa Haeyeon eonnie, Jiae, Naeri, dan Chorim eonnie sudah siap?"

Manager mengangguk. "Aku duluan ya. Ada yang harus aku katakan pada pak produser,"

Seulbi tersenyum. "Siap bos!"

Tak berselang lama, Seulbi keluar dari toilet tersebut. Tiba-tiba kakinya berhenti saat merasakan sesuatu di dalam slin bag-nya bergetar. Seulbi meraih benda tersebut lalu menempelkannya di telinga.

"Ne, eomma? Sebentar lagi. Ada apa? Baiklah akan ku bawakan oleh-oleh khusus untuk eomma. Eo, aku tutup ya" Setelah menutup ponselnya, Seulbi segera memasukkan benda tersebut ke dalam slin bag dengan menunduk. Saat hendak berjalan dan mendongakkan kepalanya, Seulbi merasa seseorang dari sebelah kanannya yang merupakan toilet laki-laki tengah menatapnya sejak tadi. Seulbi penasaran tapi tak punya keberanian untuk menoleh. Kalau ia lari bisa saja orang itu mengikutinya dan memperumit proses syuting.

Tapi akhirnya Seulbi tetap mendongak lalu menoleh. Tak pernah terbayangkan oleh Seulbi bahwa pilihannya tersebut akan membuatnya semakin sulit untuk melepaskan Jaemin.

Matanya mulai berkaca-kaca. Sebisa mungkin ia membendung air matanya. Sebisa mungkin ia berdiri tegak meski kakinya tak lagi dapat menopang. Orang itu. Orang yang menghilang secara tiba-tiba. Orang yang selalu diharapkan oleh Seulbi manarik kata-katanya kini tepat berada di hadapannya.

"Annyeong, Lee Seulbi"

Air mata Seulbi tumpah saat itu juga.

•°•°•°•°•




"Apa kau melihat Seulbi? Syuting akan segera dimulai" tanya sutradara pada staf yang ada di dekatnya.

Renjun melirik arlojinya lalu menatap Haejung yang masih setia menunggu Seulbi. Kini mereka duduk lebih dekat dari lokasi syuting. Gadis itu masih dengan mata berbinarnya menatap ke arah lokasi syuting, berharap bahwa Seulbi akan segera muncul. Lagi pula, kemana Jaemin? Ia ikut menghilang. Apakah toiletnya ada di Kanada?

"Tadi aku melihatnya di toilet. Aku akan kesana untuk memanggilnya," ucap manager lalu melangkah menuju toilet.

Seketika Renjun dan Haejung saling bertatapan. Lalu saling tersenyum saat mengerti satu sama lain. Pantas saja Jaemin tidak kembali lagi dan pantas saja Seulbi menghilang.

"Jadi, apa kau masih akan menunggu mereka?" tanya Renjun. Haejung menggeleng. "Ani. Sebaiknya kita biarkan mereka berdua terlebih dahulu"

Renjun kembali mengacak rambut Haejung. "Kajja! Kita cari tempat kita!" ucap Renjun seraya berdiri.

"Hng? Kemana?" tanya Haejung bingung tapi tetap ikut berdiri.

"Kemana saja asal tidak ke toilet. Itu sangat tidak elit" kata Renjun berniat menyindir Jaemin dan Seulbi. Haejung terkekeh, "kya! Mungkin saja mereka tidak sengaja bertemu disana. Itu namanya takdir" bela Haejung.

"Lalu... dimana takdir kita?" tanya Renjun santai tapi membuat hati gadis disebelahnya melambung hingga langit ke-7.

Renjun menunjuk dadanya. "Takdirmu disini" dan menunjuk dada Haejung, "Dan takdirku disana. Selamanya akan seperti itu."

jangan tanyakan bagaimana Haejung sekarang. Sedikit lagi menuju tumbang.





•°•°see u at epilogue°•°•

!voment! !voment!
!voment! !voment!
!voment! !voment!

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang