CHAPTER 15: FOTO LAKNAT

3.5K 599 10
                                    

Haejung menatap kosong ke arah papan tulis. Perkataan Renjun tadi pagi membuat konsentrasinya buyar. Pikirannya seolah lepas dari tubuh dan melayang kemana-mana. Banyak pertanyaan yang masih tersimpan di otaknya. Dan masih banyak pengakuan yang sedang disusun diotaknya.

Jaemin yang merasa bahwa tak ada pergerakan dari Haejung kini mengangkat kepalanya. Biasanya jika sedang jam sejarah seperti ini Haejung adalah yang teraktif. Haejung juga tidak pernah diam di tempat duduknya. Pasti meja atau bangkunya selalu bergeser-geser.

"Baiklah anak-anak, sampai disini ada pertanyaan?"tanya Park Saem menatap keseluruh penjuru kelas.

Seseorang yang duduk di belakang Haejung mengacungkan tangannya, "Saem" panggilnya membuat perhatian Park saem tertuju kepadanya.

"Ne Eunseol?"

Eunseol merapikan cara duduknya sebelum bertanya, "Mengapa kita harus mempelajari sejarah? You know, sejarah itu masa lalu. Bukankah kita tidak baik mengingat masa lalu?"

Pertanyaan Eunseol membuat seisi kelas menjadi ribut. Dengan seketika semua membenarkan partanyaan Eunseol.

Park saem tersenyum, "baiklah. Pertanyaanmu saya terima. Ada yang tau mengapa kita harus mempelajari masa lalu?" tanya Park saem berbalik pada semua yang ada di kelas. Tatapan Park saem akhirnya jatuh pada Haejung yang terus menatap ke papan tulis. Entah apa yang dilihatnya sampai tidak berkedip sedikitpun.

"Haejung?" ucap Park saem lebih bertanya. Tak ada balasan dari Haejung. Perkataan Renjun itu sepertinya membuat telinganya tuli.

"Park Haejung" ucap Park saem dingin dan penuh penekanan membuat seisi kelas bergidik. Ini pertama kalinya Park saem berbicara seperti itu. Biasanya ia berbicara dengam riang-tanpa beban. Dan ketahuilah, seseorang yang periang juga memiliki sisi dingin.

Haejung berdiri, bertingkah gelagapan, "aiiiiss kenapa Ren--"  ia sedikit menegakkan tubuhnya dan menatap Park saem dengan cengo setelah sadar apa yang barusan keluar dari mulutnya.

Melihat itu Park saem dan semua teman sekelasnya tertawa terbahak-bahak. Jaemin sekalipun sudah bersusah payah manahan gelak tawanya. Hanya Renjun, Eunbi, dan Jeno yang menatap datar. Tak ada yang lucu disini.

"Ren....apa?" tanya Park saem menggoda Haejung. Satu alisnya naik dan bibirnya tersenyum jahil.

"Renjun?" tebak Eunseol.

Jaemin menatap Haejung dengan tatapan tak dapat diartikan."Jadi Renjun yang membuatmu tidak fokus" batinnya.

Haejung memutar badannya menghadap Eunseol lalu melambaikan tangannya membantah ucapan Eunseol. "A-ani. Aniyo" sergahnya.

Saat itu juga ponsel Park saem berbunyi membuat semua mata tertuju padanya. Park saem menerima panggilam itu dan pergi keluar kelas. Haejung segera duduk dengan wajah cemberut.

"Kau kenapa lagi?" tanya Jaemin, menatap Haejung dengan wajah yang bertumpu dengan satu tangannya.

"Kau serumah dengan Renjun bukan?" tanya Haejung dengan berbisik.

Jaemin mengangguk, "Wae?"

"Apa kau merasa dia menjadi dingin sejak kemarin? Setauku aku tidak membuat kesalahan padanya. Aku tidak berbohong atau menjahilinya. Kenapa dia jadi dingin kepadaku?" cerocos Haejung seperti menuntut jawaban pada Jaemin. Padahal gadis itu juga tahu Jaemin tak bisa menjawabnya. Hanya Renjun seorang yang yang alasannya.

Jaemin hanya mengangkat bahunya tak tahu.

Haejung menyipitkan matanya dengan tangan yang mengetuk dagunya, "apa.... Karena gadis itu? Siapa namanya, Rena?"

•°•°•°•°•

Jaemin terpaku di tempat. Tangannya mengepal di sisi badannya. Matanya menatap tajam foto yang kini berada di depannya. Disekelilingnya semua orang menjauh dan menatapnya tak sudi. Sedangkan Haejung hanya menatap malas ke arah foto itu.

Gadis itu dengan cepat merobek foto yang terpajang di mading utama sekolah itu. Mading yang semua orang dapat melihatnya. Bukan hanya jurusan tertentu saja.

"Aku tanya sekali lagi. SIAPA YANG MEMAJANG FOTO INI LAGI?!!" tanya Haejung dengan amarah yang sudah meluap-luap. Matanya menatap tajam ke orang-orang yang kini mengelilinginya dan Jaemin.

Tiba-tiba Seulbi datang dengan napas yang terengah-engah. Badannya yang semula terasa lemas kini bertenaga saat melihat kepala Jaemin yang tertunduk serta tangan yang mengepal menahan amarah. Ia benci melihat Jaemin yang lemah seperti itu. Jaemin yang tidak bisa melawan sama seperti saat dihajar Jeno.

"Apa yang terjadi?" tanyanya pada Haejung.

Haejung menunjuk potongan-potongan kertas foto yang telah tercecer di lantai dengan dagunya. Refleks Seulbi segera menatap foto itu.

"Kau pindah ke sekolah ini agar bisa lebih leluasa berhubungan dengan Renjun?"

"Sepertinya kau sangat bahagia bisa sekelas dengan Renjun"

"Pantas saja aku pernah melihat kalian 'hanya berdua' di rooftop"

"Sayang sekali. Wajah tampan itu tidak memastikan seseorang normal"

"Orang tampan pacarnya juga orang tampan, ckck. Teori macam apa itu?"

Tangan Jaemin semakin mengepal hingga kukunya memutih. "Geumanhae" gumamnya membuat orang-orang yang masih berceloteh menjadi diam. Suaranya yang dingin membuat hawa disekitar menjadi mencekam. Perlahan Jaemin mengangkat wajahnya lalu membalikkan tubuhnya menatap orang-orang yang tadi ada di belakangnya.

"Berhenti menyebarkan foto itu" ucap Jaemin dengan tatapan tajam.

"Renjun tidak setegar itu untuk menerima cacian dari kalian" lanjut Jaemin.

"Berhentilah berkata seperti aku adalah orang yang lemah" ucap Renjun dengan tak kalah sengit.

•°•°TBC°•°•

Jangan lupa vomment manteman💞

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang